SOLOPOS.COM - Jangklong, umbi khas lereng Gunung Muria (Sumber: Jatengprov.go.id)

Solopos.com, KUDUS — Selain keindahan panorama yang disuguhkan, rupanya dari lereng Gunung Muria juga memiliki makanan khas bernama Jangklong. Dilansir dari Jatengprov.go.id, Jumat (1/10/2021), jangklong merupakan sejenis umbi gunung yang kayak akan vitamin B dan berkhasiat mengurangi risiko kanker, jantung dan bahkan stroke.

Jangklong ini  dapat diolah menjadi berbagai macam olahan umbi agar menambah daya tarik konsumsinya. Biasanya jangklong diolah menjadi steak dicampur dengan tepung dan kemudian digoreng. Umbi ini bisa juga diolah menjadi makanan pengganti daging lainnya atau menjadi makanan kekinian dan bahkan ada yang menjadikannya sebagai menu diet.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Jangklong sering dijajakan di pinggir jalan yang dilalui peziarah ke makam Sunan Muria yang terletak di Gunung Muria. Karena banyaknya pedagang jangklong di sepanjang jalan berundak di tempat petilasan Sunan Muria, banyak peziarah yang membelinya untuk dijadikan oleh-oleh.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Sri Sumarni Bupati Grobogan Ternyata Lulusan S2 UNISRI Solo

Sedangkan bagi penduduk setempat, jangklong ini menjadi makanan sehari-hari. Soal harga, pastinya terjangkau, cukup dengan merogoh kocek Rp.10.000 – Rp.15.000 Anda bisa mendapatkan oleh – oleh khas dari Lereng Muria tersebut.

Berdasarkan ulasan dari warga setempat bernama Baharudin, jangklong  atau disebut juga sebagai ganyong ini menjadi salah satu jajanan khas dari lereng Gunung Muria yang sering dicari oleh para peziarah makam Sunan Muria.

Warga lokal yang merupakan aktivis Ansor itu tidak tahu pasti kalan jangklong ada di tempat tinggalnya. Dia beranggapan bisa saja semenjak penyebaran agama Islam oleh Kanjeng Sunan Muria di wilayah Pegunungan Muria. Namun Baharudin mengaku bahwa dia sudah mengkonsumsi jangklong sejak masih kecil.

Baca Juga: Sri Sumarni Bupati Grobogan Ternyata Lulusan S2 UNISRI Solo

Jangklong atau ganyong merupakan jenis umbi-umbian. Dimanfaatkan rimpangnya untuk dikonsumsi. Rimpang ganyong diambil, dibersihkan, kemudian dimasak hingga matang. Hidangan siap disantap atau dijajakan untuk dijual. Makanan ini juga bisa diolah jadi ceriping.

Namun karena kurangnya minat masyarakat saat ini, produksi jangklong kian meredup karena sumber budi daya dari petani juga semakin sedikit. Baharudin mengatakan bahwa sekarang warga lebih suka menanam kopi karena layak jual dan menguntungkan. Makanan ini sudah turun temurun dan tidak dipungkiri juga dengan adanya invasi makanan kekinian menjadi faktor lain redupnya jangklong ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya