SOLOPOS.COM - 301017 GadgetAnak_HEADER

Solopos.com, SOLO -- Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin Solo, pada 2019 sudah menangani sebanyak 10 kasus pasien anak kecanduan game.

Kepala Humas RSJD dr. Arif Zainudin Solo, Totok Hardiyanto, mengatakan kondisi anak yang kecanduan game tidak lepas dari kurangnya pengawasan orang tua dan perkembangan game online yang semakin canggih.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jadi saya akui game online saat ini sudah bagus sekali dan bisa membuat anak-anak tertarik terus memainkannya. Akhirnya jadi kecanduan," ungkap dia, Rabu (16/10/2019).

Dia menjelaskan umumnya anak yang kecanduan game komunikasinya terganggu, kalau diajak berbicara tidak merespons, dan memilih bermain game terus.

"Ada yang tangannya gerak terus, itu benar terjadi. Orang tua harus lebih memperhatikan anak agar tidak kecanduan [game] dan berakibat seperti itu nantinya,” ucap Totok Hardiyanto.

Sementara itu, Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr. Arif Zainudin Solo, Aliyah Himawati, mengatakan kecanduan game online pada gadget dapat berdampak negatif. Beberapa di antaranya dapat membuat anak menjadi anti sosial karena lebih fokus bermain game daripada berinteraksi langsung.

Selain itu, dampak fisik bisa membuat kesehatan anak bermasalah dan dampak terburuk dapat merusak syaraf karena adanya radiasi yang diterima terus menerus oleh anak.

“Karena terlalu kecanduan game akhirnya anak tidak memperhatikan kondisi tubuh mereka. Yang terburuk bahkan bisa kejang badan. Itu dimungkinkan karena gadget itu kan ada radiasi cahaya, suara, dan lain-lain. Ada beberapa kejadian seperti itu karena terlalu kecanduan bermain game,” ucap dia, Rabu.

Menurut Aliyah, pihaknya sudah menangani beberapa kasus pasien anak yang kecanduan bermain game online. Tahapan terapi menurutnya dilakukan berdasarkan analisis awal kondisi pasien.

Pasien pada umumnya mendapatkan terapi perilaku kognitif agar tidak lagi kecanduan bermain game online.

“Awalnya kami analisa terlebih dulu apakah ada gangguan emosi pada anak. Kalau iya kami harus memberikan terapi mood stabilizer menggunakan obat dulu sebelum melakukan terapi perilaku kognitif. Kalau tidak ada gangguan emosi kami langsung lakukan terapi perilaku,” imbuh dia.

Proses terapi agar anak tidak lagi mengalami kecanduan game online, menurut Aliyah, umumnya membutuhkan waktu enam bulan hingga satu tahun. Proses terapi, tambah dia, juga melibatkan orang terdekat pasien untuk mendukung agar berjalan sukses.

“Sejak awal terapi pasien memang kami melibatkan orang tua terutama karena yang paling sering berinteraksi. Pasien tidak home visit tetapi rawat jalan secara berkala untuk meneruskan terapi yang sudah menjadi komitmen bersama,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya