SOLOPOS.COM - Inspeksi pasar Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, Senin (15/6/2015). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kebutuhan pokok Solo, TPID menggandeng ABMI untuk menjaga pasokan bahan pangan.

Solopos.com, SOLO–Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo menggandeng Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) untuk menjaga pasokan bahan pangan. Hal ini untuk menjaga harga bahan makanan di Soloraya.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Ketua TPID Solo, Bandoe Widiarto, mengatakan pada pertemuan bulanan ini sekaligus mengevaluasi harga bahan kebutuhan pokok di pekan kedua Maret. Hal ini mengingat harga bawang merah, bawang putih, dan cabai meningkat tajam. Oleh karena itu, melihat kondisi yang ada, TPID Solo memfasilitasi kerja sama AMBI dengan distributor Solo melalui memorandum of understanding (MoU) pasokan bawang merah.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengungkapkan MoU ini untuk memangkas jalur distribusi. Dia menjelaskan selama ini rantai distribusi cukup panjang, yakni dari petani ke pengepul kemudian pengirim dilanjutkan distributor kabupaten ke distributor provinsi lalu ke distributor di tempat tujuan baru kemudian pedagang eceran. Hal ini dinilai membuat waktu distribusi lebih lama dan harga menjadi mahal.

“Melalui kerja sama ini, rantai tata niaga langsung dari asosiasi ke distributor di Solo kemudian ke pengecer sehingga lebih efektif dan harga bisa ditekan. Selain itu, kerja sama ini juga memungkinkan adanya pengawasan harga karena kenaikan harga dimana bisa dilacak,” ungkap Bandoe saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (21/3/2016).

Dia mengatakan selama ini pengawasan harga sulit dilakukan karena melibatkan banyak pihak. Namun diakuinya pemerintah tidak akan intervensi harga tapi memberi masukan untuk tidak mengambil banyak keuntungan sehingga harga tetap terjangkau masyarakat.

Dia mengungkapkan saat harga bawang merah di Solo mencapai Rp40.000/kg, harga bawang merah di Brebes sebagai salah satu wilayah produsen hanya Rp23.000/kg. Namun hal ini masih mahal karena harga normal dari daerah asal Rp15.000/kg-Rp18.000/kg.

Bandoe mengungkapkan kenaikan harga ini disebabkan anomali cuaca yang menyebabkan musim tanam bergeser satu bulan. Kapasitas produksi juga menurun disebabkan curah hujan.

Ketua Umum AMBI, Juwari, juga akan memberikan materi mengenai penanaman bawang merah bima brebes kepada anggota klaster bawang merah Cepogo. Bandoe mengatakan bawang merah bima brebes dipilih karena merupakan bawang merah konsumsi sedangkan yang selama ini ditanam petani Cepogo adalah bawang merah produksi. Metode tanam yang akan digunakan adalah off season atau menanam saat di Brebes sedang panen sehingga diharapkan bisa membantu memenuhi kebutuhan sebelum musim panen.

Juwari menyampaikan satu distributor besar di Solo dalam sehari biasanya membutuhkan 2 ton-4 ton yang melayani permintaan hingga ke Sragen dan Boyolali. “Supply bawang merah nantinya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dari distributor. Anggota kami ada yang di Demak dan Kendal jadi bisa memanfaatkan panen dari daerah itu karena lokasinya lebih dekat dengan Solo. Apalagi yang di Kendal, dari lahan 1.000 ha pada 2010, saat ini sudah menjadi 5.000 ha,” kata dia.

Lebih lanjut, Bandoe mengungkapkan pada kesempatan tersebut juga akan dibahas mengenai program kerja yang sudah terlaksana maupun belum. Hal ini seiring dengan rencana penilaian TPID berprestasi dan terbaik pada Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya