SOLOPOS.COM - Suasana pintu masuk Taman Buku dan Majalan di kawasan Alun-Alun Utara Solo, Senin (13/12/2021). (Solopos.com/Chelin I.S.)

Solopos.com, SOLO – Buku, pakaian, kaset, poster, sepatu, dan aneka barang bekas lainnya yang sering kali dianggap sebagai rongsokan ternyata masih diminati dan diburu banyak orang di Kota Solo di era modern. Sampai saat ini ada puluhan pedagang yang masih menggantungkan rezeki dari berjualan barang rongsokan tersebut.

Salah satu pedagang di Pasar Buku Bekas Alun-Alun Utara Solo, Iwan, mengatakan, ada sejumlah orang yang masih mencari buku-buku bekas di lapaknya setiap hari. Kebanyakan buku yang dicari adalah literatur berbahasa Jawa yang dicetak puluhan tahun lalu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Sampai sekarang masih ada beberapa orang yang cari buku-buku bekas di sini. Yang banyak laku justru buku-buku Jawa,” kata pria yang kental dengan logat Sumatra kepada Solopos.com, Senin (13/12/2021).

Baca Juga: Peringati Sumpah Pemuda, 93 Karya Barang Bekas Dipajang di Art Klat

Sama halnya dengan Iwan, Bambang Tri Harjanto, Ketua Paguyuban Pedagang Buku Bekas di Alun-Alun Utara, mengatakan, peminat buku bekas dan antik selama ini masih cukup stabil. Meskipun pasaran buku mulai menurun sejak 10 tahun terakhir akibat perkembangan teknologi internet dan smartphone.

“Kalau buku bekas pasarannya memang turun, tetapi tetap masih ada pembelinya. Tapi saya tidak cuma jualan buku, ada juga kaset, poster, dan lampu klasik yang semuanya bekas dan ternyata ada peminatnya,” kata dia.

Selama 24 tahun berjualan buku bekas, Bambang sudah memiliki pelanggan tetap. Meski belakangan pendapatannya menurun, dia tetap giat mencari buku-buku bekas di pengepul rongsokan.

Baca Juga: Manfaatkan Barang Bekas Menjadi Kerajinan Miniatur Sepeda Motor Bernilai Jual di Klaten

“Semua barang yang dijual di sini datangnya dari rongsokan. Kalau dulu dari pengepul dijual perkilo, sekarang sudah bijian. Mereka sudah mulai paham kalau barang-barang bekas ini bernilai jual tinggi,” sambung Bambang.

Hal senada disampaikan Zainul, 53, salah satu pedagang di kios buku belakang Taman Sriwedari. Buku bekas dan antik bagaikan permata yang diburu para kolektor.

“Buku bekas apalagi yang antik, seperti kitab Jawa zaman dulu atau buku keluaran tahun 1960-an sudah jadi barang antik yang harganya mahal. Apalagi kalau jualnya di marketplace, bisa lebih mahal lagi. Sudah seperti permata bagi kami yang berjualan buku,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin siang.

Baca Juga: Dulu Pasar Tiban, Pasar Legen Jatinom Klaten Kini Jadi Pusat Barang Bekas Hingga Antik

Sama halnya dengan buku, pakaian hingga sepatu bekas pun masih memiliki peminat. Deretan lapak pedagang awul-awul di sisi utara rel kereta api Gilingan, Banjarsari, sampai saat ini masih ramai pembeli. Para pedagang itu biasa membuka lapak mereka mulai pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB setiap hari.

Berbagai pakaian bekas seperti baju, rok, celana, hingga jaket kulit dijajakan dengan harga miring, mulai Rp5.000. Para pedagang mengaku jika sedang ramai bisa mengantongi Rp200.000 dalam sehari dengan berjualan di sana.

“Jualan di sini ramai dari dulu sampai sekarang hasilnya alhamdulillah. Emak pun dodol awul-awul teng mriki sejak 1968 [emak sudah jualan pakaian bekas di sini sejak 1968],” kata Ngadinem, pedagang pakaian bekas paling senior di sepanjang trotoar Gilingan, Selasa (14/12/2021) malam.

Baca Juga: Mengenal Thrifting yang Ubah Barang Bekas Jadi Cuan

Belakangan ini pasar pakaian bekas di Solo memang sedang naik daun. Bukan hanya baju bekas dari area lokal, pakaian bekas impor dari Jepang dan Korea pun sedang banyak diburu. Hal itu terbukti dengan banyaknya pameran thrift (barang bekas impor) maupun preloved (barang bekas koleksi pribadi) yang digelar di Kota Solo, seperti yang saat ini menempati area Sport Hall Terminal Tirtonadi Solo.

“Belakangan ini thrift sedang naik banget. Saya sudah ikut pameran keenam dengan di sini. Hasilnya lumayan banget dari pameran ini tidak kurang dari Rp200.000 sehari saya dapat,” kata Shella, salah satu pedagang baju bekas impor yang buka lapak di Safe Festival Terminal Tirtonadi Solo, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya