SOLOPOS.COM - Tiwul kekinian di gubuk tiwul di Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, Jumat (8/10/2021). Tiwul yang menjadi makanan jadul disulap ibu-ibu PKK di Ngerangan menjadi makanan kekinian. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN—Keberadaan Gubuk Tiwul di Kenteng RT 009/RW 004, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, tak dapat dilepaskan dari sosok Sudirno Suyono, 67. Perempuan yang sudah memiliki dua buyut inilah yang menjadi peracik tiwul di Ngerangan menjadi lebih modern.

Di daerahnya, Mbah Dirno sudah dikenal sebagai penjual latengan alias menu sarapan di Dukuh Kenteng selama bertahun-tahun silam. Wujud latengan dapat berupa bubur atau pun nasi gudangan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sejak 1,5 tahun terakhir, Mbah Dirno mengembangkan usahanya dengan membikin tiwul. Semula, tiwul bikinan Mbah Dirno berupa tiwul original (rasa tawar) dan tiwul manis (diberi gula).

Baca Juga: Gelar Hajatan saat PPKM, Camat di Wonogiri Berdalih Tak Sebar Undangan

Agar tiwul yang dikenal sebagai makanan jadul itu terlihat kekinian, tiwul tersebut di-mix dengan sayuran, seperti daun pepaya. Di samping itu, dilengkapi dengan aneka lauk-pauk, seperti ayam, tempe, dan lainnya.

“Di gubuk tiwul ini, saya menjadi kokinya. Saya sudah berikan ilmu meracik tiwul ke enam warga lainnya di Dukuh Kenteng,” kata Mbah Dirno, saat ditemui Solopos.com, di Dukuh Kenteng, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Jumat (8/10/2021).

Mbah Dirno mengatakan tiwul di gubuk tiwul Ngerangan terbuat dari bahan ketela pilihan. Bahan tersebut didatangkan khusus dari Cawas. Bahan utama tiwul diambilkan dari tepung berbahan ketela. Harga bahan utama ketela senilai Rp10.000 per kilogram. “Kalau makan tiwul di sini rasanya langsung wareg,” katanya.

Baca Juga: Camat di Wonogiri Gelar Hajatan saat PPKM Kena Semprit Bupati

Tiwul di Gubuk Tiwul yang disajikan dalam beberapa model. Tiwul dilengkapi sambal edyan alias sambal ekstra pedas. Hal itu seperti tiwul sambal bawang (Rp5.000), tiwul sambal bawang plus (Rp7.000), dan tiwul uleng sambal bawang (Rp5.000).

Kemudian tiwul uleng sambal bawang plus (Rp7.000), tiwul geprek ayam (Rp8.000), tiwul uleng geprek ayam (Rp8.000), dan tiwul geprek bandeng (Rp11.000).

Selain itu tiwul uleng geprek bandeng (Rp8.000), tiwul goreng (Rp5.000), tiwul uleng goreng (Rp5.000), tiwul goreng spesial (Rp8.000), tiwul manis (Rp5.000).

Baca Juga: Puluhan Lansia 100 Tahun Lebih di Bayat Klaten Antusias Ikuti Vaksinasi

“Tiwul yang akan disajikan didang terlebih dahulu sebelum disajikan ke pengunjung di gubuk tiwul,” katanya.

Mbah Dirno (Solopos.com/Ponco Suseno)

 

Ciri Khas

Direktur BUMDesa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Gunadi, mengatakan tiwul yang disajikan warga Kenteng memiliki ciri khas, yakni dilengkapi sambal ekstra pedas. Tiwul juga disajikan dengan keinginan pengunjung, seperti rasa tawar atau pun manis.

“Tiwul di sini dilengkapi dengan lauk dan sayur [agar terlihat kekinian]. Penjualan tiwul di sini terbilang ramai. Dalam sehari, mampu terjual 250-an [porsi],” katanya.

Baca Juga: Hari Pertama Buka, Bukit Sidoguro Klaten Sepi Pengunjung

Ketua TP PKK Klaten, Endang Yoga Hardaya, turut mengapresiasi inovasi dan kreativitas yang dilakukan anggota PKK di Ngerangan.

“Kami berharap, usaha ini tetap dicintai masyarakat dengan menu khas tiwulnya. Sambalnya memang edyan [pedas],” kata Endang Yoga Hardaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya