SOLOPOS.COM - Menteri Parekraf Sandiaga Uno mengunjungi Desa Pucang, sentra kerajinan tanduk dan suvenir pada tahun 2018 (Sumber:Detik.com)

Solopos.com, MAGELANG -- Selain banyak terdapat desa wisata, Kabupaten Magelang juga memiliki desa sebagai sentral pusat kerajinan seni, salah satunya adalah kerajinan seni tanduk yang ada di Desa Pucang, Kecamatan Secang.

Dulunya desa ini dikenal dengan seni tanduk berbahan dasar tanduk sapi dan kerbau. Meskipun sekarang masa kejayaan seni tanduk sudah lewat, desa ini masih aktif membuat seni kerajinan tanduk hingga sekarang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mengutip Beritamagelang.id, Sabtu (26/6/2021), keterampilan mengolah bahan baku tanduk didapatkan secara turun temurun dan saat pesanan meningkat, banyak penduduk desa yang akhirnya menjadi pengrajin tanduk.

Baca Juga: Video Aksi Bobol Kotak Amal Ini Viral di Instagram

Salah satu pengrajin desa setempat,  Muhammad Nasir menjelaskan bahwa pengrajin tanduk sangat bervariasi, mulai dari kecil hingga industri besar dengan karyawan berjumlah sekitar 100an orang. Nasir menambahkan dalam memproses bahan baku tanduk, terdapat tiga tahap, yaitu pembakaran, pelebaran dan pembentukan kemudian dilanjutkan finishing.

Muhammad Nasir, salah satu pengrajin seni kerajinan tanduk di Desa Pucang
Muhammad Nasir, salah satu pengrajin seni kerajinan tanduk di Desa Pucang (Sumber: Beritamagelang.id)

Untuk menyelesaikan satu kerajinan tanduk memerlukan rata-rata tiga hari sehingga memakan waktu cukup lama dan membutuhkan keahlihan khusus dalam pembakaran dan pembentukan sehingga tidak semua orang bisa karena resiko patah sangat tinggi.

Bahan baku tanduk rata-rata disuplai dari daerah penjagalan sapi, seperti Boyolali, Semarang, Kebumen dan daerah-daerah penjagalan lain. Awalnya, suplai diambil dari Bali, namun harga bahan baku naik sejak tahun 2010 karena ada impor daging sehingga pemotongan hewan sapi dan kerbau dalam negeri berkurang.

Baca Juga : Video Sekelompok Gadis ABG Ini Bikin Miris Warganet

Karena keterbatasan bahan baku tanduk ini, para pengrajin tanduk di Desa Pucang beralih ke bahan kayu untuk bahan baku kerajinan meskipun ada sebagian kecil pengrajin yang bertahan membuat kerajinan dari tanduk sapi atau kerbau.

Untuk bahan baku kayu, proses pembuatannya lebih singkat daripada tanduk sapi, hal ini dikarenakan bahan baku kayu tidak memerlukan proses pembakaran. Secara seni, tanduk dari sapi atau kerbau memang lebih baik namun harga lebih mahal karena bahan baku terbatas dan proses pembuatannya lebih lama.

Saat ini, Nasir menawarkan produknya secara daring melalui platform media sosial dan pasar daring, dia mengaku bahwa permintaan masih tinggi. Sebelumnya dia menjual hasil kerajinannya melalui penjual suvenir di Candi Borobudur. Dia menjualnya per lusin karena lebih murah jika pembeliannya banyak.

Baca Juga :Yuk! Petik Stroberi di Kebun Sawangan Magelang

Mengutip Detik.com, Desa Pucang ini juga pernah dikunjungi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno, saat berkampanye untuk memperebutkan posisi Wakil Presiden pada Pilpres 2019 silam.

Sandiaga mengunjungi sentra industri kayu dan tandu Subur Souvenir milik Sohib pada 17 November 2018 silam. Sandiaga melihat langsung proses pembuatan berbagai produk, seperti alat penggaruk, alat pijat hingga gantungan kunci.

Pria yang akrab disapa Sandi itu mengatakan bahwa para pengrajin ini masih membutuhkan pendampingan dan pengelolaan keuangan. Hal ini dikarenakan Sohib mengaku masih bingung Ketika dikejar pajak padahal pemasukannya tidak menentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya