SOLOPOS.COM - Petani Ikan Waduk Mulur, Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Ayong membawa hasil tangkapan berupa ikan predator. (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJOPenemuan ikan predator jenis Toman atau bernama latin Channa micropeltes di Trucuk, Klaten dan Waduk Mulur Sukoharjo, Jawa Tengah, belakangan ini cukup menarik perhatian. Ikan yang termasuk kerabat ikan gabus ini cukup digemari untuk dikoleksi yang harganya mencapai jutaan rupiah.

Lantas dari mana sebenarnya asal ikan Toman yang ditemukan di kedua daerah tersebut?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Peneliti ikan asal Wonogiri, Jawa Tengah, Rikho Jerikho, mengatakan bahwa sejarah persebaran ikan Toman masih membingungkan. Dia menduga ada dua jalur persebaran ikan Toman di alam bebas, khususnya di Pulau Jawa, yaitu lepasan ikan hias dan sportfishing.

“Beberapa literatur memang mengutarakan jika ikan ini memiliki persebaran di bagian Jawa. Nah tapi ada kemungkinan lain jika ikan-ikan toman yang saat ini ditemukan merupakan hasil dari lepasan. Baik dari jalur lepasan ikan hias dan sportfishing,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Senin (13/9/2021).

Baca juga: Ikan Toman di Trucuk Klaten Biasa Jadi Peliharaan, Harganya Capai Puluhan Juta

Pemuda 26 tahun yang tercatat sebagai alumnus program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Institut Pertanian Bogor itu mengatakan jalur lepasan ini kemungkinan terjadi karena beberapa kolektor melepaskan ikan Toman karena tidak kuat memelihara karena ukurannya bertambah besar. Sementara jalur sportfishing biasanya dilakukan pemancing yang dengan sengaja melepaskan ikan Toman untuk dipancing kembali dengan teknik casting.

Dia mencatat ada banyak temuan ikan toman di Waduk Cirata, Jatiluhur, Rawa Pening, hingga Waduk Mulus di Sukoharjo.

“Kemungkinan memang berasal dari dua jalur masuk tersebut,” sambung dia.

Rikho menambahkan, hal yang patut menjadi perhatian adalah melepaskan ikan Toman ke alam bebas tidak boleh sembarangan, karena memengaruhi ekosistem di sekitarnya.

“Harus ada perhitungannya terlebih dahulu dari aspek historis sampai ke daya dukung lingkungan,” tegasnya.

Baca juga: 10 Mahasiswa UNS Solo Ditangkap Polisi, Ternyata Gegara Ini

Lebih lanjut Rikho belum dapat memastikan apakah ikan Toman yang merupakan jenis predator ini berbahaya bagi hewan lain yang tinggal di waduk seperti Waduk Mulur Sukoharjo.

“Status ikan ini masih abu-abu dan riset tentang ikan toman masih sangat minim,” lanjutnya.

Meski demikian, secara teori sangat berbahaya melepaskan ikan jenis predator ke waduk tanpa perhitungan. Apalagi ikan Toman ini termasuk predator yang disebut-sebut lebih ganas dari Piranha.

Baca juga: Warga Solo Beli Monstera King Seharga Rp225 Juta, Ini Keistimewaannya

Meskipun sebenarnya mengukur skala keganasan ikan predator bukan hal mudah karena tidak ada parameter khusus yang menjadi patokan. Rikho mengatakan bahwa Toman dan Piranha sama-sama jenis predator, namun perbedaannya ikan Toman tidak hidup bergerombol seperti Piranha saat dewasa.

Selain itu ukuran ikan Toman bisa lebih besar dari Piranha dengan ukuran mencapai 70-100 cm dengan bobot lebih dari 15 kilogram.

“Mungkin dari ukurannya yang lebih besar dari piranha yang mengakibatkan persepsi masyarakat menganggap ikan Toman lebih ganas,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya