SOLOPOS.COM - Insomnia dan hipersomnia termasuk gangguan pola tidur (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, BANDUNG BARAT – Seorang wanita asal Bandung Barat, Cucu, 45, tak bisa tidur selama tujuh tahun terakhir. Dia tak mengetahui secara pasti kenapa hal itu bisa terjadi.

Cucu bercerita, dia susah tidur sejak 2014 silam. Warga Kampung Warung Jati, RT 02/10, Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat itu merasa gelisah setiap hendak tidur. Awalnya, dia hanya bisa tidur dua hingga jam tiga hari. Namun kini sudah tak bisa tidur sama sekali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Awalnya itu tahun 2014, ngerasa enggak bisa tidur. Kalau mau tidur itu gelisah, paling bisa tidur hanya dua jam atau tiga jam, terus bangun lagi. Tapi sekarang sudah enggak bisa tidur sama sekali,” kata Cucu seperti dikutip dari detik.com, Kamis (2/9/2021).

Baca Juga: Minyak Goreng dan Daging Ayam Sumbang Inflasi Kota Solo

Cucu sendiri bingung dengan kelainan itu. Padahal sebelumnya, dia hidup secara normal. “Enggak tahu kenapa, keluarga saya juga enggak ada yang seperti saya. Memang dulu sempat jatuh di bagian kepala, tapi sudah lama. Pokoknya waktu anak kedua saya masih kecil, saya juga lupa tahun berapa. Tapi pas jatuh itu ya normal aja setelahnya,” ujar Cucu.

Dia pun sudah berobat ke RSUD Cikalongwetan pada 2014 lalu. Saat itu, dia diberi obat tidur. Awalnya, obat tersebut lumayan membuat Cucu mengantuk dan tidur. Meski belum pulas seperti orang biasanya. Lama kelamaan, obat tidur itu justru tidak manjur sama sekali setelah setahun Cucu mengonsumsinya.

“Karena semakin kesini obatnya engga mempan lagi. Jadi dosisnya ditambah. Setahun penuh sejak berobat itu dikasih obat tidur tapi malah badan saya jadi gerak-gerak sendiri di bagian kaki sama kepala. Karena kan itu obat keras,” ucap Cucu.

Akibat kondisinya tersebut, kini Cucu hanya bisa terkulai di tempat tidur. Padahal sebelum mengalami efek samping mengonsumsi obat tersebut, Cucu berkisah bisa beraktivitas dengan normal kendati memang tak bisa tertidur.

“Kalau dulu mending, enggak bisa tidur juga aktivitas normal. Kalau malam, biasanya jam 1 malam itu saya jalan-jalan keliling kampung. Ke rumah kakak, orang tua, tetangga. Kalau sekarang enggak bisa. Mau jalan juga malah jadi miring badannya. Kalau duduk juga terus gerak-gerak, malah sakit,” jelasnya.

Dibius Tetap Tidak Tidur

Beberapa waktu lalu, Cucu kemudian berobat ke RS Santosa setelah berbagai pengobatan baik modern maupun tradisional dijalani. Tindakannya adalah melakukan scan pada bagian kepala. Sebelum di-scan, Cucu lebih dulu dibius. Namun saat dibius, Cucu justru tak tertidur. Matanya tetap melek meskipun tubuhnya tak bisa digerakkan.

“Kemarin baru ke (RS) Santosa, discan kepalanya. Hasilnya belum keluar. Ia sempat dibius, tapi enggak mempan. Dokter juga sampai bingung kenapa bisa seperti ini. Katanya mereka juga baru dapat pasien seperti saya,” jelas Cucu.

Cucu berharap ada pihak yang bisa membantunya mendapatkan kesembuhan. Ia tak mau terus membebani keluarga dengan kondisinya yang seperti ini. “Ya inginnya cepat sembuh, soalnya sedih kadang suka nangis. Badan juga sakit karena gerak-gerak sendiri,” harap Cucu.

Tanggapan Dokter Spesialis

Dokter Spesialis Jiwa RSUD Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Zulfitriani, mengatakan ada riwayat pasien tidak berobat secara teratur. “Pasien tersebut baru berobat pada bulan Juli 2019 dan berhenti berobat di bulan Mei 2021,” katanya seperti dikutip dari suara.com.

Untuk lebih jelasnya mengenai warga tersebut, kata Zulfitriani, tersebut perlu juga dilakukan assessment karena hal tersebut kemungkinan adanya gangguan fisik lainnya sehingga sebaiknya pasien dibawa kembali berobat ke rumah sakit.

“Itu tahun 2014 ya, jadi kasusnya sudah lama banget. Bisa jadi sudah terjadi perburukan gejala pada pasien. Untuk diagnosanya apa, tidak untuk disebarluaskan karena kode etik,” jelasnya.

Baca Juga: Pria Kartasura Meninggal Saat Gowes, Perhatikan Ini Agar Terhindar dari Kelelahan

Dirinya pun menjelaskan, permasalahan yang dialami seseorang hingga mengganggu kemampuannya untuk tidur pada dasarnya adalah perasaan cemas dan depresi. Sehingga untuk pengobatan biasanya akan diterapi dengan periode waktu tertentu sehingga tidak boleh diputus obat begitu saja.

“Dan selama sumber cemas dan stresnya tidak terkoreksi maka akan timbul gejala gangguan tidurnya. Gangguan tidur adalah sebagian gejala yang tampil dalam masalah cemas dan depresi, biasanya banyak gejala lain yang terabaikan seperti tidak nafsu makan, tidak bisa konsentrasi, suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, dan lain sebagainya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya