SOLOPOS.COM - Salah satu fosil yang diduga gigi hiu megalodon yang ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat. (suara.com)

Solopos.com, SUKABUMI – Jejak-jejak keberadaan hiu purba Megalodon kerap ditemukan di wilayah Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Yang paling sering ditemukan adalah gigi hiu Megalodon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gigi hiu Megalodon bahkan kerap diburu penambang karena memiliki nilai ekonomi tinggi.

Namun bukan hanya di Surade fosil gigi Megalodon sering ditemukan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: BPSMP Sangiran Identifikasi Fosil Gajah Purba di Madiun 

Penambang asal Kampung Legok Jambu RT 06/02 Desa Cibobas, Kecamatan Cibitung, Cepi Sudirman (39 tahun) mengaku gigi Megalodon juga bisa ditemukan di Kecamatan Cibitung.

Informasi adanya fosil gigi atau huntu gelap Megalodon di Desa Cibodas diperoleh Cepi dari temannya sejak lima bulan lalu.

“Lima bulan lalu mulai melakukan survei. Ternyata memang ditemukan urat berupa fosil kerang-kerang,” kata dia, Senin (27/9/2021) seperti dikutip dari Suara.com.

Penambangan yang telah dimulai sejak lima bulan lalu hingga sekarang, sambung Cepi, dilakukan di lahan warga atau pribadi.

100 Fosil Gigi

Diprakirakan 100 fosil gigi Megalodon, baik yang mulus atau cacat, berhasil didapatkannya.

Fosil tersebut tersebar di beberapa lokasi, antara lain Kampung Legok Jambu dan Sodong Desa Cibodas, Kampung Cikamarang Desa Banyuwangi, serta Kampung Bojongsero Desa Cibitung.

“Lahan yang ditambang merupakan milik pribadi dengan kerja sama bagi hasil untuk pemilik lahan 10 persen,” ujar Cepi.

Baca Juga: Fosil Binatang Purba Ditemukan di Gunungkidul 

Ia menyebut, penemuan fosil Megalodon di Kampung Legok Jambu, termasuk kualitas yang terbaik.

“Warna fosil disertai urat-urat atau seratnya sudah terlihat. Beda dari yang ditemukan di Desa Gunung Sungging Surade.”

Telapak Tangan

Fosil gigi Megalodon yang ditemukan di Cibitung berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa dan memiliki harga bervariasi, tergantung ukuran dan tingkat kemulusan.

Dari ukuran 10 hingga 16 centimeter, harganya bisa mencapai lebih dari Rp10 juta.

Namun untuk yang terbilang cacat, berkisar Rp 3 hingga 4 juta, bahkan terkadang hanya ratusan ribu.

“Penambangannya tidak sendiri, tapi tiga hingga empat orang dengan menggunakan hamer dan balincong. Menggali ke kedalaman 4 hingga 5 meter,” kata Cepi.

Ia biasa menjual fosil tersebut ke pembeli dari Surade.

Lahan Pribadi

Kepala Desa Cibodas Hikmat Ginanjar mengatakan para penambang melakukan aktivitasnya di lahan pribadi.
Namun Hikmat mengakui sempat ada yang menambang di lahan aset desa yang berlokasi di dekat objek wisata Puncak Pantun.

“Namun yang di lahan aset desa sudah diberhentikan. Kalau di lahan pribadi, kami tidak bisa apa-apa. Tapi ada rencana untuk menjadikan penemuan fosil itu dilestarikan dengan adanya museum,” kata Hikmat.

Seperti diketahui, Desa Gunung Sungging di Kecamatan Surade disebut peneliti geologi dan paleontologi sebagai playground atau tempat bermainnya Megalodon atau hiu purba.

Surade jutaan tahun lalu adalah lautan dan termasuk laut dalam, sehingga menjadi lokasi favorit Megalodon berburu mangsa, salah satunya menyergap jalur migrasi ikan paus.



Julukan ini diberikan peneliti Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, saat memberikan materi edukasi tentang fosil gigi Megalodon di Desa Gunung Sungging, Senin, 15 Februari 2021.

Unggul melihat langsung banyak fosil hewan laut purba di Kampung Cigulingan, Desa Gunungg Sungging.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya