SOLOPOS.COM - Kondisi plengkung pitu di Sudimoro, Tulung, Senin (6/9/2021). Plengkung pitu tersebut sebagai ikon utama di kompleks Objek Wisata Kalimosodo di desa setempat. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Plengkung pitu, saluran air diduga berdiri sejak zaman penjajahan Belanda, ternyata dikenal daerah yang singup atau angker saat masih dipenuhi rumpun bambu dan tanaman liar. Setelah dibersihkan Pemdes Sudimoro, Kecamatan Tulung, secara bertahap, saluran air itu tak lagi singup.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Pemdes Sudimoro menata lahan seluas dua hektare yang diproyeksikan sebagai objek wisata Kalimosodo di desa setempat secara bertahap sejak akhir 2018. Saat menata lahan tersebut, pemdes tak menyangka melihat talang air berukuran raksasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Talang air itu berfungsi sebagai saluran air ke areal pertanian di Sudimoro dan sekitarnya. Lantaran memiliki plengkung berjumlah pitu (tujuh), pemdes menyebut saluran tersebut sebagai plengkung pitu.

Baca juga: Plengkung Pitu, Saluran Air Diduga Zaman Belanda Masih Utuh di Sudimoro Klaten

“Seumur-umur, saya sendiri enggak pernah melihat ada plengkung pitu di balik rumpun bambu, pepohonan, dan tanaman liar itu. Saat di-backhoe, plengkung itu terlihat kokoh. Saya pun semakin bersemangat membikin objek wisata. Justru plengkung pitu ini akan menjadi ikon utama di Objek Wisata Kalimosodo Sudimoro,” kata Kepala Desa (Kades) Sudimoro, Kecamatan Tulung, Agus Erwanto, kepada Solopos.com, Selasa (7/9/2021).

Agus Erwanto mengatakan aliran air di Plengkung pitu berasal dari sumber air di Sudimoro. Aliran air tersebut mampu mengairi sawah hingga di luar Sudimoro.

“Aliran air di sini tak hanya mengairi sawah di Sudimoro. Justru aliran air di plengkung pitu itu mampu mengairi sawah hingga ke Majegan (Tulung), Dalangan (Tulung), dan Gempol (Karanganom),” katanya.

Baca juga: Ikan Buas Lalu Bulus Jumbo Ditemukan di Dekat Terowongan Kuno Trucuk Klaten, Ini Kisahnya

Ke depan, lanjut Agus Erwanto, lahan di depan plengkung pitu akan dimanfaatkan senagai kolam renang dewasa. Dengan demikian, kolam tersebut akan memiliki latar belakang plengkung pitu yang masih utuh meski diduga merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda.

“Saat masih runggut, tak ada orang yang mendekat. Begitu dibersihkan, banyak orang datang ke sini untuk berswafoto. Justru daerah kami menjadi terkenal karena plengkung pitu itu,” katanya.

Kelihatan dari Jalan Poros Desa

Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Desa Sudimoro, Sri Wardaya, mengakui tak semua warga Sudimoro mengetahui bahwa lokasi di dekat kantor desa terdapat plengkung pitu. Hal itu baru diketahui saat pemdes membersihkan sekaligus menata lahan di kompleks Sendang Lerak.

Baca juga: Ini Alasan Penemu Ikan Toman di Trucuk Klaten Tak Mau Jual Meski Ditawar Rp17 Juta

“Saat masih runggut, plengkung pitu itu enggak terlihat dari jalan poros desa. Begitu sudah bersih, plengkung pitu ini sangat mudah dilihat dari jalan poros desa. Semua yang melintas di jalan utama sini jadi mengetahui kalau di Sudimoro ada saluran air kuno,” katanya.

Sri Wardaya mengatakan di bawah plengkung pitu sempat terdapat kolam kecil yang banyak ditemukan ikan. Di sisi lain, juga banyak ditemukan ular.

“Saat saya masih kecil, sering memancing di lokasi itu. Ikannya memang banyak. Tapi, begitu runggut, tak ada yang ke sana,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya