SOLOPOS.COM - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra (suara.com)

Solopos.com, JAKARTA — Manajemen Garuda Indonesia masih terus berupaya menyelesaikan persoalan yang menimpa perusahaan pelat merah tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan proses restrukturisasi Garuda akan memerlukan waktu yang panjang.

Dia menjelaskan ada 800 kreditur yang dihadapi, dengan lessor yang paling sulit dihadapi. “Bahwa memang proses restrukturisasi dari awal bakal panjang, bukan berarti ribet karena ada 800 kreditur yang akan kita hadapi, yang paling sulit adalah lessor, kami sebenarnya sudah lakukan investigasi, proses lessor ini adalah membeli pesawat, ada sale and leaseback, beli pesawat lalu jual ke leasing company,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Irfan membeberkan sejak awal pandemi pihaknya telah melakukan berbagai upaya negosiasi dengan pihak lessor. Telah ada kesepakatan saat itu dengan penurunan biaya sewa pesawat.

Baca juga: Wamen BUMN Sebut Garuda Indonesia Sudah Technically Bankrupt

“Kita nego tahun lalu dengan asumsi pandemi langsung cepat selesai, penurunan biaya dari seluruh lessor lebih dari 200 juta pertahun, cuma tak bisa eksekusi karena jumlah trafik enggak nyampe,” kata seperti dilansir liputan6.com.

Video Conference

Menurut Irfan, hal itu membuat proses berjalan panjang. Maka pada kesempatan sebelumnya ia mengatakan opsi yang diambil untuk menyelamatkan Garuda Indonesia adalah lewat jalan restrukturisasi.

Lebih lanjut, Irfan menegaskan dari negosiasi yang masih dijalankan saat ini ada perkembangan yang dicapai. Contohnya, ia mengatakan dalam satu minggu melakukan 2-3 kali video conference dengan lessor di Amerika Serikat.

Baca juga: Hanya 60 Pesawat Beroperasi, Penerbangan Garuda Indonesia Kian Langka

Pada upaya itu, ia mengatakan ada berbagai macam respons, mulai dari yang meminta kembalikan pesawat, hingga melupakan utang Garuda Indonesia.

“Kita diperkenankan tak usah bayar sewa, bukan disebut ngemplang lagi, tapi memang tak usah bayar sewa, tapi kita perlu bayar yang disebut dengan maintenance reserve, jadi kaya ongkos yang menjamin kalau ada kerusakan,” beber dia.

“Akibat dari itu ada beberapa lessor yang minta pesawatnya keluar dari Indonesia dan sekarang minta itu determined. Ada juga lessor yang mengatakan bahwa ‘udah deh pesawatnya kembalikan, dan utang kamu ke saya, saya lupakan’, ini ada, tapi gak banyak yang begitu, intinya kita lakukan tiap hari berulang kali mengalami readjustment,” tambah Irfan.

Baca juga: Pecahkan Rekor Jiwasraya, Ekuitas Negatif Garuda Capai Rp40 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya