SOLOPOS.COM - Sejumlah gerobak sapi yang dikendalikan bajingan akan memulai perjalanan di garis start dalam Festival Gerobak Sapi di Lapangan Getas, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Minggu (15/11/2015). (Harian Jogja/Sunartono)

Solopos.com, SOLO — Di Soloraya terdapat sejumlah istilah yang tidak lazim namun kerap dipakai dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Disebut tidak lazim karena istilah itu terbilang unik dan tidak biasa dipakai oleh warga pendatang. Kalaupun sering dipakai oleh warga pendatang, istilah itu punya makna berbeda di Soloraya.

Bagi warga dari luar Soloraya, barang kali akan mengernyitkan dahi saat kali pertama mendengar istilah itu diucapkan. Berikut Solopos.com sajikan lima istilah tak lazim yang cukup populer di Soloraya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

1. Bajingan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bajingan berarti penjahat, pencopet atau kurang ajar untuk makian kepada orang lain. Namun, bagi warga Prambanan, Klaten, bajingan tidak berkonotasi negatif. Bajingan biasa digunakan untuk menyebut seorang pengendara gerobak sapi atau pedati.

2. Rondo Royal

rondo royal (cookpad.com)

Dalam bahasa Jawa, rondo berarti janda. Sementara royal dalam Bahasa indonesia diartikan berlebih-lebihan, berfoya-foya atau melebihi batas. Namun, rondo royal yang dimaksud adalah sebutan sebuah makanan yang terbuat dari bahan tape yang digoreng. Jajanan ini banyak ditemukan di pasar tradisional maupun warung hik di Soloraya.

Baca Juga: Istilah Gaul yang Ada di Solo, Nomor 2 Tahu Artinya?

3. Oglangan

Ilustrasi pemadaman listrik. (Mashable.com)
Ilustrasi pemadaman listrik. (Mashable.com)

Bagi warga dari luar Soloraya, mungkin terasa asing kala mendengar istilah oglangan. Bagi warga Soloraya, oglangan digunakan untuk menyebut mati lampu. Oglang sendiri berarti bergiliran. Bisa jadi, kata oglangan merupakan istilah untuk penyebutan mati lampu yang bergiliran. Namun, siapa sangka, ternyata kata oglangan cukup populer juga di Uzbekistan. Dalam bahasa Uzbekistan oglangan berarti sebutan untuk anak laki-laki.

4. Balung Kethek

camilan khas kuliner sangiran balung kethek
Balung kethek (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Dalam bahasa Jawa, balung kethek berarti tulang kera. Uniknya, di Soloraya nama balung kethek dipakai untuk menyebut cemilan atau makanan tradisional. Balung kethek terbuat dari singkong yang yang dipotong tidak beraturan.

Baca Juga: Kuliner Botok Bukur – Sega Plontang Khas Sangiran Sragen, Gurih Nyoi!

Balung kethek bercita rasa gurih, manis dan pedas. Jenis camilan ini juga banyak ditemukan di sejumlah toko oleh-oleh yang tersebar di Soloraya.

5. Pelikipu

pelikipu (detikfood)

Sekilas, istilah pelikipu terkesan jorok. Dalam bahasa Jawa, peli merupakan nama lain dari penis. Sementara kipu berarti kotor. Namun, pelikipu merupakan sebutan kuliner yang terbuat dari ketan. Bagian luarnya biasa dilumuri oleh wijen. Ada yang menyebut jajanan ini berasal dari Blora maupun Surabaya.

Baca Juga: Puluhan Sapi Ikut Promosi Festival Kuliner Solo, Ternyata Ini Alasannya

Namun, jajanan pelikipu itu masih banyak ditemukan di sejumlah pasar tradisional di Soloraya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya