SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona varian delta plus. (Dok. Bisnis)

Solopos.com, SOLO-Kementerian Kesehatan Israel mengatakan bahwa subvarian Delta coronavirus yang baru ditemukan, yang dikenal sebagai AY4.2, tampaknya 15 persen lebih menular. Kendari demikian tidak lebih mematikan daripada varian aslinya.

Berdasarkan laporan Channel 13 kasus pertama subvarian Delta AY4.2 di Israel ditemukan pekan lalu pada seorang anak yang memasuki Israel dari Moldova. Pada Sabtu (23/10/2021), melansir Times of Israel, Senin (25/10/2021), Kementerian Kesehatan Israel mengatakan bahwa penyelidikan awal menemukan bahwa subvarian baru itu 15 persen lebih menular daripada Delta.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, tampaknya subvarian Delta AY4.2  tidak lebih mematikan dan tidak menghindari vaksin. Delta, sendiri, beberapa kali lebih menular daripada virus corona asli. Kementerian Kesehatan Israel mengatakan bahwa saat ini mereka hanya menemukan 6 kasus yang diimpor dari luar negeri dan belum terdeteksi menyebar secara lokal. Dengan demikian tidak ada tindakan pencegahan baru yang diperlukan pada saat itu.

Baca Juga: Berkaca dari Kasus Alec Baldwin, Keselamatan Pekerja Film Dipertanyakan

Subvarian Delta yang kali pertama diidentifikasi di Inggris saat ini tidak dianggap sebagai varian minat atau perhatian dan belum secara resmi dinamai huruf alfabet Yunani, seperti varian mengkhawatirkan lainnya. Meskipun begitu, para ilmuwan sedang memantaunya untuk melihat apakah itu mungkin menyebar lebih mudah atau lebih mematikan daripada versi virus corona sebelumnya. Dalam sebuah laporan baru-baru ini, pejabat Inggris mengatakan varian ini merupakan 6 persen dari semua kasus Covid-19 yang dianalisis di negara itu dan meningkat dalam lintasan. “Varian ini memiliki dua mutasi pada protein lonjakan, yang membantu virus corona menyerang sel-sel tubuh,” jelasnya seperti dikutip dari Bisnis.com, Senin (25/10/2021).

Perubahan ini juga terlihat pada versi lain dari virus sejak pandemi dimulai, tetapi belum terlalu jauh,” kata Francois Balloux, Direktur Institut Genetika di University College London. Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Covid-19, pada sesi publik minggu ini mengatakan varian Delta sejauh ini tetap menjadi varian yang paling dominan dalam hal sirkulasi global.

Baca Juga:  Stres Kena PHK Saat Pandemi? Begini Cara Mengatasinya

“Delta dominan, tapi delta berkembang,” katanya. Menurutnya semakin banyak virus beredar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi. WHO saat ini melacak 20 variasi varian Delta.

“AY.4.2 adalah yang harus diperhatikan karena kita harus terus mengawasi bagaimana virus ini berubah,” kata Van Kerkhove. Di AS, varian Delta menyumbang hampir semua kasus Covid-19. Varian Delta plus yang lebih baru telah terlihat kadang-kadang, tetapi itu belum menjadi perhatian, kata pejabat kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya