SOLOPOS.COM - Ilustrasi cari beasiswa kuliah luar negeri (Freepik)

Solopos.com, KARANGANYAR — Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) membagikan strategi mendapatkan beasiswa yang dikelola Kemendikbud Ristek.

Data yang dihimpun Solopos.com dari akun http://beasiswa.kemdikbud.go.id, Kemendikbud Ristek menawarkan sejumlah beasiswa untuk guru, pelaku budaya, dosen, mahasiswa, dan lain-lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Beberapa di antaranya yakni beasiswa S1/D4, beasiswa S2/S3 dosen/calon dosen dan beasiswa joint degree/dual degree, beasiswa S2/S3 nondosen, beasiswa S2/S3 LPDP, beasiswa nondegree Ditjen Dikti, beasiswa nondegree Ditjen GTK, beasiswa nondegree Ditjen Diksi, riset keilmuan, dan bridging course.

Baca juga: Support Yuk! Atlet Bulu Tangkis Asal Karanganyar Ini Wakili Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020

Kepala Puslapdik Kemendikbud Ristek, Abdul Kahar, menyebut Kemendikbud Ristek mengelola enam beasiswa. Beasiswa yang dimaksud program Indonesia pintar (PIP) untuk pelajar pendidikan dasar dan menengah, beasiswa unggulan (BU) bagi pegawai dan masyarakat, beasiswa S2 dan S3 untuk dosen bekerja sama dengan LPDP.

Beasiswa lainnya, seperti beasiswa S2 dan S3 untuk guru, beasiswa S2 dan S3 untuk pelaku budaya, dan beasiswa S3 untuk dosen LPTK.

Kemudahan untuk Kandidat

Abdul juga menyebutkan sejumlah beasiswa dari luar negeri. Beberapa di antara Erasmus, Fulbright, Australia Awards, dan lain-lain. Solopos.com berkesempatan berbincang dengan Abdul saat diskusi virtual pada Rabu (18/8/2021). Diskusi dipandu Direktur Pelaksana Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Nurcholis M. A. Basyari.

Baca juga: Curhat Warganet Disuruh Bayar untuk Vaksinasi di Pabrik Karanganyar Viral, Tarikan Rp50.000 Akhirnya Batal

Selain Abdul, program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) tahun 2021 angkatan dua itu juga mengundang pembicara lain, yakni EVP and Chief Administration Officer PT Paragon Technology and Innovation. Program FJP tahun 2021 terselenggara kolaborasi GWPP dengan PT Paragon Technology and Innovation.

“Banyak peluang kan untuk mendapatkan beasiswa. Kami memberikan kemudahan pada kandidat. Meski demikian, untuk mendapatkan beasiswa itu pasti kompetitif,” kata dia saat menyampaikan materi.

Sayanganya, kata Abdul, tidak banyak pendaftar yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa. Salah satu penyebab kegagalan, yakni pemohon beasiswa tidak melakukan persiapan matang sebelum mendaftar.

“Kelemahan kandidat itu instan. Misalnya, begitu teman-teman ingin kuliah di satu tempat, langsung ikut kuliah di tempat itu. Padahal butuh persiapan matang. Nah persiapan ini yang sering diabaikan. Minimal harus sudah ada persiapan satu tahun,” ujar dia.

Baca juga: Agar Terhindar Sunburn, Perhatikan Cara Berjemur yang Tepat

Selain itu, sejumlah mahasiswa tidak memperhatikan cara berkomunikasi dengan mentor sehingga menyebabkan kendala. Persoalan lainnya adalah mahasiswa Indonesia akan berkumpul pada satu beasiswa sehingga mereka berada pada satu kelas tertentu. Kahar menyebutnya sebagai kemunduran.

“Misalnya tujuan belajar ke luar negeri ini kan memperkaya jaringan. Kalau dalam satu kelas isinya hanya orang Indonesia bahkan teman satu kampus atau satu kelas di kampus, bagaimana bisa berkembang,” tutur dia.

Memperhatikan Prestasi Akademik

Untuk itu, Abdul membagikan sejumlah tips mendapatkan beasiswa. Dimulai dari memilih beasiswa sesuai dengan kondisi atau kebutuhan kemudian pelajari informasi dari sponsorship, termasuk visi misi organisasinya.

Baca juga: 659 Peserta Tes CPNS di Sragen Wajib Suntik Vaksin Covid-19 Sebelum SKD

Setelah itu, calon pendaftar beasiswa juga wajib memperhatikan prestasi akademik dan nonakademik. Tips berikutnya mencari mentor yang baik dan tepat. Setelah itu masukkan lamaran lebih awal. Khusus untuk kuliah ke luar negeri jenjang S2 dan S3, minimal harus mempersiapkan diri satu tahun sebelumnya.

“Pertanyaannya apakah masyarakat bisa memanfaatkan dengan baik? Faktanya kuota beasiswa luar negeri tidak terpenuhi. Jauh dari kuota, misal kuota 100 tapi baru 20 orang sampai 30 orang yang mendaftar. Kalau beasiswa dalam negeri malah penuh,” ujar dia tidak habis pikir.

Abdul menduga kondisi itu terjadi karena penguasaan bahasa. Dia berharap peminat beasiswa luar negeri semakin banyak tahun depan.

“Sayang sekali. Ini momen meningkatkan mutu SDM [sumber daya manusia]. Dana ada [disiapkan Kemendikbud Ristek] tapi kesempatan kurang dioptimalkan. Jangan pernah putus harapan untuk sekolah karena banyak beasiswa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya