Solopos.com, WONOSOBO – Mengenal kelebihan dan kelemahan pengemabangan energi terbarukan di Jawa Tengah dengan Eskpedisi Energi 2021. Tim Eskpedisi menjelajahi seluk beluk pengelolaan energi panas bumi di dataran tinggi Dieng dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jenderal Soedirman di Kawasan Waduk Mrica.

Di Dieng, telah dikembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) yang dikelolan PT Geo Dipa Energi. “Energi panas bumi beda dengan gas. Logikanya seperti masak air, tapi bukan PLTU. Panas bumi bersentuhan dengan air bawah tanah memunculkan tekanan dan itu yang dimanfaatkan,” kata Agus Supriyanto, Human Capital and Finance Manager PT Geo Dipa Energi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Ekspedisi Energi 2021: Setwan Jateng Hemat 30% dari Panel Surya

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Agus tantangan utama pemanfaatan energi ini adalah menjaga siklus tekanan. Dan sayangnya, energi ini tak bisa dikirim sebagaimana gas yang bisa dikemas.

Beralih ke Waduk Mrica, Tim Eskpedisi Energi 2021 menemui pengelola PT Indosia Power Mrica atau Power Generation Unit. Listrik yang dihasilkan di sini tergantung tiga karakter musim, yakni basah, kering dan normal. “Pada waktu normal, setahun bisa menghasilkan 1.000-1.100 Giga Watt Volt,” terang Slamet Suhardi, General Manager PT Indonesia Power Mrica.

Baca Juga: Melihat Potensi Pemanfaatan Gas Rawa di Rajek Grobogan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya