SOLOPOS.COM - Pasangan suami istri yang bekerja sebagai pilot (Dailymail)

Kisah inspiratif berikut mengenai pasangan dengna profesi yang sama.

Harianjogja.com,  AFRIKA — Sebagian pasangan menilai memiliki pekerjaan yang sama dengan pasangan dapat menimbulkan ketegangan. Namun pasangan pilot Quinn, 31 dan Hutchinson, 27 dari Johannesburg ini mengubah persepsi itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari Dailymail, Selasa (19/7/2016), Quinn dan Megan Hutchinson berbagi cockpit yang sama di perusahaan penerbangan Airlink. Mereka mengatakan cinta dan keputusan terbang bersama justru menguatkan hubungan tersebut.

“Kami berdua bertemu di sebuah sekolah penerbangan 43 Advanced Training College di Bandara Internasional Lanseria,” kata Hutchinson kepada Dailymail.

“Quinn mengundurkan diri dari Angkatan Udara dan pernah menjadi koordinator pelatih saat dia tengah mengambil Commercial Pilots Licence (CPL). Dan saya bekerja di sebuah perusahaan penerbangan lokal. Saya mendapatkan pinjaman dari bank untuk menyelesaikan pendidikan akhir dan mengambil CPL. Dari situ kami berkenalan sebagai teman. Saya awalnya tidak tertarik dengan hubungan lain, yang saya inginkan hanya menyelesaikan pendidikan dan menemukan pekerjaan sehingga saya dapat terbang,” urai dia.

Hutchinson berkata mereka berusaha menjaga hubungan. Setahun sekali mereka saling bertukar doa saat ulang tahun. Sampai akhirnya mereka bertemu lagi ketika Quinn di Ghana dan dia di Zambia.

“Dia mengirim pesan dan membawakan kopi ke rumah karena saya memang menyukai mencoba berbagai kopi. Kemudian kami makan siang di sebuah restoran di Johannesburg dan kemudian semua bermula. Jadi bisa dikatakan kopi dan anggur merah membawa kami bersama dan menjadi akhir cerita,” papar dia.

Meski berhubungan kasih, keduanya tak dapat sering bertemu. Quinn tinggal di Yemen selama dua tahun, sedangkan Hutchinson di Zambia, Zimbabwe atau Malawi. Pasangan ini hanya dapat saling bertemu 84 hari dalam satu tahun.

Ketika bom truk terjadi di dekat halaman rumah Quinn, di Afganistan pada 2013, perempuan ini melihat gaji yang besar tak sebanding dengan risiko yang diterima. Akhirnya dia memutuskan kembali ke Afrika selatan dan memulai bekerja di maskapai semula.

“Kami sering menjalani hari bersama, bahkan kami sering terbang dan menjalani pendidikan bersama. Kami duduk bersebelahan, termasuk juga di kelas. Ini adalah pengalaman pelatihan yang luar biasa,” papar dia.

Pengalaman terbang keduanya terjadi pada 2014. Saat itu penerbangan yang dipandu keduanya menuju Republik Demokrasi Kongo.

“Rasanya seperti mimpi. Terbang bersama orang yang kamu kasihi dan melakukan sesuatu seperti yang kami sama-sama suka. Sulit digambarkan dalam kata,” paparnya. Pasangan ini menikah pada 2015.

“Hanya ada kami berdua di sebuah ruangan, membuat keputusan dan rencana bersama untuk rute, bahan bakar dan mengatasi cuaca. Sejak saat itu, kami sering terbang bersama,” terangnya.

“Kebanyakan orang mengira, dua pilot saat bersama suka beradu pendapat, tetapi hal tersebut kini tak lagi terjadi. Hari ini adalah hari yang istimewa. Ya, saya baru saja mendapatkan izin terbang dari maskapai saya bekerja, dan saya juga mendapat kesempatan terbang dengan istri saya dalam penerbangan perdana. Dia senior dan seorang pilot yang hebat. Saya sangat bersyukur dapat berbagi momen indah karier bersama dengan perempuan spesial dalam hidup saya.”

Dia menyatakan keistimewaan terbang dengan istri adalah satu sama lain dapat saling memahami kompleksitas dalam industri tersebut.

“Bisnis penerbangan memiliki masalah beragam, hubungan sepasang suami istri dapat dipertaruhkan karena osu kepercayaan. Lebih mudah bagi seseorang menjalin hubungan dengan teman kerja di maskapai, terutama saat kalian dapat bersama sejak awal,” kata dia.

Hutchinson dan istrinya tahu bagaimana cara menggandakan pengalaman, mendapatkan pekerjaan bersama.

“Memang penuh dengan tekanan, tetapi saya dan Megan belajar untuk saling mengenal lebih baik. Karena kami saling memahami dan menyadari kami sama-sama istimewa. Kami tidak hanya saling mengenal secara pribadi tetapi juga memahami secara pfoesional. Ini adalah dasar hubungan kami,” jelasnya.

Penerbangan pertama yang pernah dilalui keduanya selama enam jam. Ketika keduanya harus bepergian ke luar negeri, mereka tidak perlu berencana terbang bersama secepatnya.

“Bagi kami berdua, untuk saat ini tidak ingin terbang lama karena kami mengharapkan buah hati. Jika kami terlalu sering terbang dalam jangka waktu lama, akan kesulitan bagi kami mendapatkan apa yang diinginkan. Beruntung maskapai tempat kami bekerja cocok dengan gaya hidup kami saat ini. Saat terjadi perubahan, kami akan melakukan penyesuain. inilah yang mengesankan dari industri ini. Jika Anda bekerja dengan baik, meski terjadi banyak hal, Anda dapat berubah tetapi dapat menyesuaikan dengan gaya hidup Anda. Ini sangat hebat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya