SOLOPOS.COM - Ilustrasi produksi baterai lithium (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Harapan Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam persaingan kendaraan listrik akhirnya terwujud. Indonesia kini akan memiliki pabrik baterai kendraan listrik (electric vehicle/EV) yang pembangunannya telah dimulai hari ini, Rabu (15/9/2021).

Tahun depan Indonesia juga menargetkan sudah akan memproduksi mobil listrik, paling lambat Mei 2022.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Groundbreaking atau peletakan batu pertama pabrik baterai mobil listrik ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin.

Pabrik baterai mobil listrik ini bukanlah investasi dari Tesla, produsen mobil listrik terbesar. Melainkan gabungan perusahaan dari Korea Selatan. Yakni Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution. Mereka bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat. Total nilai investasinya mencapai 1,1 miliar dolar AS.

Baca Juga: Indonesia Jadi yang Pertama di Asia Tenggara yang Punya Pabrik Baterai Mobil Listrik

Sementara negosiasi pemerintah Indonesia dengan Tesla yang dimiliki Elon Musk masih tarik ulur meski sudah ada ketertarikan.

Mengutip laporan bisnis.com, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia sudah memiliki non disclosure agreement (NDA) dengan Tesla mengenai perkembangan rencana investasi Tesla di Indonesia. Kendati demikian, Luhut memastikan investasi Tesla di Indonesia tidak pernah bicara mengenai pembangunan pabrik mobil.

Nikel Jadi Magnet

Tesla tertarik ke Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia yang menjadi bahan utama baterai EV. “Kami sudah NDA sama mereka, kami tidak pernah bicara pabrik mobil, ada 6 di tempat mereka, salah satunya pabrik mobil. Ada mengenai Starling, ada launching pad, hypersonic, serta baterai lithium pack stabilizer energy, itu yang kita bicarakan,” ujarnya Kamis (25/2/2021).

Luhut menerangkan sejak awal Tesla tertarik terhadap Indonesia karena menjadi negara penghasil nikel ore terbesar di dunia. Melihat potensi tersebut, Tesla pun tertarik mengembangkan mengenai baterai Lithium Pack Stabilizer Energy.

Baca Juga: Tahun Depan Indonesia akan Mulai Produksi Mobil Listrik

“Sampai hari ini kami masih bicara, jadi tidak ada sebenarnya orang ribut mobil Tesla di Indonesia, karena itu kan baru kejadian di tahun 2025. Kita itu punya bauksit, copper, dan nikel ore yang bisa diproduksi turunannya,” katanya.

Sebulan sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan Tesla milik Elon Musk segera berinvestasi di Indonesia. Selain itu, ada BASF asal Jerman yang juga akan menanamkan modalnya di Indonesia.

Dua produsen baterai listrik raksasa dunia itu bakal mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, khususnya baterai listrik. “Sebentar lagi yang akan kita teken ini adalah BASF sama Tesla,” kata dia dalam konferensi pers virtual, kemarin Senin (25/1/2021), seperti dikutip dari detik.com.

Baca juga: Kendaraan Listrik Diramalkan Capai Puncak Penjualan 2033

Kapasitas 10 GwH

Kini, Indonesia akan benar-benar memiliki pabrik baterai kendaraan listrik. Fasilitas sel baterai yang dimulai pembangunannya Rabu ini rencananya memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH). Pabrik ini akan menyuplai baterai kendaraan listrik produksi Hyundai.

Dalam acara groundbreaking, Bahlil mengemukakan pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.

“10 GwH hari ini bagian dari 9,8 miliar dolar AS itu,” kata Bahlil, Rabu.

Baca Juga: Harga Pemesanan Mobil Tesla Naik Dua Kali Lipat

Game Changer

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang. Dengan adanya pabrik tersebut Jokowi yakin nasib ekonomi RI bisa berubah.

Jokowi mengatakan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik itu wujud keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi industri.

“Era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir. Kita harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi masuk ke industrialisasi. Menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis kepada pengembangan inovasi teknologi,” tuturnya disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (15/9/2021).

Baca Juga: Semester Pertama 2021, Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Capai 1.900 Unit

Jokowi menerangkan strategi bisnis besar Indonesia saat ini adalah secepatnya keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Indonesia sudah cukup lama roda ekonominya digerakkan oleh ekspor bahan mentah.

“Strategi bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Melepaskan ketergantungan pada produk-produk impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan, sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya