SOLOPOS.COM - Sejumlah warga memancing ikan di pinggir Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo. Foto diambil pada Sabtu (11/9/2021).(Bony Eko Wicaksono/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO--Beberapa warga duduk bersila di lembaran tikar di pinggir Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari.

Mereka memakai topi guna mengurangi sengatan terik matahari yang membakar. Mereka tengah memancing ikan di sekitar keramba jaring apung di Waduk Mulur.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satu pemancing ikan asal Desa Mertan, Kecamatan Bendosari bernama Agus. Dia mengaku kerap meluangkan waktu selama berjam-jam untuk memancing ikan di waduk. Biasanya, ia memancing ikan bersama pehobi mancing lainnya saat libur bekerja pada akhir pekan.

Saat musim kemarau, debit air waduk menyusut drastis. “Banyak ikan mati karena kandungan oksigen di dalam air menipis. Ikan yang dibudidaya banyak juga yang mati,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (11/9/2021).

Baca Juga: Proyek JLT Sukoharjo, Pemerintah Segera Bebaskan 20 Bidang Tanah

Agus mengaku sering menyambangi waduk untuk memancing sejak puluhan tahun lalu. Dia kali pertama memancing saat diajak teman sekolah. Kala itu, Agus masih duduk di bangku SMA. Populasi ikan nila, jambal hingga wader cukup banyak di waduk.

Setiap kali memancing, Agus mendapatkan dua kilogram ikan. Sebagian hasil mancing ikan dibagikan kepada tetangga rumah. “Sebenarnya sensasi memancing yang diburu mancingmania saat menunggu umpan dimakan ikan. Memang butuh waktu menunggu selama berjam-jam. Namun justru sensasinya saat umpan dimakan ikan,” ujar dia.

Beberapa tahun terakhir, populasi ikan di waduk menyusut. Sebagian besar ikan telah ditangkap oleh para nelayan. Kini para pemancing kesulitan mendapatkan ikan kendati telah menunggu mulai pagi hari-sore hari.

Baca Juga:  Sempat Heboh di Klaten, Ikan Predator Ternyata Banyak Ditemukan di Waduk Mulur Sukoharjo

Pengembangan Keramba

Selain itu, eceng gondok yang menutupi sebagian waduk juga berpengaruh terhadap ekosistem sungai. Pesatnya eceng gondok berdampak pada popluasi ikan di waduk.

“Eceng gondong menghirup oksigen di dalam air pada malam hari. Hal ini mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun drastis. Imbasnya, ikan-ikan mati karena minimnya kadar oksigen dalam air,” ujar dia.

Agus menceritakan dahulu tak sedikit nelayan yang berasal dari luar Sukoharjo mencari ikan di waduk. Sekarang kondisinya berbeda jauh lantaran menipisnya populasi ikan di waduk.

Baca Juga: Sukoharjo Pasang Target Suntikkan Vaksin Covid-19 ke 15.000 Orang Per Hari

Potensi pengembangan keramba ikan di Waduk Mulur cukup tinggi. Waduk seluas 90 hektare itu bisa dioptimalkan untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung. Pola pengembangan budidaya keramba jaring apung tak berbeda jauh dibanding Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Kabupaten Wonogiri.

Selain itu, konsep wisata air dan alam juga bisa dikembangkan di Waduk Mulur. Sehingga mampu mendongkrak perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

“Warung makan ikan segar di pinggir waduk banyak yang tutup selama masa pandemi Covid-19. Masyarakat yang berkunjung ke waduk semakin sedikit,” timpal seorang pengelola warung makan ikan segar, Rahayu.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Bagas Windaryatno, mengatakan pemerintah telah menabur benih ikan nila dan gurame di Waduk Mulur pada 2020.

Hal ini dilakukan guna menjaga keseimbangan ekosistem waduk. Bagas menyebut Waduk Mulur memiliki potensi wisata air dan alam yang bisa dikembangkan pada masa mendatang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya