SOLOPOS.COM - Kondisi talut SDN 1 Bugelan yang ambrol mengenai dinding ruang SMPN 4 Satu Atap Kismantoro, Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Minggu (27/12/2020). (istimewa/BPBD Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak tiga sekolah di Wonogiri terdampak bencana alam dalam tiga pekan terakhir. Terbaru, talut penguat struktur halaman SDN 1 Bugelan, Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, ambrol, dan menghantam dinding salah satu ruang SMPN 4 Satu Atap Kismantoro.

Kejadian itu terjadi pada Sabtu (26/12/2020) malam WIB. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, kepada wartawan, Minggu (27/12/2020), menginformasikan peristiwa terjadi setelah terjadi hujan lebat selama lebih kurang enam jam.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Tidak ada korban luka maupun jiwa karena saat kejadian tidak ada orang di lokasi. Namun, talut yang ambrol dan dinding SMPN 4 Satu Atap rusak cukup berat. Talut yang ambrol belum sepenuhnya longsor.

Baru! Begini SOP Isolasi Mandiri Bagi OTG Covid-19 di Technopark Sragen

Ekspedisi Mudik 2024

Pada sisi lain di Kismantoro hampir setiap hari hujan. Kondisi tersebut berpotensi memicu ambrol susulan. Oleh karena itu dia meminta tidak ada yang beraktivitas di sekitar lokasi terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal tak diinginkan.

“Talut diketahui sudah ambrol pukul 23.00 WIB. Berdasar penaksiran awal, kerugian diperkirakan mencapai Rp40 juta,” kata Bambang.

Belum genap sebulan sejumlah sekolah di Wonogiri rusak akibat bencana alam. Sebelumnya, dinding kelas SDN 6 Bero, Desa Bero, Kecamatan Manyaran jebol akibat dihantam material longsor, Jumat (4/12/2020) lalu. Bahkan, kerugian ditaksir mencapai Rp140 juta.

Kepala Desa Bero, Roh Edi Wibowo, menyampaikan bangunan yang terkena longsor ruang kelas I dan VI. Tembok ruang kelas I bagian belakang jebol sehingga material longsong masuk ke dalam kelas. Tembok yang jebol dua bagian. Sementara, ruang kelas VI rusak di bagian depan. Tiang penyangga patah sehingga bagian atap rawan ambruk.

Lereng Bukit

Ruang kelas yang rusak dekat dengan lereng bukit. Jarak antara tembok dengan lereng hanya 3 meter. Lereng di lokasi tersebut terdapat tiga bagian, yakni lereng yang rendah, sedang, dan tinggi. Lereng yang longsor merupakan lereng dengan ketinggian sedang, yakni 8 meter-10 meter.

Ketinggian itu dua kali lipat lebih tinggi dari bangunan kelas yang terkena longsor. Tebing di dekat sekolahan tersebut sepanjang lebih kurang 10 meter.

“Kalau nanti akan ada pembelajaran tatap muka, saya sudah bilang sama pihak sekolah, ruang kelas yang rusak tidak dipakai dulu saja. Dan ke depan kalau ada mendung dan diperkirakan bakal terjadi hujan deras saat pembelajaran tatap muka terjadi, lebih baik siswa dipulangkan. Itu untuk menghindari hal-hal tak diinginkan mengingat deret ruang kelas berada di dekat lereng bukit,” kata Kepala Desa.

1 Rumah di Baturan Colomadu Kebakaran, Pemiliknya Mengalami Luka Bakar 25%

Perisitiwa itu merupakan bencana alam terparah yang terjadi di Bero pada penghujan tahun ini. Sebelumnya terjadi longsor, tetapi skalanya kecil dan tak merusak fasilitas apa pun. Edi sudah meminta warga waspada lantaran saat ini sudah sering terjadi hujan deras dengan durasi lama. Saat hujan deras terjadi biasanya disertai angin kencang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya