SOLOPOS.COM - Kepala Desa (Kades) Pasung, Kecamatan Wedi, Sumarsono, saat mengecek buah nangka di desanya, Sabtu (25/9/2021). Guna kawula muda agar bersedia menjadi petani milenial, Pemdes Pasung mulai mengembangkan agrowisata. (Ponco Suseno/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Desa Pasung, Kecamatan Wedi, Klaten mengembangkan agrowisata, sejak empat tahun terakhir. Hingga sekarang, Desa Pasung telah memiliki lebih dari 1.000 tanaman buah yang berada di pinggir jalan utama di desa setempat.

Kepala Desa (Kades) Pasung, Kecamatan Wedi, Sumarsono, mengatakan gagasan membikin agrowisata di desanya bermula dari kondisi riil di lapangan, yakni semakin sedikitnya petani muda. Guna menarik minat petani milenial, Pemdes Pasung ingin memanfaatkan lahan yang ada di desanya sebagai tempat mengembangkan pertanian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Akhirnya kami kembangkan agrowisata berupa penanaman buah-buahan di kanan-kiri jalan utama. Sejak empat tahun ini, sudah ada lebih dari 1.000 tanaman buah yang kami tanam. Jenisnya ada nangka, kelengkeng, mangga, belimbing, jambu. Apa yang kami lakukan ini guna mewujudkan desa agrowisata yang akan di-launching 2022,” kata Sumarsono, kepada Solopos.com, Sabtu (25/9/2021).

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Klaten Ditarget 70 Persen hingga Akhir Tahun

Sumarsono mengatakan desa agrowisata akan dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Lumintu yang sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. Ke depan, konsep agrowisata di Pasung juga dilengkapi fasilitas rest area, sentra kuliner, dan pancingan.

“Dari sub-sub yang sudah berjalan itu baru pemancingan [Pancingan Tirto Mili]. Semoga dengan cara seperti ini, kami bisa menarik kawula muda menjadi petani milenial. Dalam konsep agrowisata itu juga ada pemberdayaan masyarakatnya,” katanya.

Baca Juga: 100 Ojol Dikerahkan Antar 1.000 Paket Apam Yaa Qowiyyu di Jatinom Klaten

Sebelumnya, Kades Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Mujahid Jaryanto, juga mengaku khawatir dengan semakin berkurangnya jumlah petani di desa setempat dalam beberapa tahun terakhir. Guna mencegah kepunahan petani, pemdes setempat mulai mengembangkan konsep millenial smartfarming.

“Perlu dipikirkan upaya-upaya agar kawula muda bersedia terjun sebagai petani milenial. Di Sidowayah sendiri terdapat konsep millenial smartfarming. Dengan demikian, pertanian dapat dilakukan melalui mekanisasi pertanian. Di sini juga ada pengembangan alga. Jika hasil pertanian bisa 3-6 kali upah minimum regional kabupaten (UMK), saya yakin banyak kawula muda yang terjun di dunia pertanian,” kata Mujahid Jaryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya