SOLOPOS.COM - Warga bersama sukarelawan mendatangi tebing sungai di Dukuh Ledok, Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen, diduga menjadi tempat perkembangbiakan ular piton atau sanca kembang, Selasa (7/9/2021) malam. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Sebuah tebing sungai di Dukuh Ledok, Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen, diduga menjadi sarang ular piton atau sanca kembang.

Menurut warga setempat, ada sejumlah lubang yang diduga menjadi sarang dari ular piton di tebing sungai yang berhulu di lereng Gunung Lawu, Karanganyar tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ada tiga lubang tanah yang cukup besar di lokasi. Tepatnya di bawah pohon besar yang tumbuh menjorok ke sungai. Jadi, lokasinya terbilang cocok dipakai ular untuk berkembang biak,” papar Sriyanto, warga Sragen yang lahir di Mojorejo, kepada Solopos.com, Rabu (8/9/2021).

Menurut Sriyanto, setidaknya terdapat lebih dari empat warga setempat yang mengaku pernah melihat ular di tebing sungai itu. Dia sempat mendokumentasikan pengakuan empat warga itu melalui video.

Baca juga: Ikan Toman yang Ditemukan di Trucuk Klaten Lebih Ganas dari Piranha?

Warga mengaku khawatir hewan melata itu memangsa ternak milik mereka. Apalagi jika reptil tersebut memakan korban dengan belitannya yang mematikan. Kebanyakan warga yang melihat ular itu tidak berani menangkap karena khawatir menjadi korban belitan ular yang mematikan.

Kabar adanya ular piton yang meresahkan warga sekitar itu terdengar oleh sejumlah sukarelawan yang biasa mengevakuasi ular. Pada Selasa (7/9/2021) malam, sejumlah sukarelawan datang untuk menyurvei lokasi dan mengumpulkan informasi. Sayangnya, saat disurvei, tim sukarelawan tidak menemukan ular. Diduga ular itu masih bersarang di sejumlah lubang tanah di tebing sungai.

Baca juga: Wajib Tahu, 4 Masjid Kuno di Sragen Ini Bernilai Sejarah Penting!

Beberapa waktu lalu, kata Sriyanto, warga juga menemukan anakan ular piton tak jauh dari lokasi jurang yang cukup dekat dengan permukiman penduduk. Bahkan, di tepi jurang itu sudah banyak berdiri rumah-rumah warga.

Sebagian warga yang mampu memilih membangun tembok tinggi untuk mengantisipasi masuknya hewan melata seperti ular dari sungai. Sebagian masih berupa pekarangan yang ditanami rumpun bambu.

“Dulu ada warga yang memotong bambu melihat ular itu. Panjang tubuh ular yang terlihat sekitar empat meter, tapi bagian ekornya belum kelihatan karena masih di dalam lubang,” papar Sriyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya