SOLOPOS.COM - Rumah warga pesisir Pekalongan (Sumber: Youtube.com)

Solopos.com, PEKALONGAN —   Selain Kabupaten Demak dan Kota Semarang, wilayah pantai utara (pantura) lain di Jawa Tengah yang terancam tenggelam adalah Kota Pekalongan. Kota yang dikenal dengan multikulturnya ini juga tidak lepas dari ancaman banjir air pasang laut atau rob yang diakibatkan fenomena turunnya permukaan tanah atau land subsidence sehingga membuat permukaan air laut meningkat.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di kanal Youtube elhakimovic dengan judul video Pekalongan 34 CM (Film Dokumenter)”, Jumat (15/10/2021), banjir rob selalu melanda kawasan pesisir Pekalongan sepanjang tahun yang membuat warga di daerah pesisir sulit untuk berkreasi. Perumahan di dekat pantai banyak yang tenggelam saat banjir rob datang dan bahkan ada yang sudah tenggelam permanen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu warga pesisir Pekalongan adalah Azizah yang tinggal di Kelurahan Pabean. Sebagian rumahnya sudah terendam air. Azizah yang merupakan pengrajin batik ini mengaku bahwa daerahnya sudah berulang-ulang diuruk pasir namun setiap banjir rob datang, air pasang itu masih menenggelamkan rumahnya dan bahkan tinggi airnya bisa mencapai dada orang dewasa.

Baca Juga: Gobyos! Cuaca Panas Ekstrem Melanda Jateng & Jogja

Azizah yang tinggal bersama kakak, ibu dan anaknya ini mengatakan bahwa upaya untuk menguruk atau meninggikan rumah sudah dia lakukan sejak 2015 lalu. Namun banjir rob masih menjadi ancaman baginya dan keluarga. Kondisi ini membuat produktivitas mereka sebagai pembatik tradisional ikut turun dan berimbas pada pereknomian mereka.

Warga Kelurahan Pabean lain, Agus Riyanto, yang mengatakan surutnya air laut merupakan hal yang menggembirakan bagi warga setempat, karena mereka bisa lebih produktif. Agus menjelaskan bahwa di kawasan tersebut dulunya merupakan lahan persawahan untuk menanam kangkung air dan padi. Namun sekarang karena sering diterjang banjir rob, daerah persawahan itu berubah menjadi rawa.

Turunnya Permukaan Tanah di Pekalongan Lebih Cepat Daripada Jakarta

Kontur permukaan tanah berdasarkan tingkat penurunannya melalui citra satelit dengan teknik DinSAR (1)
Kontur permukaan tanah berdasarkan tingkat penurunannya melalui citra satelit dengan teknik DinSAR (Sumber: Youtube)

Pada 2018, tercatat sekitar 31 persen dari total luas wilayah Kota Pekalongan sudah terendam air. Meskipun banyak prediksi bahwa Jakarta menjadi kota pertama yang tenggelam, namun berdasarkan penelitian dari pakar mengatakan bahwa permukaan tanah di Kota Pekalongan lebih cepat turun daripada Jakarta sehingga ancaman tenggelamnya Kota Pekalongan lebih parah.

Baca Juga: Mantap! Jateng Borong Penghargaan Bidang Kesetaraan Gender

Pakar Analis Geospasial, Irendra Radjawali, pada 2018 melakukan riset pengukuran turunnya permukaan tanah di Kota Pekalongan. Dalam wawancaranya di video Youtube tersebut, Irendra menjelaskan bahwa untuk mengetahui turun tidaknya permukaan tanah, pihaknya menggunakan citra satelit dan menggunakan teknik DinSAR (Differential -Synthetic Aperture Radar- Interferometry) yang menghasilkan cahaya yang ditangkap permukaan bumi. Dari hasil citra satelit tersebut, menunjukan bahwa Kota Pekalongan di bagian utara mengalami penurunan 25-34 cm.

Fenomena turunnya permukaan tanah atau land subsidence di kawasan pantura ini memang banyak terjadi di daerah urban atau perkotaan. Berdasarkan hipotesisnya, penurunan permukaan tanah ini diakibatkan air tanah yang terus menerus disedot oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik itu industri dan perusahaan atau organisasi lain sehingga berdampak pada permukaan tanah tersebut.

Terkait fenomena ini, Wali Kota Pekalongan yang saat itu menjabat, H.M Saelany Machfudz mengatakan bahwa sudah seharusnya dilakukan ketegasan dari pemerintah provinsi karena penyedotan air tanah ini masuk dalam kewenangan provinsi. Pihak-pihak yang melakukan penyedotan air tanah, seperti perhotelan, industri dan perusahaan lainnya harusnya melakukan konsultasi lebih lagi kepada para pakar terkait imbas atau dampak jangka panjangnya.

Baca Juga: Gawat! Demak Diperkirakan Tenggelam 20 Tahun Lagi

Pemmbangunan Tanggul Oleh Pemerintah Provinsi dan Pusat

Pembangunan tanggul oleh Pemerintah Provinsi dan Pusat (1)
Pembangunan tanggul oleh Pemerintah Provinsi dan Pusat (Sumber: Youtube)

Pada 2017 lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membangun sebuah tanggul di Kelurahan Bandengan. Namun warga sekitar meragukan daya kekuatan tanggul tersebut karena setiap pemerintah provinsi  membangun sebuah infrastruktur tidak diikuti dengan kualitas material yang baik, sehingga fungsinya tidak maksimal.

Pada 2017 juga, pemerintah pusat membangun tanggul raksasa yang tingginya mencapai tiga meter. Namun efektivitasnya juga diragukan karena ukuran tiga meter tidak diukur dari tanah pijakan namun diukur beberapa meter di bawah tanah.

Dilansir dari Pu.go.id, pembangunan tanggul oleh pemerintah pusat yang berada dibawah kewenangan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah diselesaikan sebagai pada 3 Febuari 2021 lalu sebagai infrastruktur pengendalian banjir rob di Kota Pekalongan dengan menggunakan sistem polder berupa long storage dengan tanggul pembatas atau disebut tanggul rob dengan panjang 7,2 km,

Baca Juga: Gibran & Bima Arya Temui Ganjar di Semarang, Ini yang Dibahas

Pembangunan tanggul bertujuan untuk mengeringkan kawasan yang selama ini selalu tergenang rob, serta memisahkan antara zona pemukiman penduduk yang kering dan zona tambak yang dibiarkan tergenang.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, dengan ketinggian tanggul rob yang tepat, diharapkan dapat bermanfaat untuk jangka waktu yang panjang. Jumlah pompa yang dipasang sebanyak 7 x 2 m3/detik atau 14 m3/detik yang melayani catchment area seluas 35 ribu hektar.

Secara keseluruhan, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana – Direktorat Jenderal Sumber Daya Air meletakkan beberapa rumah pompa di sepanjang jalur tanggul, yakni di Silempeng (2 x 2.000 liter/detik), di Sengkarang (3 x 2.000 liter/detik), dan di Pabean (2 x 2.000 liter/detik).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya