SOLOPOS.COM - Para eco-printer menggelar kegiatan membikin warna dan corak pada kain dengan teknik eco-print atau ngecobar di Pendopo Hutan Jati Bale Tirto Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (14/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Teknik pewarnaan dan pemberian corak pada kain menggunakan bahan alami atau dikenal dengan nama eco-print belakangan kian digandrungi. Tak hanya sekadar hobi, menjadi eco-printer belakangan mulai menjadi ladang usaha.

Eco-print merupakan teknik mencetak warna dan corak pada kain menggunakan pewarna alami. Bahan baku yang digunakan yakni dedaunan untuk menghasilkan warna dan corak yang kalem dan unik. Alhasil, produk yang dihasilkan dengan teknik ini dikenal sebagai produk ramah lingkungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk semakin mengenalkan eco-print, Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) mengadakan ngecobar alias melakukan eco-print bareng di Pendopo Hutan Jati Bale Tirto Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (14/11/2021). Kegiatan tersebut sekaligus untuk memperingati HUT ke-1 AEPI.

Baca Juga: Sensasi Wedangan Sambil Keceh di Kali Guyangan Bendan Boyolali

Kegiatan ngecobar diikuti sekitar 65 eco-printer dari berbagai daerah. Mereka merupakan para penggemar hingga pelaku usaha yang mengembangkan fashion menggunakan teknik eco-print.

Lokasi kegiatan yang dipenuhi pepohonan jati dan aneka pohon lainnya menjadi tempat ideal untuk menggelar kegiatan tersebut. Para peserta terlihat mengeksplorasi aneka dedaunan di sekitar tempat kegiatan untuk mendapatkan motif kain yang diinginkan. Sementara itu, kegiatan tersebut menarik perhatian pengunjung objek wisata Bale Tirto serta Umbul Besuki yang lokasinya berdekatan.

Ketua AEPI, Puthut Ardianto, mengatakan teknik eco-print mulai populer di Indonesia pada 2015 atau 2016. Kala itu, baru segelintir eco-printer di Indonesia. Eco-print di Indonesia nyatanya kian diminati. Indikasinya dari jumlah eco-printer dari tahun ke tahun terus bertambah. Asosiasi lantas dibentuk seiring semakin banyaknya peminat eco-print.

Baca Juga: Monte De Karlo Sijaran, Dulu Tempat Parkir Kuda Kompeni

“Jumlah anggota kami ada 1.134 orang dan ini menjadi indikator bahwa peminatnya semakin banyak. Mereka tidak semua ingin jualan. Ada yang bergabung dengan asosiasi itu sekadar hobi atau mengisi waktu luang,” kata Puthut saat ditemui Solopos.com di sela ngecobar.

Tak hanya diminati di Indonesia, produk eco-printer perajin lokal mulai dikenal di mancanegara. Seperti produk eco-print bikinan Puthut pernah dibawa wisatawan dari Belanda, Amerika, serta Australia. “Untuk ekspor kami sedang mengusahakan melalui asosiasi agar ada anggota yang bisa ikut kurasi,” kata dia.

Puthut menjelakan asosiasi menjadi wadah untuk menjadikan eco-printer mandiri, cakap, serta percaya diri. Selain pelatihan, selama ini asosiasi juga melakukan riset untuk meneliti aneka dedaunan hingga tercipta eco-print Indonesia yang bagus di mata dunia.

Baca Juga: Monte De Karlo Sijaran, Rest Area Baru di Klaten Selatan

Eco-printer di Indonesia saat ini sudah diakui di dunia. Karena kekuatannya yang bisa menularkan ke seribuan orang,” kata dia.

 

Ramah Lingkungan

Lebih lanjut, Puthut mengatakan produk yang dihasilkan dari teknik eco-print tak hanya menjadi produk fesyen berkelas dunia. Lebih dari itu, produk eco-print lebih ramah lingkungan. Mayoritas bahan baku bahkan seluruh bahan baku menggunakan produk alam mulai dari kain yang berbahan serat alami seperti sutra, katun, atau kanvas.

Produk dari bahan alami itu lebih mudah terurai dibandingkan produk yang dibikin dari bahan sintites. “Kami ingin bahwasanya menggunakan pakaian itu juga bijak. Dengan tidak menjadikan bekas pakaian itu sebagai limbah fesyen yang sulit terurai,” kata dia.

Baca Juga: Lokasi Truk Terbang di Kuncen Klaten Black Spot Jalan Solo-Jogja

Ketua AEPI Jawa Tengah, Fica Ariyanti, mengatakan penggemar eco-print di Jawa Tengah terus berkembang. Salah satunya lantaran mudahnya mendapatkan bahan baku pewarna dan corak yakni dari aneka dedaunan.

Fica menjelaskan tak hanya menjadi pakaian, dari selembar kain yang dibikin menggunakan teknik eco-print kini bisa menjadi aneka produk mulai dari sepatu, tas, topi, serta jilbab. “Saat ini yang baru tren yakni sepatu kanvas. Harganya mulai dari Rp350.000 hingga Rp1 juta tergantung model dan kualitas bahan baku,” kata perajin eco-print dari Slawi, Tegal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya