SOLOPOS.COM - Salah satu spesies ikan dewa. (Instagram/@rjerikho)

Solopos.com, MAGETAN — Keberadaan ikan dewa menjadi salah satu penunjang wisata di kawasan Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur.
Penebaran benih ikan dewa di sana dilakukan pada 20 Juli 2019. Saat itu Bupati Magetan dan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan memimpin langsung acara penebaran 15.000 ekor bibit ikan dewa.

Pemkab Magetan berharap ikan dewa itu tidak dipancing oleh masyarakat untuk dimakan. Sebab, keberadaan ikan tersebut berfungsi untuk menunjang pariwisata.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Konon, jauh sebelum penebaran benih itu dilakukan, masyarakat setempat pernah menemukan ikan tombro merah atau yang juga disebut sebagai ikan dewa di Telaga Sarangan. Ikan dewa ini dianggap keramat dan kabarnya bisa hilang jika air di kolam tempat tinggalnya surut.

Baca juga: Ada Ikan Dewa di Telaga Sarangan, Air Surut Bagaimana Kondisinya?

Peneliti ikan asal Wonogiri, Jawa Tengah, Rikho Jerikho, 26, mengatakan beberapa daerah di Jawa masih menganggap ikan dewa sebagai hewan keramat.

“Banyak yang percaya kalau ikan ini adalah representasi dari jiwa jiwa tentara kerajaan jaman dahulu. Makanya harus disucikan dan dikeramatkan,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (11/10/2021) malam.

Ikan yang memuliki sebutan true mahseer itu terdiri dari beragam spesies, khususnya dalam genus Tor dan Neolissochilus. Namun, masyarakat Indonesia umumnya mengenal hewan ini dengan sebutan ikan dewa.

Baca juga: Telaga Sarangan Kering, Jadi Mirip Pantai Lur!

Keramat

Pemuda alumnus program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Institut Pertanian Bogor itu menambahkan, ada dua alasan ikan yang dianggap keramat itu disebut sebagai ikan dewa. Pertama, ikan ini dulunya merupakan makanan bangsawan.

“Enggak sembarangan orang bisa makan ikan ini dan hanya untuk kalangan raja. Di beberapa daerah di Sumatra masih menyisakan buktinya, dengan ikan ini menjadi lambang prestige dalam upacara pernikahan. Semakin besar dan banyak ikan semah/batak/dewa yang diberikan, maka kasta orang tersebut akan dinilai kasta tinggi,” jelasnya.

Kedua, ikan tersebut dalam perkembangan agama Hindhu atau Budha dianggap sebagai representasi dewa. “Beberapa disebutkan jika ikan ini adalah bentuk representasi dewa mereka. Mungkin dari sana disebut sebagai ikan dewa,” lanjut dia.

Baca juga: Jangan Kecele! Ini Syarat Nonton World Superbike di Sirkuit Mandalika

Dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, konon ikan dewa bisa muncul secara ajaib di suatu tempat. Salah satunya seperti di pemandian Cibulan, Kuningan, Jawa Barat, yang dianggap sebagai jelmaan pasukan Prabu Siliwangi.

Rikho mengatakan secara umum habitat ikan dewa adalah perairan berarus deras. Namun saat ini semakin sulit menemukan keberadaannya di alam liar. Hal ini disebabkan habitat alaminya berkurang akibat berbagai faktor, mulai dari polusi, pengalihan lahan, fragmentasi, hingga penurunan kualitas air.

Secara umum, ikan dewa termasuk hewan yang berumur panjang seperti koi. Panjang tubuhnya bisa mencapai 75-100 cm. Saat ini ikan tersebut mulai dibudidayakan dan kerap dicari menjelang perayaan Imlek. Harganya pun bisa melambung tinggi mencapai jutaan rupiah per ekor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya