SOLOPOS.COM - Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri yang dikenal dengan sebutan Ratu Adil dan Satria Piningit di masanya (Sumber: Liputan6.com)

Solopos.com, NASIONAL — Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri (1135-1157) bergelar Sri Maharaja Sri Wameswara Madhusudana Watarandita Parakrama Digjoyottunggadewama Jayabhalancana ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang adil dan visioner pada masanya. Salah satu hal yang cukup fenomenal dari sosok Jayabaya adalah ramalannya.

Seperti diketahui, Jayabaya muncul di masa-masa sulit hingga akhirnya berhasil membawa Kerajaan Kediri pada masa kejayaan. Bahkan, dia berjasa dalam penyatuan kembali kerjaan yang sebelumnya pecah di masa kepemimpinan Raja Airlangga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Oleh karena jasanya tersebut, dia mendapat sebutan sebagai Sang Ratu Adil dan Satria Piningit. Apa sebenarnya maksud dari dua sebutan tersebut? Dikutip dari karya ilmiah dan literasi Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Bali yang berjudul Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan, Jumat (26/11/2021), secara harfiah, Satria Piningit diartikan sebagai ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman. Sedangkan Ratu Adil diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.

Masyarakat zaman dulu beranggapan bahwa sebutan Satria Piningit dan Ratu Adil adalah satu kesatuan, padahal tidak demikian. Seorang pemimpin yang dipandang sebagai Satria Piningit belum tentu menjadi Ratu Adil. Sebab untuk menjadi Ratu Adil harus bersikap adil dan peduli kepada seluruh rakyat yang dipimpinnya, tidak hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok dan golongan yang mendukungnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Soal Kiamat, Ini Tanda-Tandanya

Anggapan makna gelar yang sama antara Satria Piningit dan Ratu Adil muncul dari istilah Jawa yang berbunyi Satria Piningit sinisihan wahyu ratu adil yang menjadi pedoman dalam mencerminkan karakter seorang pemimpin. Dari ciri, sifat dan karakter yang disebutkan lebih merujuk kepada model kepemimpinan dari suatu negara yang pemimpinnya mampu menegakkan keadilan.

Merujuk pada Kitab Musarar dari Sunan Giri Prapen yang berisi ramalan-ramalan Jayabaya, juga menunjukan konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil dan makmur sebagai penggambaran Ratu Adil. Demikian juga dalam penggambaran Satria Piningit (Ksatria penolong yang tersembunyi) ditandai dengan munculnya Ratu Adil.

Dalam kitab tersebut terdapat bait yang berbunyi “Prabu tusing waliyulah,kadhatone pankekaling ing Mekah ingkah satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, prenahe iku kaki, perak lan gunung Perahu, sakulone tempuran, balane samya jrih asih, iya iku ratu rinenggeng sajagat.”

Baca Juga: Stupa Candi Borobudur sebagai Penanda Waktu

(Raja keturunan waliyulah, berkedaton dua d Mekah dan Tanah Jawa, letaknya berada dekat dengan Gunung Perahu sebelah barat tempuran (pertemuan dua sungai), dicintai pasukannya, memang Raja yang terkenal di dunia)

Gunung Perahu adalah simbol dari Bukit Siguntang yang merupakan datarang tinggi di wilayah Kota Palembang. Sementara ‘tempuran’ merupakan tempat pertemuan antara Sungai Musi dan Sungai Ogan yang lokasinya tidak jauh dari Bukit Siguntang. Sebelah barat terdapat Masjid Muara Ogan. Bukit Siguntang sendiri merupakan simbol kejayaan Kedatuan Sriwijaya yang ditandai dengan ditemukannya prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Suguntang.

Demikian halnya, tempuran sungai Ogan dan Musi melambangkan persatuan masyarakat Nusantara di mana berabad-abad yang lampau pernah berkumpul 20.000 bala tentara pimpinan Dapunta Hyang Jayanasa. Simbolisasi tersebut menunjukan bahwa Jayabaya memiliki hubungan historis dengan Sriwijaya di mana raja pendahulunya, Raja Airlangga menikah dengan Putri Kerajaan Sriwijaya bernama Wijayatunggawarman.

Baca Juga: Misteri Pacaran di Colo Gunung Muria, Bisa Kena Kutukan & Putus

Dari perkawinan tersebut menurunkan Sri Bameswara yang menikah dengan Putri Panjalu yang menurunkan Jayabaya sebagai Raja Kerajaan Kediri. Jayabaya dalam ramalannya juga mengatakan terkait kemunculan sang Ratu Adil dan Satria Piningit  di masa yang akan datang yang akan membawa kembali masa kejayaan.

Ramalan Jayabaya tentang Kemunculan Sang Ratu Adil

Dilansir dari Liputan6.com, dalam ramalannya, tertulis bahwa sang Ratu Adil di masa yang akan datang adalah orang Jawa dari keturunan Kerajaan Majapahit yang akan muncul saat kendaraan besi dapat berjalan tanpa kuda, dan kapal dapat menjelajah langit dan angkasa. Dalam ramalan itu juga dikatakan bahwa Ratu Adil akan menghadapi masa sulit, penghinaan dan kemiskinan. Namun masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.

Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa saat ini merupakan zaman edan atau era kegelapan, seperti yang diramalkan Jayabaya. Oleh karena itu kedatangan Ratu Adil diprediksi sudah dekat dan akan membawa negeri ini menuju ke masa kejayaan baru. Siapakah sosok sang Ratu Adil yang akan datang ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya