SOLOPOS.COM - Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Wilayah Soloraya membentangkan spanduk dan poster saat menyuarakan aspirasinya di perempatan Ngarsopuro, Jl Slamet Riyadi, Solo, Kamis (21/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI Kerakyatan se-Soloraya mengkritik keras kinerja Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim.

Dalam Kabinet Indonesia Maju yang telah berjalan dua tahun, Nadiem dinilai gagal mereformasi pendidikan untuk mencerdaskan seluruh lapisan masyarakat. Kritikan tersebut disampaikan dalam aksi yang digelar di Jl Slamet Riyadi depan Koridor Ngarsapura, Solo, Kamis (21/10/2021) sore.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Aksi yang diikuti sekitar 30 mahasiswa itu diwarnai pembentangan spanduk bertuliskan “Evaluasi Total Kabinet Indonesia Maju”. Kata “Maju” dalam spanduk disilang lalu diganti kata “Mundur”.

Mereka juga membawa poster bertuliskan “Jamin Kebebasan Akademik”, “Save KPK” hingga “Deklarasikan Darurat Iklim”. Peserta aksi BEM SI Se-Soloraya mengkritik Menteri Nadiem itu berasal dari tiga kampus.

Baca Juga: 68 Siswa dan Guru di Solo Terpapar Covid-19, Sebagian Warga Luar Kota

Mereka Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Universitas Aisyiah Solo. Koordinator aksi, Joni Prabowo, mengatakan Kabinet Indonesia Maju yang dibentuk Presiden Joko Widodo dua tahun lalu terbukti belum mampu menyelesaikan sejumlah problem di masyarakat.

Menurut Joni, beragam masalah skala nasional maupun daerah justru muncul dalam Kabinet Indonesia Maju pada periode kedua Jokowi. “Dari sejumlah kementerian yang bermasalah, kami paling menyoroti Kemendikbud Ristek. Menurut kami capaian Menteri Nadiem Makarim masih jauh dari memuaskan,” ujar Joni saat ditemui Solopos.com seusai aksi.

Pendidikan Berkeadilan

Aliansi BEM SI Kerakyatan di Soloraya itu mencatat Menteri Nadiem belum mampu mendorong pendidikan yang berkeadilan. Joni mencontohkan siswa di daerah pelosok kesulitan mengakses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 karena minimnya fasilitas pendukung.

Selain itu kebebasan akademik juga masih dalam ancaman menyusul banyaknya pembungkaman terhadap aksi protes pelajar dan mahasiswa. Kekerasan seksual di lingkungan akademik, imbuh Joni, menambah panjang rapor merah pendidikan di masa Nadiem.

Baca Juga: Klaster Covid-19 PTM Solo Meluas, Vaksinasi Anak Belum Jelas

“Kalau boleh memberi nilai, Nadiem kami kasih nilai D, bahkan E. BEM se-Indonesia bahkan sudah menyerukan tagar Nadiem Out,” ujar Joni yang juga Presiden BEM Unisri.

Aksi di Solo itu berbarengan dengan aksi menggugat tujuh tahun kepemimpinan Jokowi yang digelar di sejumlah kota di Indonesia. Dalam aksi di Jakarta, BEM SI membawa selusin tuntutan untuk dipenuhi Presiden.

“Tujuh tahun pemerintahan Jokowi ramai isu-isu yang diperbincangkan, namun ternyata tidak banyak membawa terobosan untuk mengatasi masalah-masalah di Indonesia. Sangat disayangkan, selama menjabat dua periode ini semua usaha yang dilakukan Jokowi tidak membawa hasil,” demikian pernyataan BEM SI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya