SOLOPOS.COM - Ilustrasi sekolah (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintah mempertimbangkan kembali sejumlah hal terkait rencana pembelajaran tatap muka pada Januari 2021.

IDAI menyebut anak yang tidak bergejala atau bergejala ringan dapat menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya. Bukti menunjukkan bahwa anak juga dapat mengalami gejala Covid-19 berat dan mengalami suatu penyakit peradangan hebat yang diakibatkan infeksi Covid-19 ringan yang dialami sebelumnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari fakta tersebut, IDAI menilai pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih lebih aman dibandingkan tatap muka.

“PJJ merupakan hal yang sulit. Namun mengingat jumlah kasus Covid-19 terus meningkat, maka pembukaan sekolah tatap muka ada baiknya diundur,” ucap Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Solo, Hari Wahyu Nugroho, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (1/11/2020).

 

Hari mengatakan sesuai rekomendasi IDAI, pada kelompok anak yang tinggal di sekolah berasrama, peran keluarga sebagai komunitas terdekat anak terbagi antara keluarga di rumah dengan lingkungan sekolah dan asrama. Sehingga, penting bagi pihak penyelenggara sekolah untuk melaksanakan protokol kesehatan guna pemenuhan hak anak.

Pada saat pandemi Covid-19 ini, menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang harus dilakukan. Untuk itu, sebelum anak keluar dari rumah maka lingkungan terdekat anak harus benar-benar mendisiplinkan anak dengan protokol kesehatan.

“Keputusan membuka sekolah tatap muka menurut IDAI bisa berbeda-beda antar daerah. Membuka tutup sekolah dalam waktu singkat juga patut dihindari karena akan mengganggu ritme anak dan keluarga. Untuk itu, diperlukan suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi setempat,” jelasnya.

Ganjar: Tidak Semua SMA/SMK di Jateng Gelar PTM Januari 2021

Rencana pemerintah untuk membuka sekolah tatap muka harus dibarengi dengan pendekatan kepada lingkungan sekolah dan masyarakat dalam upaya kesehatan anak. Pembukaan sekolah anak tak bisa hanya diputuskan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) saja. Namun harus melibatkan Dinas Kesehatan dan organisasi profesi kesehatan setempat.

“Kami juga meminta agar Unit Kesehatan Sekolah (UKS) perlu direvitalisasi untuk mendukung sekolah tatap muka,” ucap Hari.

Gunung Semeru Meletus, Lumajang Diguyur Hujan Abu dengan Ketebalan hingga 3 Cm

Pertimbangan

Bagi orang tua yang menyetujui pembelajaran tatap muka di masa pandemi, perlu pertimbangan sebagai berikut. Mulai dari mendukung kegiatan belajar dari rumah, baik sebagian maupun sepenuhnya. Kemudian, mempertimbangkan apakah partisipasi anak dalam kegiatan tatap muka lebih bermanfaat atau justru meningkatkan risiko penularan.

“Apakah anak sudah mampu melaksanakan kebiasaan cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak dengan memadai. Apakah anak masih sangat memerlukan pendampingan orangtua saat sekolah? Apakah anak punya kondisi komorbid? Adakah kelompok lanjut usia dan risiko tinggi di rumah, dan periksa apakah sekolah sudah memenuhi standar protokol kesehatan yang berlaku,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya