SOLOPOS.COM - Koleksi mahakarya di Tumurun Private Museum Solo. (Istimewa/Dok)

Solopos.com, SOLO – Setelah jargon pusat kuliner murah, dan surganya event, kota dengan ragam museum seni budaya tampaknya sangat layak disematkan pada Solo. Salah satu yang paling menarik perhatian dan selalu membuat penasaran adalah Tumurun Private Museum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Museum yang menyimpan masterpiece seni rupa eksotis nan bersejarah itu berlokasi di Jl. Kebangkitan Nasional No. 2 Sriwedari, Laweyan. Museum ini berisi koleksi seni rupa dan mobil antik yang dikelola keluarga pendiri sekaligus pemilik perusahaan PT. Sri Rejeki Tekstil (Sritex) mendiang H. M. Lukminto tersebut dibuka secara terbatas untuk publik 2018 lalu.

Kala itu publik antusias menyambut galeri seni bergaya industrial ini. Sebelum Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dua pekan lalu, banyak penikmat seni dan budaya yang semangat datang ke sana. Meskipun hanya dibuka akhir pekan untuk 30 orang per satu jam.

Saat memasuki museum, pengunjung bakal disuguhi karya masterpiece para seniman Indonesia dan mancanegara. Mereka di antaranya Henk Ngantung, Antonio Blanco, Affandi, Lee Man Fong, Hendra Gunawan, hingga Basoeki Abdullah. Sementara itu, di ranah seni kontemporer terdapat karya Heri Dono, Wedhar Riyadi, Rudi Mantofani, Eko Nugroho, Eddy Susanto, dan sebagainya.

Baca juga: Semlidhut… Kuliner Pindang Kambing Ini Hanya Ada di Wonogiri Hlo

Manager Tumurun Private Museum, Vilmala Sari, Rabu (21/7/2021), mengatakan galeri pamerannya dibagi menjadi dua. Lantai pertama bergaya industrial dengan isian karya kontemporary art, sementara lantai dua berkonsep warm gallery berisi lukisan bertema kebudayaan. Total ada 100an lukisan, patung dan instalasi, serta mobil antik koleksi mendiang Lukminto yang tersimpan di tempat tersebut.

Koleksi lukisan di lantai dua selalu diganti tiap enam bulan sekali. Temanya berubah-ubah, mulai dari Budaya Jawa, Bali, hingga Sumatera.

“Kalau lantai bawah kebanyakan berbentuk abstrak. Kalau lantai atas karya lama yang biasanya realis. Temanya kebudayaan daerah yang selalu kami ganti,” terang Sari.

Koleksi mahakarya di Tumurun Private Museum Solo. (Istimewa/Dok)

Tujuan utama pembuatan museum tersebut adalah memberikan edukasi seni kepada masyarakat Solo. Selama ini orang selalu memandang sebelah mata seni rupa. Padahal seni bisa jadi pintu masuk segala bidang. Melalui seni, masyarakat bisa belajar tentang hal lain misalnya sejarah, kebudayaan, hingga perekonomian.

“Banyak negara maju karena seni. Indonesia juga harus seperti itu, jangan memandang sebelah mata seni ini,” tambah Sari.

Sari dan tim punya komitmen turut menghidupkan pergerakan seni rupa di Solo. Tak heran mereka terus berinovasi agar wacana tentang karya lukis tak pernah sepi di tengah pandemi Covid-19. Selain membuka museum secara terbatas tiap akhir pekan, mereka juga kerap mengadakan bincang-bincang virtual dengan para perupa muda Solo.

“Tutup sejak awal PPKM demi kebaikan bersama. Selanjutnya nanti kita lihat nanti,” terang Sari.

Baca juga: Jos! Desa Wisata Sumberbulu Karanganyar Masuk 100 Besar Lomba ADWI 2021 Kemenparekraf

Modern

Salah satu penikmat seni, Hamidah, 21, mengatakan kehadiran Tumurun Private Museum membuat Solo semakin berwarna. Pengunjung tak hanya disuguhui warisan kebudayaan yang terkesan kuno. Tapi punya pilihan lain yakni belajar tentang seni rupa dan membuka wacana kesenian. Mengingat, banyak pula perupa ternama yang lahir dan berproses di Solo.

Keberadaan Museum Tumurun, menurutnya juga untuk mematahkan mitos Solo sebagai kuburan seni rupa. Dari ratusan koleksi yang tersimpan di sana, pengunjung bisa melihat seni lukis terbaik dari berbagai tempat. Termasuk beberapa perupa Solo yang sudah terkenal selepas hijrah ke sejumlah kota seperti Bandung, dan Yogyakarta.

“Bagi penikmat seni, seneng aja tiap ke sana [museum]. Kita bisa lihat lebih detail karya-karya perupa ternama. Beberapa ada yang masterpiece. Biasanya kan hanya melihat dari deskripsi buku,” terangnya.

Baca juga: Korupsi Bansos Covid-19, Eks Mensos Juliari Batubara Divonis 12 Tahun Penjara

Selepas melihat-lihat karya kontemporer di bangunan kekinian, saatnya pengunjung kontemplasi mampir ke Museum Dullah. Lokasinya terletak di Jl. Dr. Sutomo, Sriwedari, Laweyan, Solo.

Museum Dullah agak tertutup. Untuk berkunjung ke sana, harus melakukan janjian dengan pengelolanya. Ada ratusan hingga puluhan karya di dalamnya. Semua lukisan dibuat mendiang sejak masih kecil.

Baca juga: Panduan Aman Menyusui di Masa Pandemi Covid-19, Bunda Wajib Tahu!

Kurator dan Staf Pengajar ISI Yogyakarta, Mikke Susanto, dalam diskusi Peringatan 100 Tahun Pelukis Dullah beberapa bulan lalu mengatakan mendiang adalah sumber sejarah. Maka masyarakat harus selalu menjaga lukisannya yang disimpan di Museum Dullah .

Tak hanya lukisan, di dalamnya juga terdapat tinggalan lain. Berdasarkan arsip yang dimiliki Mike, karya seni Dullah sejak 1934-1996 berjumlah ribuan. Terdiri dari 1.200 lukisan, 30-an pola batik, 500an sketsa, karya fotografi lebih dari 500 frame, serta 1.000 karya lain.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya