SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjara. (Freepik)

Solopos.com, SLEMAN — Dugaan adanya praktik kejam dan tidak manusiawi yang dilakukan para sipir Lembaga Pemasyarakat (LP) atau Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta kepada sejumlah narapidana (napi) terus bergulir.

Bahkan praktik kejam dan tidak manusiawi itu sudah dilaporkan sejumlah mantan napi Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta kepada Ombudsman RI Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (1/11/2021).

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Salah satu mantan napi yang mengadu adalah Vincentius Titih Gita Arupadhatu, 35. Ia menceritakan tindakan kejam yang dilakukan para sipir. Berikut deretan praktik kejam yang disampaikan Vincentius.

Pemukulan oleh sipir kepada warga binaan terjadi hampir setiap hari. Bahkan perlakuan itu diperoleh napi tanpa alasan yang jelas. “Pelakunya oknum petugas hampir semua. Kita kadang enggak melakukan kesalahan saja tatep dicari-cari kesalahannya,” ujarnya.

Baca juga: Kalapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta Bantah Ada Penyiksaan Napi

Kemudian ada kejadian penghuni lapas pada suatu hari tidak memakai baju di dalam kamar tahanan. Oleh sipir hal ini dianggap kesalahan. Warga binaan pemasyarakatan (WBP) itu kemudian disuruh berguling-guling hingga 100 meter. Ketika WBP muntah setelah berguling, sipir meminta WBP itu untuk memakan muntahannya sendiri.

“Ada yang disuruh minum air kencing, air kencing petugas. Lebih parah lagi, begitu datang ada yang dari Polres atau Polda itu. Jadi ada timun isinya dibuang, lalu diisi sambel, terus disuruh onani di situ dan timunnya suruh makan,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, akibat praktik kejam itu bahkan sampai ada yang mengalami lumpuh akibat menerima begitu banyak siksaan. Para sipir juga tidak memperhatikan kondisi kesehatan WBP.

Baca juga: Kejam! Napi di Jogja Ngaku Disiksa, Dipaksa Onani & Minum Air Kencing

Napi Jogja Meninggal

Vincentius menceritakan ada satu WBP di Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta yang memiliki penyakit pernapasan bawaan. WBP ini meninggal karena penyakitnya, yang diperparah oleh sipir yang sering telat memberi obat, tidak pernah dikeluarkan dari kamar tahanan dan tidak diperhatikan makanannya padahal WBP ini tidak bisa makan nasi.

“Ada namanya blok Edelweis itu blok karantina, itu kita enggak boleh beli makanan di kantin. Itu kalau makan nasi selalu muntah tapi enggak boleh dia makan beli roti atau apa. Jadi sampai dia meninggal, jatah nasinya di kamar masih full. Cuma di rumah sakit beberapa hari. Begitu dibalikin ke lapas selang dua hari langsung meninggal,” katanya.

Perlakuan tak manusiawi lainnya yang dilakukan oleh sipir, seperti ditelanjangi saat digeledah sambil disaksikan banyak petugas. Dipukuli dengan selang dan kabel, diceburkan ke kolam ikan lele hingga luka-lukanya mengalami infeksi. Para napi itu juga tidak boleh menghubungi keluarga dan sebagainya. penyiksaan ini tidak saja diterima oleh satu-dua napi, melainkan puluhan napi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya