SOLOPOS.COM - Gatot Nurmantyo sempat mengunggah himbauan di Instagram. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding TNI telah disusupi paham komunisme.

Indikasi TNI disusupi komunis, kata Gatot, adalah hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat yang berkaitan dengan peristiwa komunisme di era Orde Lama.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tudingan Gatot Nurmantyo langsung memanaskan tensi politik Tanah Air menjelang Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2021.

Baca Juga: Ternyata, Gatot Nurmantyo Pernah Diajak Untuk Gulingkan AHY, Rocky Gerung Angkat Bicara 

“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot pada acara webinar yang bertema TNI Vs PKI pada Minggu (26/9/2021) seperti dikutip detik.com, Senin (27/9/2021).

“Ini menunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih,” lanjutnya.

Patung Hilang

Moderator webinar menanyakan lebih jauh soal hilangnya diorama di Makostrad.

Gatot Nurmantyo menjelaskan dirinya mendapatkan informasi dari utusan yang dikirimnya ke Museum Makostrad.

Dia menyebut pada kondisi saat ini diorama di Museum Makostrad yakni patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution beserta tujuh pahlawan revolusi sudah hilang.

Baca Juga: Sempat Bikin Heboh, Postingan Gatot Nurmantyo Disensor Instagram 

“Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana. Dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya,” katanya.

Yakin Ada Komunisme

“Saya tadinya tidak percaya tapi saya utus seseorang yang tidak bisa saya sebutkan ke sana dan memfoto ruangan itu dan dapatkan foto dari video itu yang terakhir sudah kosong,” sambung Gatot.

Dari fakta itu ia meyakini berkembangnya paham komunis di tubuh TNI.

“Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya.

Tudingan Gatot langsung direspons Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Bukan Inisiatif Kostrad

Kostrad mengakui patung-patung para pahlawan itu sudah dibongkar.

Namun yang mempunyai inisiatif pembongkaran justru pembuatnya, Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujar Kepala Penerangan Kostrad, Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Tak Hadir, Bintang Jasa Dikembalikan ke Negara 

Haryantana menerangkan pada Senin (30/8/2021), mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menemui Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman.

Pertemuan kala itu juga dihadiri Kaskostrad dan Irkostrad.

Ketenangan Batin

“Yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryanta.

Haryanta menuturkan Azmyn Yusri Nasution adalah penggagas pembuatan patung-patung tersebut.

Pembuatan patung dilakukan kala dirinya menjabat sebagai Pangkostrad, 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.



“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” terang Haryanta.

“Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryanta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya