SOLOPOS.COM - Agus Kristiyanto

Gagasan ini dimuat Solopos edisi Kamis (6/7/2017). Esai ini karya Agus Kristiyanto, Guru Besar Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga di Universitas Sebelas Maret. Alamat e-mail penulis adalah aguskriss@yahoo.co.id. 

Solopos.com, SOLO–Tema-tema kontemporer banyak yang berhubungan dengan refleksi menata potensi bangsa untuk meningkatkan daya saing secara berkemajuan. Berkemajuan dalam segala bidang merupakan proses yang disokong oleh energi pembangkit yang bersumber dari bidang-bidang potensial yang dimiliki sebagai bangsa yang berdaulat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Keolahragaan merupakan salah satu bidang strategis yang sangat potensial sebagai pembangkit energi untuk menuju bangsa yang berdaya saing. Daya saing dalam hal ini adalah daya saing di dalam keolahragaan dan daya saing melalui keolahragaan.

Dengan demikian, keolahragaan memiliki makna ganda sebagai energi pembangkit. Keunggulan di dalam kompetisi event olahraga membutuhkan energi, tetapi dalam kurun yang bersamaan proses lengkap pembangunan olahraga menimbulkan energi bentuk lain.

Kontribusi fungsional keolahragaan sebagai instrumen pembangunan bangsa akan menghasilkan sumber daya manusia berkarakter terpuji, bugar, dan menjadi agen gaya hidup sehat. Di sela-sela usaha pembudayaan olahraga yang memang harus terus dilakukan untuk membangun iklim partisipasi masih banyak ”pekerjaan rumah” untuk mengemas olahraga menjadi energi kebangkitan.

Ini senyampang dengan perbaikan pola pembinaan pertumbuhan prestasi olahraga daerah dan nasional serta seikat dengan perbaikan pilihan sistem dan implementasi olahraga pendidikan di sekolah dan masyarakat.

Barangkali tidak berlebihan kalau ini sangat relevan dengan hukum kekekalan energi, bahwa energi itu tidak dapat diciptakan dan energi juga tidak dapat dimusnahkan. Energi dan kebangkitan itu dua hal yang sangat melekat dalam ranah keolahragaan.

Di olahraga dikenal filosofi tentang eksistensi energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik. Hal sangat penting dan harus diprioritaskan sejak kini dan dalam jangka panjang adalah tantangan pengawalan aspek kebangkitan riset dan teknologi (ristek) keolahragaan.

Pertanyaan kritisnya tentu saja adalah atas dasar apa ristek keolahragaan menjadi urusan yang sangat penting dan atas dalih manfaat apa bidang keolahragaan harus mulai disentuh untuk dibangkitkan dan membangkitkan lewat ristek keolahragaan?

Komprehensif dan Progresif

Penguatan ristek keolahragaan tidak bisa disederhanakan hanya untuk orientasi yang mengerucut pada tema-tema performa atlet. Setidaknya dalam dua dekade proses pertumbuhan ristek keolahragaan memang cenderung ”menganakemaskan” esensi sport science yang secara substansial dan metodologis terkotak dalam kaveling telaah fisiologi dan biomekanika olahraga.

Urusan pengembangan teknologi keolahragaan seolah berkiblat pada telaah ”human machine” yang berperspektif pada penerapan instrumen demi perfoma fisik dan keterampilan atlet. Kemajuan ristek dalam bidang tersebut memang cukup menggembirakan, tetapi menelurkan masalah besar terkait dengan implementasi.

Kesulitan tersebut merupakan hal yang sangat ironis. Sport science yang merupakan ilmu terapan (applied science) justru terkendala dalam aplikasinya. Cukup banyak hasil ristek yang ditemukan selama ini ternyata ”tidak cukup sukses” dalam berinternalisasi di lapangan.

Hasil riset dan temuan teknologi keolahragan bahkan sebagian hanya terkesan sebagai aksesori mahal yang dipajang dan jarang dipakai. Kebangkitan ristek keolahragaan memiliki makna  membangkitkan kesadaran para akademisi dan peneliti secara multidisiplin dan multiperspektif dalam memandang lukisan besar keolahragaan untuk kepentingan daya saing yang lebih komprehensif.

Hal yang demikian ini seharusnya dikampanyekan ke tengah masyarakat, terutama untuk para calon akademisi dan peneliti keolahragaan. Setidaknya tantangan yang demikian secara faktual menjadi isu global yang menjadi rujukan semua bangsa yang berdaulat di permukaan bumi ini.

Selanjutnya: Tiga orientasi ristek keolahragaan

Tiga orientasi

Terdapat setidaknya tiga orientasi ristek keolahragaan yang komprehensif dan progresif. Pertama, merujuk pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang nilai universal keolahragaan. Sport as means to promote education, health, development, and peace (United Nations Resolution 58/5 paragraph 7th 2003).

Ini jelas menunjukkan betapa sangat strategisnya olahraga sebagai pembangkit energi. Energi yang terkandung dalam resolusi PBB tersebut merupakan energi yang baru dan terbarukan karena mencakup nilai pendidikan, kesehatan (kebugaran), pembangunan, dan perdamaian.

Nilai-nilai humanis yang merujuk pada kepentingan tata kehidupan dunia yang beradab secara universal terbangkitkan melalui keolahragaan berbasis potensi keunggulan tiap bangsa. Tema ristek yang berhubungan dengan promosi pendidikan, kebugaran dan gaya hidup sehat, pembangunan segala bidang, serta kultur perdamaian adalah wilayah strategis ristek keolahragaan yang belum tersentuh.

Berbagai kegiatan mungkin sudah dan sedang dilaksanakan, tetapi lebih merupakan program menggerakkan massa dengan memanfaatkan event tertentu melalui kekuatan decision maker. Kedua, merujuk pada gerakan olympism yang mewarnai iklim kompetisi olahraga yang berjenjang antarbangsa.

Olimpiade modern yang dimulai 1896 di Athena, Yunani, merupakan proses berkesinambungan dalam menggemakan nilai-nilai olympism. Tema olimpiade beradaptasi dan memberi kontribusi dan solusi pada isu-isu strategis dunia.

Ada nilai olympism yang seharusnya menjadi roh bagi pengembangan ristek keolahragaan. Nilai-nilai tersebut adalah friendship (pershabatan), excellence (berkeunggulan), dan respect (rasa hormat). Untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang menjadi bagian dari olympic movement ditengarai banyak terjadi distorsi atas tiga nilai itu.

Distorsi nilai tersebut sungguh terjadi dengan penyebab utama hanya mengerucut pada ”nafsu” ingin menang yang kurang mengindahkan nilai olympsm secara utuh. Peringkat dan jumlah medali yang diperoleh seolah-olah menjadi magnet yang sangat kuat dan meniadakan esensi excellence, apalagi friendship dan respect.

Revitalisasi Nilai Olympism

Ristek olahraga harus hadir menjadi bagian pengolahan formula revitalisasi nilai olympism pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON). Rsitek olahraga harus menggeser mindset ”pesta olahraga” yang berkonotasi mengejar kesenangan dalam pesta kemenangan menuju ke iklim kompetisi yang mengedepankan persahabatan, keunggulan, dan menjunjung nilai kehormatan.

Ketiga, merujuk semangat pemerintah dalam tata kelola pendidikan tinggi. Nomenklatur kementerian telah memindahkan pendidikan tinggi ke dalam Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan tinggi (Kemenristekdikti). Ini sebuah tata kelola yang sangat strategis karena mengikat perguruan tinggi (termasuk perguruan tinggi keolahragaan negeri maupun swasta) untuk memiliki kultur ristek yang lebih ”nendang”.

Sangat boleh jadi gaung kebangkitan ristek keolahragaan itu memang harus diprakarsai dan dimotori perguruan tinggi keolahragaan. Sangat strategis jika kewenangan dan kewajiban riset dilakukan secara masif oleh para akademisi dan peneliti.

Produktivitas riset akan melahirkan publikasi yang menggaung, peningkatan gairah mendapat hak paten, serta mengarah pada penghiliran riset olahraga. Komersialisasi riset akan membangkitkan tumbuhnya sektor industri strategis yang bernilai bagi keunggulan dan kemandirian secara ekonomis dan berkontribusi bagi daya saing keolahragaan.

Kebangkitan ristek keolahragaan harus berani keluar dari sekadar ”riset-riset cabang olahraga” menuju ke tema-tema yang besar, mendasar, dan menantang untuk peningkatan daya saing bangsa secara komprehensif.

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya