SOLOPOS.COM - Petrus Krismas Irmono, eks Wakil Sekretaris DPC PDIP Solo di era Wali Kota Slamet Suryanto. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Perseteruan sesama kader PDIP terkait dukung mendukung figur calon presiden (capres) 2024 hingga memunculkan polemik banteng vs celeng memancing seorang banteng senior Solo turun gunung.

Dia adalah Petrus Krismas Irmono, eks Wakil Sekretaris DPC PDIP Solo di era Wali Kota Slamet Suryanto. Laki-laki yang mengaku lebih senior dari FX Hadi Rudyatmo di kepengurusan PDIP Solo itu memberikan komentarnya terkait polemik banteng-celeng kader PDIP.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pertama, ia menyayangkan pernyataan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah (Jateng) Bambang Pacul Wuryanto yang juga Wakil Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu. Sebagai petinggi partai Bambang Pacul dinilai Krismas tidak pantas menyebut kader sebagai celeng.

Baca Juga: Klaster PTM Muncul di Solo, DPRD Desak Vaksinasi Anak SD Disegerakan

“Harusnya bahasanya tidak seperti itu. Kan akhirnya bisa memecah belah kader. Kader sebenarnya tidak akan lari ke mana mana. Tapi saat kondisi stagnan tak ada kegiatan mungkin mereka mencoba mana yang ada kegiatan,” ujarnya mengenai polemik banteng vs celeng di PDIP, Selasa (19/10/2021) sore.

Menurut Krismas, wajar ketika ada kader yang kemudian mendukung seseorang sebagai capres. Apalagi hal itu mendasarkan hasil survei yang tinggi. Ia menilai tidak seharusnya fenomena seperti itu direspons keras dengan menyebut mereka sebagai celeng.

“Dukung mendukung lumrah, tidak harus kebakaran jenggot sampai menyebut celeng. Bagaimana pun mereka kader kita,” katanya.

Baca Juga: Soal Capres 2024, Rudy: PDIP Solo Tegak Lurus Instruksi Megawati!

Pendekatan Struktural

Krismas menekankan pendekatan struktural untuk merespons kader yang memberikan dukungan kepada figur tertentu. Lebih jauh Krismas menyayangkan sikap sejumlah pengurus DPC PDIP yang sudah melakukan deklarasi dukungan kepada figur tertentu.

Padahal Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, sudah menginstruksikan kepada kader agar menunggu keputusan. “Di tingkat struktur DPC bila ada instruksi ya harus mengikuti keputusan kongres, atau DPP pernah menyatakan itu, ya harus menjalankan. Malah DPD dan DPC harus menjadi penyejuk, bukan malah saling ngomporin sana-sini. Jadinya tidak baik,” terangnya.

Krismas mengakui sebagai kader mempunyai sosok yang didukung merupakan hal wajar. Namun ia mengatakan mestinya tidak menyampaikan sikap politiknya itu kepada publik sebelum ada keputusan dari DPP. Mereka harus bisa menjadi penyejuk bagi para kadernya.

Baca Juga: Palsukan KTP Warga Solo untuk Utang ke Bank, 2 Orang Dibekuk Polisi

Seperti diketahui, polemik banteng vs celeng bermula dari pernyataan Bambang Pacul Wuryanto yang menyebut kader pendukung Ganjar Pranowo jadi capres 2024 bukan banteng melainkan celeng.

Pernyataan ini menjadi bola panas yang terus menggelinding dan menimbulkan pro kontra di internal PDIP. Ada yang menyetujui namun ada pula yang mengecam pernyataan tersebut sebagai ungkapan yang menyakitkan bagi sebagian kader.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya