SOLOPOS.COM - Fadli Zon. (Twitter-@fadlizon)

Solopos.com, JAKARTA – Kasus baru Covid-19 terus bertambah di Indonesia. Pasien memenuhi rumah sakit dan pasien meninggal terus bertambah dari hari ke hari.

Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon, menilai pemerintah harus segera mengibarkan bendera putih dan membuka tangan untuk menerima bantuan asing terkait penanganan Covid-19. Hal itu dia minta karena melihat sejumlah masalah yang dialami pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kibarkan bendera putih dan buka tangan lebar menerima bantuan dari negara-negara sahabat apalagi yang sudah berhasil mengatasi pandemi,” kata Fadli dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/7/2021).

Baca Juga: Sukses Datangkan Sergio Ramos, PSG Terus Dekati Lionel Messi

Fadli menganggap Indonesia sangat membutuhkan intervensi global untuk meredam jumlah korban lebih banyak.  Ia mengatakan pemerintah semestinya bersikap realistis dalam menghadapi gelombang baru Covid-19.

Sebab, mulai dari infrastruktur kesehatan, logistik, serta jumlah tenaga kesehatan terbukti sudah berada di ambang batas. Karena itu, Fadli menilai pemerintah tidak bakal sanggup menghadapi situasi yang terus memburuk.

“Suka atau tidak suka, kita harus segera meminta bantuan dunia internasional, terutama negara-negara yang terbukti sudah berhasil mengatasi pandemi,” ujarnya.

Baca Juga: Resmi! Sergio Ramos Kini Berkostum PSG

Pecah Rekor

Lantas Fadli membeberkan sejumlah alasan kenapa Indonesia membutuhkan langkah yang luar biasa guna mengatasi gelombang baru Covid-19.

Alasan pertama ialah soal tingginya kasus Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini. Jumlah terakhir sempat memecah rekor yakni hingga 34.379 orang per 7 Juli 2021.  Ia memprediksi angka tersebut akan terus bertambah bahkan tembus ke 50.000 kasus.

“Jika kita tak segera mengambil langkah luar biasa,” ujarnya.

Baca Juga: Dianggap Diving, Raheem Sterling: Inggris Pantas Dapat Hadiah Penalti

Kemudian alasan kedua ialah soal kebijakan yang diambil pemerintah. Saat ini pemerintah tengah menjalankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali. Akan tetapi pada praktiknya, kebijakan itu belum bisa membatasi kegiatan masyarakat.

Kata Fadli, sebagian masyarakat merasa perlu mencari nafkah harian untuk kebutuhan hidup sehari-hari karena pemerintah tidak memberi kompensasi atas pembatasan ini.

Apalagi, di sisi lain, pemerintah masih saja membuka pintu bandara dan pelabuhan serta TKA asing dari China masih bisa melenggang masuk. Keadaan tersebut dianggap Fadli membuat sebagian masyarakat merasa didiskriminasi.

Baca Juga: Tembus Final Euro 2020, Inggris Akhiri Penantian 55 Tahun

Lonjakan di Luar Jawa

Lalu soal kemampuan infrastruktur kesehatan Indonesia yang sudah berada di ambang batas. Menurut data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), saat ini okupansi tempat tidur di berbagai rumah sakit di Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sudah mencapai 100 persen.

PERSI juga menyampaikan jumlah kasus aktif telah meningkat di 28 provinsi. Di saat bersamaan, tabung oksigen dan oksigennya sendiri menjadi langka dan tak memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan.

Meski pandemi saat ini masih berpusat di Jawa, namun lonjakan kenaikan kasus, lonjakan okupansi ruangan di rumah sakit, juga terjadi di luar Jawa, seperti Kalimantan Barat, Lampung, dan Kepulauan Riau.

Baca Juga: Top Skor Euro 2020: Posisi Cristiano Ronaldo Rawan Digusur Duo Inggris

“Jika kasus ini terus meningkat, krisis bukan hanya akan terjadi di rumah sakit-rumah sakit di Jawa, tapi juga di berbagai provinsi lain di luar Jawa,” ucapnya.

Lanjut ke persoalan yang keempat yakni krisis tenaga kesehatan. Fadli menyinggung terkait jumlah dokter yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia telah melebihi 400 orang.

Kalau digabungkan dengan tenaga kesehatan lain, seperti perawat, misalnya, jumlah kematian tenaga kesehatan sudah menembus 1.000 orang. Para dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah pejuang dengan perlengkapan terbatas.

Baca Juga: Final Euro Italia Vs Inggris Digelar Senin 12 Juli 2021 Dini Hari WIB



Kematian Nakes

Apalagi menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tingkat kematian tenaga kesehatan di Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi di dunia, bahkan menjadi yang tertinggi di Asia.

“Jika krisis ini terus memburuk, kita mungkin masih bisa membuka rumah sakit darurat, namun tenaga kesehatan tidak bisa disediakan secara instan,” tegasnya.

Terakhir ialah soal krisis ketersediaan vaksin. Hingga saat ini, jumlah penduduk Indonesia yang sudah menerima vaksin kurang dari 5 persen.

Baca Juga: Inggris 2-1 Denmark: Three Lions Jumpa Italia di Final Euro 2020

Padahal pemerintah sempat mengumumkan  Indonesia menerima 118,7 juta dosis vaksin Sinovac dan AstraZeneca pada 30 Juni lalu. Tetapi jumlah itu jauh dari cukup untuk memvaksinasi 181,5 juta orang, atau 70 persen dari populasi.

“Dengan tingkat ketersediaan vaksin yang rendah, serta laju vaksinasi yang juga lambat, tanpa langkah luar biasa, kita tidak akan bisa menghadapi tsunami Covid-19.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya