SOLOPOS.COM - Ilustrasi bekerja dari kafe. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Finlandia merupakan salah satu negara yang sudah menerapkan jam kerja fleksibel di beberapa sektor sejak beberapa tahun terakhir. Model kerja dengan jam kerja fleksibel ala Finlandia ini diyakini tetap menjaga produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan gaji yang tetap terjamin.

Orang Finlandia dalam sehari rata-rata menghabiskan waktu untuk bekerja yang digaji sekitar 229 menit atau sekitar 3,8 jam.

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Sisanya digunakan untuk beragam aktivitas seperti leisure 331 menit atau sekitar 5 jam hingga bekerja yang tidak dibayar selama sekitar 3 jam. Bekerja tidak dibayar ini seperti merawat anak hingga menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Kondisi ini pun mendorong negara itu menerapkan jam kerja fleksibel. Sebagaimana dikutip dari Detik.com, konsep kerja seperti itu telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: 5 Fakta Little Boy-Fat Man, Bom Atom yang Meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki

Berawal dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia pada 2011 tentang aturan jam kerja. Para pekerja diperkenankan menyesuaikan jam kerja mereka dengan mulai atau pulang lebih awal tiga jam atau setelahnya.

Menurut firma akuntan global Grant Thornton, sekitar 92% perusahaan di Finlandia mengizinkan pekerjanya untuk menyesuaikan jam kerja mereka. Perlahan, konsep kerja itu mulai diadopsi oleh sejumlah perusahaan dan negara lain di dunia.

Sektor Pelayanan Publik

Finlandia juga telah memperbarui aturan kerja mereka. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia terbaru, terhitung mulai 2020 para pekerja tetap akan mendapat kebebasan untuk menentukan kapan dan dari mana mereka bekerja selama kurang lebih setengah jam kerja mereka.

”Ini adalah tentang bagaimana kita beradaptasi pada dunia modern,” ujar seorang PNS senior dari Kementerian Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia yang ikut menyusun aturan tersebut, Tarja Kroger.

Baca Juga: Mengecat Pesawat Terbang Tak Semudah Mengecat Gapura Buat Tujuhbelasan

Melalui aturan baru tersebut, dalam sepekan para pekerja diharapkan dapat bekerja selama total 40 jam. Total waktu bekerja itu pun dapat diselesaikan baik dari kantor, kedai kopi maupun di rumah sambil mengurus anak.

Di sektor pelayanan publik, salah satu faktor yang mendukung konsep jam kerja fleksibel adalah digital government yang berlaku.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi menyebut digital government di Finlandia telah mencapai 60% pada 2016 lalu.

Salah satu parameternya adalah orang yang menggunakan Internet untuk mengisi berbagai formulir dalam pelayanan publik. Kondisi ini tentu memudahkan penerapan jam kerja fleksibel di negara ini.

Digital government di Finlandia melonjak luar biasa karena pada 2006 lalu baru 15% dan menjadi 60% pada 2016. Digital government di Finlandia berada di urutan keempat dunia di bawah Denmark, Estonia, dan Norwegia.

Bagaimana hasilnya? Pada 2016, 77% orang Finlandia puas dengan sistem pelayanan kesehatan, 81% puas dengan sistem pendidikan, 75% percaya dengan sistem peradilan, dan 88% percaya dengan kepolisian.

Baca Juga: Dari Bekas Budak Hingga Pengkhianat, Inilah Agen Rahasia Paling Terkenal

Jam kerja fleksibel ini pun tidak memengaruhi gaji pekerja di Finlandia. PNS di Finlandia mendapatkan gaji lumayan tinggi. Untuk manajer senior di pemerintah pusat, rata-rata upah per tahunnya sekitar US$128.744 pada 2015 lalu.

Bila menggunakan kurs 2015 sekitar US$1=Rp14.000, setahun mereka bisa mengantongi Rp1,8 miliar. Bila ditambah dengan tunjangan dan beragam penghasilan lainnya, manajer senior di pemerintah pusat mendapatkan sekitar Rp2,7 miliar dalam setahun.

Manajer menengah di pemerintah pusat Finlandia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp1,9 miliar setahunnya. PNS Finlandia yang di bidang administrasi mendapatkan penghasilan sekitar Rp70-an juta sebulannya.

Jam kerja fleksibel ditopang gaji yang tinggi itu disebut menjadikan kualitas hidup meningkat. “Para pekerja jadi lebih produktif dengan konsep kerja seperti itu, di mana mereka dapat mengatur waktu mereka di kantor dan di rumah. Termasuk menyesuaikan dengan berbagai keperluan lain,” ujar Tarja.

Jam Kerja Fleksibel Bikin Bahagia

Menurut penelitian dari perusahaan riset AS TINY Pulse tahun 2016, para pekerja dengan jam kerja fleksibel cenderung merasa lebih bahagia dan dihargai ketimbang pekerja kantoran tradisional.

Konsep jam kerja fleksibel juga turut tercipta sebagai hasil dari tingginya budaya percaya yang dianut masyarakat Finlandia. Baik dari tingkat negara, kantoran hingga kelas pekerjanya.

Baca Juga: Tinggi Hanya 51 Cm, Sapi Ini Diklaim Terkecil di Dunia



Study dari Eurobarometer menyebutkan rasa percaya orang Finlandia pada masyarakatnya lebih tinggi dari negara manapun di Eropa. Menurut Profesor Eero Vaara dari Universitas Bisnis Aalto, budaya itu tercipta dari kesetaraan dan keamanan finansial yang mengakibatkan tingginya rasa percaya diri institusi.

“Hal itu berakar pada sejarah, sesuatu yang orang terbiasa. Bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul selama dekade terakhir atau terkait perubahan pada pola kerja kami,” terang Eero.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya