SOLOPOS.COM - Ketua KPID Jateng, Muhammad Aulia, memberikan paparan saat workshop di Hotel Syariah Solo, Minggu (19/9/2021). (Solopos-Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun terakhir telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi kecanggihan teknologi dapat menunjang berbagai aktivitas masyarakat.

Namun di sisi lain, kemajuan teknologi yang secara masif digunakan masyarakat juga memberikan dampak negatif. Salah satunya kecenderungan generasi muda kurang cakap dalam melakukan komunikasi secara langsung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jateng, Muhammad Aulia, saat diwawancarai wartawan seusai mengisi Workshop Pendidikan di Hotel Syariah Solo, pada Minggu (19/9/2021) siang.

Baca juga: Sebut Anies Baswedan Pembohong, Giring Diimbau Lebih Bijak Berkata

Workshop mengambil tema Peran Guru dalam Pembangunan SDM dan Penguasaan Iptek Menghadapi Era 4.0 dan Menyambut Era 5.0. “Memang 80 persen lebih generasi muda kita gagap dalam berkomunikasi,” ujar dia.

Aulia mengajak masyarakat untuk tidak semata berorientasi dengan teknologi informasi, terutama kalangan guru atau tenaga pendidik. Pengembangan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan siswa tidak boleh dilupakan di sekolah.

Sebab kurangnya sentuhan kemanusiaan dan karakter dapat membuat karakter siswa menjadi sempit. Mereka bisa menjadi pribadi yang apatis dengan lingkungannya. “Jadinya anak terasing di kehidupan sosial,” terang dia.

Baca juga: Bom Waktu China Itu Bernama Evergrande

Menurut Aulia guru memegang peran sentral dalam pembentukan karakter siswa di sekolah.

“Kita mengalami disrupsi, euforia, kepada kekuasaan teknologi. Harus dikembalikan kepada manusia yang kendalikan teknologi,” kata dia.

Dilatih Kepekaan Sosial

Aulia memerinci para guru tidak boleh melupakan pendekatan personal dan komunikasi yang intim dengan siswa saat mengajar. Dengan begitu para siswa dilatih kepekaan sosialnya, sehingga menjadi pribadi yang tidak apatis.

“Jangan sampai guru dalam tanda kutip jadi mesin, hanya penyedia informasi tanpa sentuhan kemanusiaan dan personal. Data yang saya dapat dari Dinas Perempuan dan Perlindungan Anak, sekarang tidak sehat,” urai dia.

Baca juga: Muncul Prediksi Gelombang ke-3 Covid-19, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Tidak hanya di sekolah, para siswa menurut Aulia, menghadapi ancaman gangguan karakter saat pembelajaran jarak jauh. Menurut dia ada 22 persen siswa yang mengalami kekerasan di rumah dari orang tua mereka sendiri.

“Karena orang tua yang tak sesabar, secakap guru ketika dibebani macam-macam pertanyaan dari anak saat belajar di rumah. Tapi karena kesibukan dan tekanan ekonomi dampaknya kekerasan kepada anak,” sesal Aulia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya