SOLOPOS.COM - Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen menampung sampah-sampah rumah tangga di wilayah Kota Sragen, Jumat (15/10/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Satu unit alat berat dioperasikan untuk mendorong tumpukan sampah yang tercecer di halaman Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Manding, Sragen. Sampah-sampah rumah tangga itu dikumpulkan sampai menggunung, kemudian dikeruk dan dimasukan ke bak truk.

Sampah-sampah itu Lalu dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Tanggan, Gesi, Sragen. Belasan pemulung sibuk memilah-milah sampah. Mereka mengumpulkan sampah yang dirasa bisa dijual ke pengepul barang rongsok. Sampah berupa plastik, botol plastik, kardus, kertas, dan seterusnya dikumpulkan dan dimasukkan ke karung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jarum jam menunjuk pukul 10.30 WIB, Jumat (15/10/2021). Suparman, 50, pemulung asal Pilangsari, Ngrampal, Sragen, sudah mendapatkan tiga karung berukuran besar. Dua bak beronjong di motornya juga penuh dengan sampah yang bisa dijual. Dua karung sampah sudah ditata di atas beronjongnya. Ia istirahat sejenak sembari melihat aktivitas alat berat.

Baca Juga: Di Sragen, Akta Kematian, KK, dan KTP Didapat Sebelum Jenazah Dimakamkan

Ekspedisi Mudik 2024

“Apa perlu bantuan mengangkat,” tiba-tiba Suminem, 55, pemulung asal Majenang, Sukodono, Sragen, mendekat. Suminem juga pemungut sampah seperti Suparman. Ia juga sudah mengumpulkan sampah beberapa karung yang siap dikirim ke pengepul barang rongsok.

“Tidak! Cuma mau istirahat sebentar,” timpal Suparman.

Suparman dan Suminem cukup lama menjadi pemulung di TPST Manding. Dari sampah-sampah yang dikumpulkan itu, mereka bisa mendapatkan uang Rp40.000-Rp50.000 per hari. Biasanya mereka bekerja mencari sampah itu sejak pagi hingga pukul 11.00 WIB. Hasil sampah itu digunakan untuk menghidupi keluarga.

Mereka tak berkeliling ke kampung-kampung mencari sampah. Tetapi cukup mengandalkan sampah rumah tangga di TPST Manding.

Baca Juga: Pemdes Jambanan Sragen Minta Gedung SDN untuk Sanggar Seni

“Teman-teman lainnya sudah belasan tahun memulung di TPST ini. Kebetulan saya baru jalan enam tahun terakhir. Sebelumnya saya di Jogja. Ya, sampah-sampah yang bisa dijual saja yang diambil. Hasilnya lumayan, kadang Rp40.000/hari atau Rp50.000/hari,” ujar Suminem.

Hidupi Cucu dan Suami

Semua anak Suminem sudah berkeluarga. Di usianya yang sudah mendekati lanjut usia, Suminem harus terus bekerja untuk menghidupi kedua cucunya. Satu cucunya disekolahkan pemerintah di wilayah Kabupaten Karanganyar dan satu cucunya yang kecil masih duduk di sekolah dasar.

“Cucu-cucu itu ditinggal ibunya dan sampai sekarang tidak tahu rimbanya. Pamitnya dulu ke Singapura, tetapi sudah lebih dari 11 tahun tidak tahu kabarnya. Apakah sudah meninggal atau masih hidup, saya tidak tahu,” ujar Suminem sembari mengusap air matanya dengan kaus lengan panjang yang tercampur dengan debu sampah.

Baca Juga: Proses Hukum Kasus Pemerkosaan Siswi SD di Sragen Hingga Kini Tak Jelas

Suami Suminem juga sudah sakit-sakitan dan tak bisa bekerja lagi. Ia bersyukur bisa menghidupi suami dan cucu-cucunya. Ia hanya bisa berdoa supaya dimudahkan dalam mendidik cucu-cucunya supaya menjadi orang yang bisa mandiri dan pandai-pandai.

Suminem mengaku enggan vaksin. Seperti halnya Suparman yang juga belum ikut vaksin. Suminem memiliki alasan tersendiri untuk memilih tidak mau divakin karena memiliki penyakit tertentu dan takut divaksin.

“Saya itu melihat orang datang ke balai desa untuk ikut vaksin saja sudah gemetar. Saya pernah jatuh dan tulang rusuknya patah tetapi tidak dibawa ke rumah sakit karena tak punya biaya. Selama tujuh bulan tidak bisa bekerja. Sejak itu saya tidak boleh mengangkat barang berat,” katanya.

Baca Juga: Inspektorat Sragen Minta Kasus Dana Desa Ngarum Jangan Dicontoh

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen, Samsuri, berencana membeli tiga jenis mesin untuk mengolah sampah-sampah di TPST Manding. Dia mendapatkan alokasi anggaran Rp950 juta untuk pengadaan alat pencacah organik, alat pemisah plastik, dan pirolisis untuk memusnahkan sampah.

“Pengadaan tiga jenis alat itu masih dalam proses karena menggunakan APBD Perubahan 2021. Dengan pengadaan alat-alat itu maka pengolahan sampah di TPST Manding bisa lebih optimal sehingga mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya