SOLOPOS.COM - Pengunjung bazar melakukan pembayaran menggunakan QRIS dalam pameran di sela peluncuran Desa Digital Tawangsari di Aula Camp Bell 2 Edupark, Tawangsari, Kamis (28/10/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALIDesa Tawangsari, Kecamatan Teras, Boyolali mendeklarasikan diri sebagai desa digital. Digitalisasi ini terlihat dari perubahan transaksi perdagangan di desa itu yang semula tunai kini menjadi nontunai.

Menariknya, percepatan perubahan ini dibidani oleh pandemi Covid-19. Pandemi membuat orang-orang harus membatasi kontak fisik guna mencegah penularan. Akibatnya, orang-orang berada di rumah saja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kegiatan ekonomi melambat lantaran tidak ada mobilitas. Sementara di sisi lain, kebutuhan meningkat di tengah pendapatan yang menyusut.

Baca Juga: Pohon Asam Raksasa di Taskombang Klaten Dikenal Angker

Kondisi ditanggapi oleh Kepala Desa Tawangsari, Yayuk Tutiek Supriyanti, membikin sebuah perkumpulan agar pemenuhan kebutuhan warga di Tawangsari tetap berjalan tanpa harus kontak fisik. Ia membikin grup WhatsApp berisi anggota UMKM dan warga dengan nama gerakan Bela Beli di Tawangsari.

Di grup yang dinamai Lapak Tawangsari ini, aneka macam produk ditawarkan mulai sepeda motor sampai anak ayam. Bahkan nilai transaksi di grup tersebut mencapai Rp10 juta–Rp20 juta.

“Enaknya di situ jual beli di Tawangsari sudah seperti di Shopee melalui COD [cash on delivery]. Kita antar sampai tempat baru dibayar,” kata Yayuk, di sela peluncuran Desa Digital Tawangsari di Aula Camp Bell 2 Edupark, Tawangsari, Kamis (28/10/2021).

Baca Juga: Gede Banget, Pohon Asam di Taskombang Klaten Diyakini Berusia 200 Tahun

Kenyamanan bertransaksi di grup WhatsApp ini tak selamanya mulus. Indonesia, khususnya di Boyolali, terjadi lonjakan Covid-19 pada Juni-Agustus lalu. Hal ini membuat para warga termasuk perangkat desa berinovasi mengatasi kendala ini.

Kesulitan itu dijawab oleh hadirnya Bank Indonesia dan Netzme, sebuah startup financial technology baru di Indonesia. Netzme mengembangkan sistem pembayaran nontunai di Tawangsari.

Warga yang semula bertransaksi menggunakan uang tunai, kini beralih ke digital. Pembayarannya memakai quick response code indonesian standard (QRIS) yang dikembangkan Bank Indonesia.

Baca Juga: DED dan Masterplan Proyek Revitalisasi Wisata WGM Wonogiri Rampung

“Selama dua tahun pandemi kurang lebih, enam bulan terakhir UMKM sudah memakai pembelian nontunai. Alhamdulillah kami semua sudah pakai ini,” imbuh Yayuk.

Pada kesempatan itu juga diperlihatkan bazar digital dengan sistem pembayaran digital di Tawangsari. Semua pelaku UMKM di Tawangsari memiliki akun QRIS sebagai sarana transaksi.

Ada banyak produk ditawarkan mulai dari karak tanpa boraks, pengolahan susu, aneka minuman sehat, batik, keripik, hingga destinasi wisata. Selain itu, desa juga mengembangkan unit pengolahan sampah dan produk turunannya salah satunya magot.

Baca Juga: Minimarket di Wonogiri Wajib Pasarkan Produk UMKM

“Tantangan ke depan, tentu kami tidak bisa kerja sendiri. Butuh kolaborasi dengan kabupaten, provinsi, BUMN, dan swasta. Hal ini agar kami menjadi Tawangsari yang mandiri,  paling tidak lebih kuat,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya