SOLOPOS.COM - Gatot Nurmantyo (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo melempar tudingan panas soal komunisme menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2021.

Bukan hanya di tubuh TNI, Gatot menyebut paham komunisme juga secara masif menyusup di semua lini kekuasaan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kita bisa melihat praktik pemerintahan komunis di berbagai negara. Ciri-cirinya, kekuasaan terpusat ke sekelompok elite oligarki, sering melakukan politik bohong, janji palsu, fitnah dan lain-lain. Senang memecah belah rakyat, menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan termasuk dengan kekerasan, pembunuhan karakter kepada lawan politik. Menyusup ke semua lini kekuasaan,” ujar Gatot Nurmantyo dalam webinar TNI vs PKI yang videonya beredar dan dikutip , Senin (27/9/2021).

Pengalaman di Indonesia

Sebagai organisasi, kata Gatot, PKI memang telah dibubarkan. Demikian pula sebagai ideologi sudah tidak laku di dunia.

“Tapi pengalaman di Indonesia merupakan fakta yang tak terbantahkan. Bahwa PKI dengan serta merta bisa mudah melakukan pemberontakan. Terlebih setelah penumpasan G30S/PKI, telah melahirkan dendam politik oleh keturunan biologi anggota dan pimpinan PKI atau pihak-pihak yang bersimpati, menjadi komunis gaya baru,” paparnya.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Tuding TNI Disusupi Paham Komunis, Apa Kata Kostrad? 

Sebagai mantan prajurit, Gatot Nurmantyo mengaku sangat prihatin dengan fenomena ini.

Ia lalu memaparkan bukti komunis masih ada di Indonesia, terkhusus di institusi TNI, adalah hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus).

Patung Dibongkar

Barang-barang yang dihilangkan adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme di Tanah Air pada era Orde Lama.

“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI, di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot.

Baca Juga: Sempat Bikin Heboh, Postingan Gatot Nurmantyo Disensor Instagram 

“Peran Kostrad, sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih,” lanjutnya.

Ketuk Hati Prajurit

Dia menyebut, pada saat ini diorama di Museum Makostrad yang sebelumnya ada patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution beserta 7 pahlawan revolusi sudah hilang.

Ia mengetuk hati para prajurit yang kini masih aktif di TNI untuk waspada dengan bahaya komunis.

“Dalam kesempatan ini saya mengetuk jiwa patriotisme prajurit. TNI AD, TNI AL, TNI AU. Agar bersama-sama membersihkan jajaran TNI dari penyusupan dan merusak jiwa-jiwa TNI. Minimal menghilangkan pengkhianat, yang menjual insititusi untuk orientasi jabatan. Saya yakin masih ada jiwa patriotisme di relung hati prajurit TNI,” ujar purnawirawan jenderal bintang empat TNI AD itu.

Bantahan Kostrad

Tudingan Gatot sudah direspons Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Kostrad mengakui patung-patung para Pahlawan Revolusi itu sudah dibongkar. Namun yang mempunyai inisiatif pembongkaran justru sang pembuatnya, Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujar Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).

Haryantana menerangkan pada Senin (30/8/2021), mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menemui Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman.

Hati Tenang

Pertemuan kala itu juga dihadiri Kaskostrad dan Irkostrad.

“Yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryanta.

Haryanta menuturkan Azmyn Yusri Nasution adalah penggagas pembuatan patung-patung tersebut.

Pembuatan patung dilakukan kala dirinya menjabat sebagai Pangkostrad, 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” terang Haryanta.



“Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryanta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya