SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ungaran (Espos)–Embung yang terbuat dari geo membran di Dusun Jumbleng, Desa Wonkerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, 20 Maret 2010 jebol. Diduga, pelaksanaan pembangunan yang tak sesuai bestek menjadi penyebab jebolnya embung senilai Rp 300 juta yang mampu menampung 8.000 m3 air.

Beruntung tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut lantaran muntahan air tidak mengarah rumah warga melainkan ke ladang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Wonokerto, Muhammad Zuhdi mengutarakan tiga hari sebelum jebol, terlihat retakan di badan embung sebelah barat. Sementara ketinggian air yang tetampung di embung berdimensi 58 x 63 meter tersebut setinggi 75 sentimeter.

Ekspedisi Mudik 2024

“Awalnya, memang terlihat retak. Karena hujan terus mengguyur menyebabkan tanggul embung tak kuat menahan sehingga jebol sepanjang delapan meter,” paparnya kepada wartawan baru-baru ini.

Zuhdi memaparkan, pembuatan embung tersebut bermula dari keinginan masyarakat untuk membuat sentra pemberdayaan tani untuk membudidayakan bauh naga. Telah disiapkan lahan seluas 25 hektare, namun ketersediaan air yang menjadi kendala. Dibantu Yayasan Obor Tani (Yabortan)  warga mengajukan bantuan pembuatan embung ke Gubernur Jateng.

Yabortan memiliki pengalaman yang cukup dalam pembuatan embung menggunakan geo membran. Setidaknya, sudah enam embung di sejumlah daerah yang dibuat Yabortan.

Gubernur menyiapkan anggaran Rp 400 juta untuk membuat embung, pengerjaannya diserahkan kepada Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Jateng. CV Penatas Jaya asal Demak dipilih sebagai pelaksana proyek setelah memenangkan lelang dengan nilai dibawah Rp 300 juta.

Warga menduga, jauhnya nilai proyek dengan anggaran yang disediakan yang menyebabkan jebolnya embung, lantaran proyek tidak dikerjakan dengan benar.

“Kalau sudah begini kan sia-sia. Padahal warga dibantu Pemkab Semarang sudah membantu menyediakan lahan senilai Rp 95 juta. BPSDA harus bertanggung jawab,” keluah Zuhdi.

Dugaan warga dikuatkan dengan pernyataan Sekretaris Yabortan, Pratomo, yang mengatakan bahwa pengurugan tanah yang dilakukan rekanan tak sesuai. Seharusnya, jelas dia, setiap 50 senitimeter tanah urugan di padatkan. Yang terjadi ketinggian tanah urugan mencapai 200 sentimeter baru dipadatkan.

“Kami sudah membuat enam buah embun serupa di Kecamatan Jambu, Kendal dan Kebumen sampai saat ini tidak ada masalah. Ini karena pengerjaannya yang tidak sesuai,” jelasnya.

Ketua Dewan Pembina Yabortan, Ismangoen Notosapoetro, mengutarakan sesuai spesifikasi yang mereka gunakan standar dana untuk membangun embung seluas itu, senilai Rp 400-an juta.

kha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya