SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Pengelolaan sampah menjadi permasalahan yang klasik di Indonesia. Meski terlihat sepele, masalah ini hingga sekarang belum juga teratasi.

Saking sulitnya, Indonesia bahkan masuk dalam daftar penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2018, Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Jumlah itu hanya lebih sedikit dari Tiongkok, yang berada di urutan pertama dalam menghasilkan sampah plastik, yakni sekitar ratusan juta ton per tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Permasalah sampah plastik yang kompleks itu pulalah yang membuat PT Marimas Putera Kencana, selaku produsen makanan dan minuman dalam kemasan membuat pelatihan pengolahan sampah plastik dengan cara pembuatan ecobrick.

Pelatihan diberikan kepada para guru SD dan SMP di Wisma Purba Danarta, Jl. Veteran, Kota Semarang. Ada ratusan guru SD dan SMP yang turut serta dalam pelatihan yang digelar selama dua hari,  Rabu-Kamis (12-13/6/2019).

GM PT Marimas Putera Kencana, Ong Inawati, mengatakan sebagai perusahaan yang mengandalkan plastik untuk mengemas produk, pihaknya memiliki tanggung jawab dalam mengolah sampah plastik. Salah satunya, yakni melalui pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick yang bisa dikreasikan sebagai kursi, meja, bahkan dinding rumah.

“Kita punya tanggung jawab untuk menarik kembali plastik yang dihasilkan dari produk kami. Makanya, kita ajak masyarakat untuk tidak membuang plastik ke lingkungan, tapi dimasukkan ke botol mineral, jadi ecobrick,” ujar Intanwati saat dijumpai Semarangpos.com di sela kegiatan, Rabu.

Para guru di Semarang tengah mengikuti pelatihan pembuatan ecobrick yang digelar PT Marimas Putera Kencana di Wisma Purba Danarta, Rabu (12/6/2019). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Senada juga diungkapkan Marimas Ecobricks Trainer, Lantip Widodo. Pria yang akrab disapa Ood itu mengaku pelatihan membuat ecobrick sebenarnya sudah digelar perusahaannya sejak 2017 lalu. Tahun ini, pelatihan itu ditujukkan kepada para generasi muda.

“Tahun ini sasaran kita memang generasi muda, karena kepedulian dalam mengolah sampah harus ditanamkan kepada masyarakat sejak dini. Makanya, kami latih para guru agar bisa menularkan apa yang telah diperoleh kepada para siswa,” ujarnya.

Ood mengaku tahun ini Marimas menargetkan bisa menarik kembali sampah plastik yang dihasilkan melalui ecobrick sekitar 20 ton. Target itu, menurutnya bisa tercapai melalui program Marimas Ecobricks 1.000 laptop.

“Jadi nanti setiap sekolah yang mampu mengumpulkan 100 botol ecobrick akan kita hadiahi laptop. Satu botol ecobrick itu berisi 200 gram plastik,” ujarnya.

Terpisah, salah guru SMP Maria Boreti, Tutut, mengaku antusias mengikuti pelatihan membuat ecobrick. Menurutnya, pelatihan itu sangat bermanfaat untuk mengolah sampah plastik yang selama ini sangat mengganggu bagi lingkungan.

“Nanti, saya akan ajarkan pembuatan ecobrick kepada siswa. Siapa tahu, melalui ecobrick siswa juga bisa membuat kreasi yang bermanfaat. Selain itu, mereka juga lebih peduli dalam mengolah sampah,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya