SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan jantung saat olahraga. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Di bawah ini terdapat perbedaan nyeri dada yang disebabkan oleh gangguan jantung, lambung maupun paru-paru.

Perlu diketahui, nyeri dada kerap ditemui di tengah masyarakat. Bahkan, dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, nyeri dada menjadi urutan kedua penyebab masyarakat datang ke IGD rumah sakit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga:  Setelah Kotak, Kini Ada Penganut Bumi Berbentuk Donat, Ini Bentuknya!

Biasanya nyeri dada kerap diidentikan dengan serangan jantung. Padahal itu bukanlah penyebab satu-satunya.

Menurut dokter spesialis paru RSUD Dr Moewardi Solo, Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto, Sp.P(K), FISR, terdapat lima penyebab nyeri dada.

Baca Juga:  Profil Gusti Nurul, Bidadari Solo yang Tolak Cinta Bung Karno

Beberapa di antaranya adalah kelainan jantung, gangguan organ paru-paru, masalah pencernaan khususnya pada organ lambung, dan nyeri dada disebabkan kelainan otot dan tulang serta faktor psikologis.

“Tidak semua nyeri dada selalu berhubungan dengan masalah jantung, seperti masalah otot dada, paru, lambung dan gangguan psikologis yang dapat memberikan gambaran serupa. Karakteristik dan lokasi nyeri seringkali membantu untuk mengetahui penyebab nyeri dada, namun pemeriksaan medis dan alat medis seringkali dibutuhkan untuk memastikan adanya hubungan antara nyeri dada dan organ yang terlibat,” ujar dia kepada Solopos.com, beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Materi dan Contoh Soal CPNS 2021 Pdf Beserta Link Downloadnya

Perbedaan Nyeri Dada karena Kelainan Jantung, Lambung, dan Paru

Sementara itu, dari lima penyebab nyeri dada tersebut ternyata mempunyai ciri khas masing-masing.

Misalnya saja karena serangan jantung yang nyeri dada akan muncul di bagian tengah dan tengah-kiri hingga menyebar ke area dada lainnya. Bahkan, rasa nyeri juga bisa menjalar ke lengan, punggung hingga rahang.

Baca Juga: Doa Sakit Perut Biar Cepat Sembuh yang Dianjurkan Rasullulah

Sedangkan nyeri dada karena gangguan paru bisa dikategorikan ke beberapa penyakit, yakni TBC, pneumonia, emboli paru hingga kanker paru.

“Tuberkulosis sering mengeluh nyeri dada disertai batuk lebih dari dua minggu, batuk berdarah, sesak napas, demam, keringat malam, hingga penurunan napsu makan. Sedangkan nyeri dada karena pneumonia nyeri dadanya lebih dalam dan timbul demam serta batuk berdahak,” kata laki-laki yang juga dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu.

Baca Juga:  Berhenti Podcast, Penghasilan Deddy Corbuzier di Youtube Capai Rp5 Miliar

Sementara itu, kanker paru akan mengakibatkan rasa nyeri dada yang begitu hebat. Dan untuk emboli paru menyebabkan rasa nyeri dada yang menjalar ke leher, rahang bahu dan lengan, sesak napas tiba-tiba, detak jantung yang cepat dan tak teratur serta diikuti pembengkakan pada kaki.

Dan untuk nyeri dada karena gangguan pencernaan khususnya pada organ lambung, sakitnya sulit dibedakan dengan kelainan jantung dan organ pada dada lainnya.

Baca Juga:  Begini Cara Mengecek Penerima Bantuan Subsidi Upah, Namamu Ada?

Namun, menurut dr Yusup, nyeri dada karena gangguan pencernaan pada lambung memunculkan gejala khas, yakni muncul nyeri dada dan perut bagian atas seperti terbakar.

“Kelainan di lambung dan esofagus kerap kali dapat memberikan sensasi nyeri dada. Heartburn adalah sensasi nyeri dada dan perut bagian atas seperti terbakar yang disebabkan oleh naiknya asam lambung ke esofagus,” tambah dia.

Baca Juga:  Mitos Larangan Menikah di Bulan Suro, Ini Alasannya?

Untuk mencegah munculnya nyeri dada baik dikarenakan kelainan jantung, paru dan lambung, masyarakat sebaiknya menerapkan pola hidup sehat.

“Pola hidup sehat haruslah menjadi gaya hidup kita semua, baik muda maupun tua, baik pria maupun wanita. Cek kesehatan berkala, menghindari asap rokok, rajin olahraga, diet makanan dan minuman sehat, istirahat cukup dan kelola stres atau psikis menjadi kunci pencegahan beragam penyakit dengan gejala nyeri dada. Dan tak lupa selama pandemi ini, yaitu menerapkan protokol kesehatan,” pungkas dia.

Baca Juga: Hah Labu Kuning Bisa untuk Obat Covid, Masa Sih?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya