SOLOPOS.COM - Panorama Gunung Slamet dari Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Antara-Sumarwoto)

Solopos.com, PURBALINGGA Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang berada di Provinsi Jawa Tengah termasuk kategori gunung berapi aktif. Gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa ini membentang di lima kabupaten, yakni Kabupaten Tegal, Pemalang, Brebes, Banyumas, dan Purbalingga.

Dilansir dari Liputan6.com, Selasa (23/11/2021), karena ukurannya yang besar dan posisinya yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa, Gunung Slamet pun diliputi mitos. Mitos yang dipercaya masyarakat sampai saat ini itu menyebutkan jika Gunung Slamet meletus, maka pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Pulau Jawa Terbelah

Mitos itu membuat masyarakat yang tinggal di lereng gunung tertinggi di Jawa Tengah itu selalu waspada jika sewaktu-waktu terjadi erupsi. Seperti yang telah diberitakan Solopos.com sebelumnya, warga lereng, khususnya di Dusun Bambangan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, memiliki tradisi ritual upacara ruwat bumi yang dilakukan setiap memasuki bulan Sura. Upacara ini digelar untuk menghormati dan menghibur Sang Bahureksa yang dipercaya sebagai penguasa Gunung Slamet.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Langgar Pantangan di Gunung Ungaran, 2 Botol Miras Pecah Seketika

Ritual tersebut dilakukan dengan memberikan persembahan berupa makanan tradisional Jawa. Tujuan ritual ini tidak lain adalah supaya warga lereng Gunung Slamet dihindarkan dari malapetaka berupa letusan Gunung Slamet yang dipercaya warga setempat dapat memisahkan pulau Jawa.

Mitos ini sebenarnya berkembang dari ramalan Jayabaya, seorang Raja Kerajaan Kediri di masa Hindu-Budha yang dikenal denga ramalannya. Menurut ramalan Jayabaya tersebut, Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua jika Gunung Slamet meletus.

Catatan Erupsi

Berdasarkan catatan sejarah vulkanologi Gunung Slamet yang dilansir dari vsi.esdm.go.id, awal meletusnya Gunung Slamet terjadi pada 11-12 Agustus 1772. Letusan ini menghasilkan aliran lava hingga hujan abu vulkanik. Letusan besar Gunung Slamet yang juga menghasilkan aliran lava dan hujan abu terjadi kembali pada 1930, 1932, 1953, 1955, , 1958, 1973, dan 1988. Selain itu, aktivitas vulkanologi gunung ini hanya berupa peningkatan aktivitas yang diikuti dengan semburan abu, dentuman suara hingga kegempaan.

Berdasarkan analisa vulkanologis sepanjang catatan sejarah, karakter letusan Gunung Slamet adalah letusan abu yang disertai dengan lontaran sekoria atau batu pijar dan kadang mengeluarkan lava pijar. Letusan ini berlangsung beberapa hari, bahkan bisa beberapa minggu jika dalam kondisi parah. Letusan tersebut membuat kawah gunung menjadi makin melebar akibat material vulkanik yang mengendap.

Baca Juga: Prostitusi Online di Semarang Diungkap, Indekos Jadi Tempat Esek-Esek

Dengan melihat catatan sejarah dan analisis ahli terkait aktivitas vulkanologi tersebut, tentu saja ramalan terbelahnya pulau Jawa dibantah oleh para pakar. Namun, terkait letusan dasyat Gunung Slamet tidak ditepis oleh para pakar. Dilansir dari Antaranews.com, ahli vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Agung Harijoko mengatakan bahwa  gunung ini berpotensi mengalami letusan cukup besar di masa yang akan datang.

Agung menjelaskan bahwa dari peta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencama Geologi (PVMBG), Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 akan masuk ke arah Guci. Namun masih belum dapat diperkirakan kapan dan seberapa dahsyat letusan tersebut hingga kemungkinan dampak yang terjadi.

Untuk itu, upaya mitigasi berupa monitoring seperti yang dilakukan PVMBG memang sangat penting untuk dilakukan sebagai tanda-tanda dan mengetahui tingkat kegempaan yang mengarah pada kemungkinan terjadinya erupsi. Hal yang tak kalah penting adalah kesiapsiagaan masyarakat di sekitar gunung api tersebut yang pastinya akan menjadi kelompok terdampak paling depan jika letusan terjadi.

Baca Juga: Grobogan Great Sale, Cara Pemkab Bangkitkan Ekonomi Saat Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya