SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Pasar Nglangon, Karangtengah, Sragen, Senin (30/8/2021). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 22 orang dari total 74 warga yang menghuni lingkungan RT 004/RW 003, Kios Renteng Nglangon, Karangtengah, Sragen, tinggal menetap dan berdomisili di kios tersebut lantaran belum punya tempat tinggal lainnya.

Para warga Kios Renteng Nglangon mendesak adanya musyawarah duduk bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen untuk membahas rencana relokasi ke pasar terpadu Nglangon.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seorang pemilik bengkel terot mobil di Kios Renteng Nglangon, Haryanto, 49, saat berbincang dengan Solopos.com di kios yang juga tempat tinggal Sunardi, Ketua RT 004/RW 003, Kios Renteng Nglangon, Jumat (3/9/2021), menyampaikan keinginannya untuk tetap menetap di kios yang sekarang digunakan untuk usahanya.

Baca Juga: KKN UNS 335 Dampingi Anak TK dan SD di Sragen Belajar

Ekspedisi Mudik 2024

Haryanto sebelumnya mendengar para warga Kios Renteng Nglangon akan dipindah ke pasar terpadu dengan ukuran lebih kecil, yakni 3 meter x 5 meter. Padahal ukuran kios yang sekarang digunakan para warga Kios Renteng Nglangon, sebut dia, 6 meter x 9 meter.

“Ukuran kios penggantinya kalau lebih kecil dan tidak sesuai yang sekarang maka kami tidak bisa menerima. Seharusnya kami diajak berembuk dulu. Kalau tiba-tiba diambil keputusan sepihak dari pemerintah itu namanya tidak manusiawi. Kami sadar tidak punya kekuatan hukum untuk tetap tinggal di kios ini, tetapi saya menempati kios itu sejak 1988. Saat pelebaran ke belakang pun, desa tahu dan sudah menerima kontribusi dari kami, entah diakui atau tidak,” ujar Haryanto.

Haryanto pernah bertemu Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto saat meminta fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) warga Kios Renteng Nglangon. Haryanto menanyakan soal ukuran kios baru.

“Kata Pak Sekda, ukuran kios baru akan disesuaikan dengan kios yang sekarang digunakan warga Kios Renteng Nglangon. Kalau kami dipindah kemudian kios ini dibangun dengan desain lebih baik untuk para elit-elit itu maka sungguh itu menyakitkan kami,” ujarnya.

Ketua RT 004/RW 003, Kios Renteng Nglangon, Sunardi, menyebut ada 22 keluarga yang tinggal menetap di kios renteng itu. Dia mencatat ada 50 keluarga dari 74 keluarga yang sebenarnya belum memiliki tempat tinggal. Warga lainnya, sebut dia, memanfaatkan kios-kios itu sebagai tempat usaha. “Seperti saya ini kios ini ya tempat tinggal kami sekaligus tempat usaha kami. Saya dan keluarga tidur di kios ini karena tidak punya rumah di tempat lain,” ujarnya.

Seorang tukang cukur, Sukiran Sabar, 55, juga tinggal menetap di kiosnya sejak 1993 lalu. Sebelumnya Sabar mengontrak kios itu pada 1993 dan pada 1997, kios itu dibelinya dan digunakan sebagai tempat tinggal sampai sekarang. Sabar setuju dengan usulan Hariyanto supaya kios baru penganti kios renteng itu memiliki ukuran yang sama dengan kios sekarang, yakni 6 meter x 9 meter. Dia menilai kalau ukurannya lebih kecil maka Pemkab tidak adil.

“Sejarah sudah mencatat kalau warga kios renteng ini membantu pemerintah untuk menciptakan pusat ekonomi baru. Dulu daerah ini sepi dan ada program gubernur bahwa desa harus mampu membuat pusat ekonomi. Kemudian warga di kios renteng tergerak untuk menghidupkan ekonomi kios renteng ini. Setelah sekarang tumbuh baik malah akan direlokasi,” ujar Sabar.

Baca Juga: Ternyata Kaesang Pangarep Pernah Jajaki Pendirian Pabrik di Sragen, Bagaimana Kelanjutannya?

Warga kios renteng lainnya, Wawan Wibowo, 43, juga tinggal menetap di kios renteng itu sejak 2006. Kartu tanda penduduk (KTP) dan KK-nya pun menggunakan alamat di kios renteng itu. Wawan tidak masalah dengan rencana pembangunan pasar terpadu tetapi ukuran kios untuk warga kios renteng harus disesuaikan dengan ukuran yang sekarang.

“Kami khawatir, kami di sini sudah berjual dari dulu, setelah ramai kemudian kios diminta pemerintah dan dikuasasi oleh kapitalis pemodal besar. Kios ini menjadi sumber penghidupan kami dan satu-satunya tempat tinggal kami,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya