SOLOPOS.COM - Perhatikan pemenuhan gizi anak. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO–Asupan gizi yang baik akan mencegah terjadinya malnutrisi pada anak yang bisa memicu stunting. Jika anak mengalami malnutrisi, pertumbuhan badan dan perkembangan otak mereka akan terganggu yang efeknya juga akan berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus bangsa.

Pentingnya pemenuhan gizi anak ini pun mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo yang kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kenapa harus stunting? Ternyata jawabannya sangat berkaitan dengan Generasi Emas Indonesia 2045. Penjelasan ini disampaikan Dokter Spesialis Anak Konsultas Nutrisi, FKUI RSM, Prof Damayanti Rusli Sjarif.

Di seluruh dunia, menurut Prof. Damayanti, ada tiga masalah malnutrisi yakni stunting, wasting (gizi buruk), dan overweight. Dari ketiganya menurut Damayanti, stunting jumlahnya terbanyak mencapai 144 juta, kemudian wasting 47 juta, dan overweight ada 38 juta.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jadi secara global stunting memang kasus terbanyak secara global. Di mana dari 147 juta penderita stunting, 78,2 juta atau 56% berada di Asia. Di Indonesia kasusnya pun masih tinggi,” jelas Damayanti saat Webinar & Lomba Penulisan tentang Pemenuhan Gizi Anak Mutlak Diperlukan Untuk Capai Generasi Emas Indonesia 2045 yang digelar Tempo Institute secara virtual, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Anak Tidak Diperbolehkan Menangis Semasa Kecil, Ini Dampaknya

Stunting menurut WHO adalah pertumbuhan pendek karena malnutrisi (kekurangan gizi) kronik. Penyebabnya, lanjut Damayanti, karena asupan gizi tidak adekuat. Hal ini bisa terjadi akibat kemiskinan, penelantaran, dan ketidaktahuan.

Kemiskinan menyebabkan orang tua tidak bisa membeli makanan yang memenuhi gizi anak. Penelantaran karena memang dibiarkan oleh orang tuanya. Kemudian karena ketidaktahuan, di mana orang tua tidak mengerti memberikan makanan yang benar kepada bayi dan anak.

“Padahal ada satu fase pertumbuhan anak yang tidak ada pada orang dewasa yakni pertumbuhan otak di dua tahun pertama kehidupan. Di mana membutuhkan komposisi makanan yang berbeda dengan orang dewasa,” ujarnya.

Selain itu ketika anak sering diare akibat sanitasi jelek, sehingga kebutuhan gizi meningkat. Ketika asupan tidak terpenuhi akan berakibat juga stunting. Selain itu karena penyakit TBC, berat lahir kurang di bawah 2.500 gram, alergi makanan, dan kelainan metabolism bawaan.

Tak hanya stunting, dampak dari kekurangan gizi kronik, lanjut Prof. Damayanti, pertumbuhan otak tidak adekuat sehingga IQ turun. Bahkan gangguan keseimbangan pembakaran lemak yang terganggu bisa menyebabkan penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi.

Baca Juga: Kenali Karakteristik Monstera agar Pencahayaan Pas

Untuk itu, lanjut Prof, Damayanti, yang perlu diperhatikan adalah ketika anak lahir akan mendapatkan ASI dari ibunya. Namun catatan dari 54 negara pada bulan ke-3 kandungan ASI mulai turun, di mana hormon pertumbuhan turun, sehingga pertumbuhan linear turun. Jika dibiarkan tanpa intervensi maka pertumbuhan akan minus dua stunting.

Anak lahir berat badan rendah, risiko stunting, wasting, underweight jauh lebih besar dari anak-anak normal. Ini juga nanti terkait dengan IQ atau kecerdasan anak tersebut. Anak kekurangan gizi akan terjadi penurunan IQ hingga 20 poin.

Agar semua itu tidak terjadi pada generasi bangsa, kuncinya pada 0-24 bulan kehidupan. Karena lebih baik mencegah, orang tua harus memberikan makanan yang benar. Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang benar dengan komposisi seperti ASI. Salah satunya didapatkan dari protein hewani. Karena komposisi ASI yang diberikan Tuhan juga untuk pertumbuhan otak anak.

Lakukan pemantauan pertumbuhan anak, bisa melalui kader posyandu, kader PKK, atau bidan desa. Lakukan deteksi dini, jika ada tanda gangguan pertumbuhan segera lakukan rujukan ke dokter spesialis.

Menurut Deputi Bidang Peningkatan Kesehatan, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia & Kebudayaan (PMK), Drg Agus Suprapto MKes, Presiden telah mengeluarkan Perpes Percepatan Penurunan Stunting No. 72/2021. Selain itu Perpres TBC No. 67/2021. Stunting dan TBC mempengaruhi kualitas SDM Indonesia ke depan.

Baca Juga: Mau Nyoba Dog Cafe Pertama di Solo? Di Sini Tempatnya

“Pemenuhan gizi dimulai dari dalam kandungan, lahir hingga pertumbuhan. 1.000 hari pertama kehidupan menjadi perhatian penting agar pertumbuhan dan kecerdasan anak Indonesia maksimal,” kata Agus Suprapto

Saat ini, angka stunting Indonesia berada di urutan 115 dari 151 negara. Adapun tantangan penurunan stunting, menurut Agus, butuh pendekatan multi sektoral yakni kesehatan dan gizi, ketahanan pangan, perlindungan sosial, pengasuhan dan PAUD, serta air minum dan sanitasi

Karena santitasi yang buruk menjadi salah satu penyebab anak juga ibu hamil mengalami diare. Apabila diare dan tidak segera ditangani, lanjut dia, bisa menyebabkan pencernaan rusak. Jika sudah demikian, asupan gizi tidak terserap dengan baik.

“Oleh karena itu pemerintah telah melakukan sejumlah program. Selain terkait sanitasi, juga program Perbaikan Air Minum 2020-2024 yang menargetkan 10 juta sambungan rumah tangga dengan akses air minum perpipaan.

Sedang terkait asupan gizi yang baik dan benar untuk 1.000 hari kehidupan pertama, menurut Agus perlu disebarkan ke masyarakat. Untuk itu dalam Perpres Percepatan Penurunan Stunting mempertegas peranan BKKBN sebagai Ketua Pelaksana, Menko PMK sebagai Wakil Ketua Pengarah, dan Wakil Presiden (Wapres) sebagai Ketua Pengarah.

“Namun semua itu tidak hanya peran ibu dan yang ditugaskan sesuai Perpres. Karena perlu dukungan berbagai pihak, salah satunya mulai dari desa. Setiap desa harus punya semangat untuk mencegah stunting, juga mencegah anak berat lahir kurang. Semua harus mendukung tidak hanya kepala desa, namun juga RT hingga masyarakat,” tegas Agus.



Tidak hanya pemerintah, kader posyandu, bidan, dokter spesialis, dukungan pun bisa dilakukan oleh pihak swasta. Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Dr. Poppy Kumala.

Menurut Poppy, ada sejumlah kegiatan yang sudah dan akan dilakukan APPNIA. Karena APPNIA bagian dari Scaling Up Nutrition Business Networks (SBN) Indonesia bersama dengan 40 perusahaan dan 6 asosiasi jaringan SBN Indonesia.

Baca Juga: Tahukah Kamu Harga Kucing Termahal di Dunia Bisa Capai Rp1,5 Miliar Loh

Scaling Up Nutrition (SUN) diprakarsai oleh PPB pada 2010 dengan 63 negara tergabung di dalamnya. Indonesia tergabung di dalamnya mulai 2011. SUN mengusung visi gerakan dunia bebas malnutrisi pada 2030 melalui kerja sama multipihak.

“Kemitraan APPNIA dengan SBN Indonesia bertujuan untuk mendukung gerakan 1.000 hari pertama kehidupan [HPK] guna percepatan penurunan stunting menjadi 14% pada RPJMN 2020-2024. Adapun kegiatannya berfokus pada, 1.000 HPK, Gizi Seimbang, Kesehatan dan Sanitasi,” kata Poppy Kumala.

Kegiatan yang dilakukan perusahaan yang tergabung dalam APPNIA, antara lain meningkatkan akses masyarakat terhadap air, sarana sanitasi, dan perubahan perilaku hiegenitas. Termasuk juga sosialisasi gizi seimbang hingga remaja. Karena untuk menyiapkan generasi yang lebih baik.

“Anggota APPNIA juga berusaha menselaraskan kegiatannya dengan tujuan pemerintah. Terutama dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDG). SDG merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia. SDG ditargetkan tercapai pada 2030,” ujar Poppy.

APPNIA, sambung Poppy, mendukung Pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi anak dan pencegahan stunting. Yakni melalui program Warung Anak Sehat (WAS), dengan tujuan untuk memberikan akses pangan jajanan sekolah yang baik dan aman.

Baca Juga: Monstera Mengalami Pembusukan? Tenang, Begini Cara Mengatasinya

Selain itu juga ada Program Gerakan Nusantara yang bertujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat. Dengan memastikan anak usia sekolah memiliki pengetahuan yang cukup dan perilaku baik dalam memilih makanan.

Ada juga healthy kids dan kebun sekolah yang memberikan edukasi mengenai gizi, aktifitas fisik, lingkungan, serta kebersihan diri kepada anak sekolah. Kemudian dukungan kepada Indonesian Street Children Organization yakni akni berupa donasi susu pertumbuhan secara teratur dan edukasi terhadap anak pra sekolah, TK, dan SD.

“Anggota APPNIA juga melakukan edukasi gizi kepada remaja putri. Meliputi seminar terkait pedoman gizi seimbang, pendidikan reproduksi, dan gaya hidup sehat. Karena remaja putri memegang peranan penting karena suatu hari nanti akan menjadi ibu yang melahirkan. Jika tidak memiliki pengetahuan gizi yang baik maka generasi penerus bakal mengalami malnutrisi, gangguan pertumbuhan, dan kecerdasan,” jelas Poppy.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya