Ratusan tahun, Wong atau Suku Kalang yang memegang teguh adat dan tradisi Kejawen merancang desain hunian berupa rumah limasan sebagai tempat tinggal dan tempat ritual.
Sejarah mencatat jejak keberadaan Wong Kalang dapat ditemukan di Kota Solo, Jawa Tengah. Dulu mereka dikenal sebagai tukang kayu abdi dalem Keraton Solo.
Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) X pernah memberikan hadiah ulang tahun kepada Ratu Wilhelmina dari Kerajaan Belanda berupa meja belajar ukiran kayu karya wong Kalang.
Tercatat ada sekitar 250 keluarga wong kalang di Kabupaten Kendal yang tersebar di Kecamatan Gemuh, Weleri dan Rowosari. Keberadaan mereka di Kabupaten Kendal dikaitkan dengan mitos dan cerita rakyat Sangkuriang.
Kepiawaian wong kalang dalam mengembangkan bidang keahlihan, khususnya di bidang kerajinan ukir kayu, emas, hingga perak akhirnya menjadi roda penggerak berkembangnya Kotagede Jogja pada masa kejayaan Mataram Islam.
Wong kalang dikenal ahli dalam kerajinan ukir kayu, emas, berlian dan perak, sehingga membuat perekonomian masyarakat di sekitar Kerajaan Mataram di Kotagede Jogja berkembang pesat.
Ahli sejarah yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Semarang, Tri Subekso, menyampaikan pendapatnya tentang mitos yang menyebutkan Wong Kalang manusia berekor.
Kabar tentang asal usul atau sejarah perkembangan Solo Baru, kota satelit yang ada di Soloraya Wong Kalang menjadi berita terpopuler di Solopos.com, Rabu (10/11/2021).
Pemerintah Desa Bleboh berharap bahwa lokasi desitnasi wisata edukasi budaya Wong Kalang dapat menopang pengembangan budaya setempat sehingga bisa mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Harta karun yang diburu di wilayah Blora diyakini sebagai peninggalan Wong Kalang, salah satu sub suku di masyarakat Jawa yang tinggal di kawasan hutan.