SOLOPOS.COM - Ilustrasi padi. (Solopos/dok)

Solopos.com, KLATEN — Benih padi Raja Lele yang dikembangkan di Klaten, Srinar dan Srinuk, belum bisa dipasarkan meski sudah diluncurkan oleh Bupati Sri Mulyani pada Oktober 2019 lalu.

Pemkab Klaten masih perlu mengurus hak paten dan pelabelan sebelum bisa memasarkan benih padi Raja Lele Srinar dan Srinuk tersebut.l

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Benih padi Raja Lele Srinar dan Srinuk dikembangkan di Klaten selama kurang lebih enam tahun (2013-2019). Pengembangan benih padi ini berawal dari kendala yang dialami petani saat menanam Raja Lele.

Seperti diketahui, Klaten dikenal sebagai lumbung pangan di Jateng dan penyangga pangan nasional. Salah satu varietas tanaman padi yang melegenda di Klaten adalah raja lele.

1 Suspect Corona di RSUD Moewardi Solo Meninggal Dunia

Padi jenis ini memiliki cita rasa enak, pulen, dan beraroma wangi. Sentra raja lele di Klaten berada di Kecamatan Delanggu.

Pengembangan raja lele di kalangan petani memiliki berbagai kendala. Masa tanamnya lebih panjang dibandingkan tanaman padi biasa dan tinggi tanaman yang berlebih mengakibatkan padi mudah roboh diterjang angin.

Bukannya memperoleh keuntungan, para petani malah mengalami kerugian saat menanam padi raja lele sehingga banyak petani yang meninggalkan varietas ini dan beralih ke varietas lain.

Asal Usul Nama Srinar dan Srinuk

Berkaca dari kondisi di lapangan tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menjalin kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk menciptakan tanaman padi yang cepat memasuki masa panen, tanaman tidak terlalu tinggi, dan memiliki kualitas yang baik.

Jumlah Penumpang KA Bandara Solo Turun Drastis

Penelitian itu menghasilkan benih raja lele yang masa tanamnya berkisar 115 hari, tinggi tanaman dapat dikurangi hingga 20 cm dari umumnya tinggi tanaman raja lele yang mencapai 155 cm. Tingkat produksi raja lele hasil penelitin Batan mencapai 9 ton per hektare.

Kerja sama kurang lebih enam tahun tersebut menghasilkan padi raja lele Srinar dan Srinuk. Nama Srinar berasal dari Sri yang berarti dewi padi dan Nar yang diambilkan dari slogan Klaten, yakni Bersinar. Jenis Srinar memiliki keunggulan tahan hama wereng.

Sedangkan Srinuk berasal dari sri yang berarti dewi sri dan inuk yang berarti sangat enak sekaligus menjadi bagian inovasi nuklir Klaten. Padi raja lele Srinuk memiliki aroma wangi yang lebih kuat.

Terkuak! Begini Cara Virus Corona Berkembang Biak

Peluncuran Srinar dan Srinuk dilakukan Bupati Klaten, Sri Mulyani, Oktober 2019 lalu di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten. Padi raja lele Srinar dan Srinuk telah lolos sidang pelepasan varietas, 27 Juni 2019.

Petani Diharapkan Antusias Pakai Srinar dan Srinuk

“Kami masih mengurus hak paten dan pelabelan [di Kementerian Pertanian]. Diharapkan tahun ini sudah keluar. Ini untuk melindungi raja lele Srinar dan Srinuk sendiri. Jika dua hal itu sudah rampung, otomatis padi raja lele Srinar dan Srinuk segera dipasarkan,” kata Kepala Bidang (Kabid) Penelitian Pengembangan Pengendalian dan Evaluasi Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Klaten, Muh., Umar Said, saat ditemui Solopos.com, di Trucuk, Selasa (10/3/2020).

Gempa Pacitan Magnitudo 5, Sumber Dekat Episentrum Gempa Besar 1937

Umar Said mengatakan pengembangan benih padi raja lele Srinar dan Srinuk menjadi upaya Pemkab Klaten melestarikan tanaman padi raja lele. Petani di Klaten diharapkan antusias menanam padi raja lele itu di waktu mendatang.

“Sebenarnya padi raja lele Srinar dan Srinuk ini sudah siap [didistribusikan ke petani dan di pasaran]. Tapi kami butuh hak paten dan label itu. Jika sudah memegang hak paten dan label, tak perlu khawatir lagi akan diklaim orang lain atau pun daerah lain. Tanaman padi ini akan terus dikembangkan. Dalam hal ini dikoordinasi oleh Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten,” katanya.

Solo 24 Jam Menari Batal, Padahal Tinggal Sebulan Lagi

Sebelumnya, Kepala DPKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan Batan telah mengirim 600 kilogram benih sumber ke Klaten. Benih tersebut yang akan dikembangkan menjadi benih dasar sebelum menjadi stock sheed.

“Di tahap berikutnya muncul benih sebar. Benih itulah yang dikembangkan petani,” kata Widiyanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya