SOLOPOS.COM - Ilustrasi bermain HP saat bangun tidur (Freepik).

Solopos.com, SOLO-Generasi muda terutama mereka yang sudah terpapar teknologi sejak dini (digital native) diingatkan untuk kontrol penggunaan media sosial. Sebab jika berlebihan dapat memunculkan kondisi psikologis yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Analisa Widyaningrum mengatakan kontrol penggunaan media sosial tersebut dapat didapatkan ketika pengguna memiliki kesadaran diri penuh terhadap apa yang dipikirkan, rasakan, dan lakukan. Menurut dia, akan berbahaya jika pengguna tidak sadar dan tidak mampu mengontrol penggunaan media sosialnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada sejumlah cara untuk kontrol penggunaan media sosial bagi generasi muda. Salah satu hal yang disarankan adalah istirahat sejenak dari layar ponsel dan media sosial.

Baca Juga: Hilangkan Kecemasan dengan Hipnotis 5 Jari, Begini Caranya

“Generasi muda ini adalah generasi yang paling banyak menggunakan media sosial. Sehingga, perlu disertai growth mindset dan pikiran kritis dengan baik. Informasi-informasi yang didapatkan, harus mampu kita pikir, kita cek apakah info ini valid, dan memberikan pengaruh baik bagi kita,” kata Analisa dalam jumpa pers virtual seperti dikutip dari Antara, Kamis (28/10/2021).

“Resiliensi ini perlu diasah. Kita juga harus bisa beradaptasi dengan cepat, dan mampu mengontrol emosi. Perlu diingat bagaimana kita sebagai pengguna punya kontrol penuh untuk saring informasi yang ada (di media sosial),” ujarnya menambahkan.

Ia memaparkan sebuah riset yang menyatakan ketika seseorang tidak dapat kontrol penggunaan media sosial dapat memunculkan sebuah kondisi psikologis. “Kalau penjelasan klinisnya, ini berpengaruh pada neotransmiter, atau sistem kerja otak di kepala kita; yang pada saat kita melihat sesuatu yang relate dengan apa yang kita rasakan, kita merasakan dopamine, dan ada semacam adiksi juga,” jelas Analisa.

Baca Juga:  Ini Dia Juri Festival Film Indonesia 2021, Siapa Saja?

“Misalnya, ketika kita post sesuatu, dapat likes dan komen, itu juga meningkatkan kadar dopamine kita. Kalau ini berlebih, ini bisa tidak bisa kita tanggulangi dan bisa menjadi fenomena lain seperti FOMO [fear of missing out], hingga merasa dibenci atau di-bully,” imbuhnya.

Salah satu hal untuk kontrol penggunaan media sosial adalah istirahat sejenak dari layar ponsel dan media sosial. Namun, Analisa mengingatkan, rehat sebentar bukanlah jaminan.  Wanita yang juga merupakan pendiri dari Analisa Personality Development Center (APDC) itu lebih menyarankan para pengguna media sosial untuk membuat nilai hidup (value) yang bisa dipegang untuk dapat menikmati platform maupun aplikasi yang digunakan sehari-hari.

Baca Juga:  Anggun Lakukan Karantina di Jakarta, Warganet Sindir Rachel Vennya

“Jadi, perlu kita pilah lagi. Banyak hal yang bisa kita dapatkan [dari media sosial], tapi carilah yang sesuai dengan value kita dan optimalisasi manfaatnya. Ingat, bahwa kita lah yang mengontrol,” kata Analisa.

“Hal lainnya adalah menerima kenyataan bahwa kita itu tidak apa-apa, kok, ketinggalan. Kadang-kadang yang bikin stres, kan, ketika kita merasa, ‘Kok teman aku sudah seperti ini,’ dan lainnya. Itu yang harus kita sadari kalau hidup bukan perkara kecepatan, tapi adalah tentang bagaimana kita bertahan dalam situasi yang kita tidak nyaman,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya