SOLOPOS.COM - Mulyanto Utomo (Dok/JIBI/Solopos)

Kolom kali ini, Senin (18/1/2016), ditulis Wartawan Solopos Mulyanto Utomo.

Solopos.com, SOLO — Dan ketika teroris bertindak brutal, dingin, bengis di kawasan Sarinah, Jakarta, dengan meledakkan bom, menembaki polisi, akhir pekan lalu, kian meneguhkan bahwa aksi mereka sesungguhnya bukan atas nama agama kecuali atas dasar dendam dan kebencian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Agama, apalagi Islam, seperti berkali-kali disampaikan para ulama besar, adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, perdamaian, ketenteraman, kesejukan, ikhtiar disertai kesabaran. Rahmatan lil alamin

Kalaupun mereka merasa apa yang mereka lakukan adalah atas dasar ajaran agama, itu adalah cara berpikir yang salah. Mereka adalah kaum muda yang penuh semangat beragama namun tersesat. Mereka adalah pemuda pemberani namun tidak berilmu.

Islam ada untuk kemaslahatan. Kemaslahatan tercapai ketika dilaksanakan dengan ilmu yang benar. Dalam sebuah tayangan televisi, Ustaz Abdul Hakim bin Amir Abdat berpandangan saat ini demikian banyak kaum muda yang memiliki ketertarikan kepada agama, bersemangat mempelajari agama, namun menemukan majelis sesat yang justru membinasakan mereka.

Mereka mendapatkan ajaran dari para penyesat, bukan ulama, bukan dari orang-orang berilmu agama yang benar. Akibatnya perbuatan mereka justru merusak Islam dan kaum muslim.

”Bagaimana mungkin Islam mengajarkan perusakan tanpa hak, membunuh tanpa hak, menumpahkan darah tanpa hak, merusak bangunan dan jalanan tanpa hak, sedangkan menyingkirkan sebuah duri di jalanan adalah bagian dari keimanan,” kata Ustaz Abdul Hakim bin Amir Abdat.

Betapa banyak kisah yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan adalah lelaki yang berpandangan sejuk, berwajah damai, seorang pemimpin yang santun, jenderal pasukan yang agung, penyabar, penuh kasih sayang, dijauhkan dari rasa iri, benci, dan dendam.

Penulis Tasaro dalam novelnya Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan menggambarkan betapa santun, penuh syukur, tanpa dendam, dan tanpa kebencian ketika Muhammad kembali ke Mekah meski beberapa tahun sebelumnya dia diusir dengan hina dina dari Tanah Suci itu.

Saat itu dengan pasukan sangat lengkap dan kuat, Muhammad bahkan melarang terjadi pertumpahan darah ketika kembali ke Mekah. Dia juga berjanji kepada Abu Sofyan, salah seorang tokoh kaum Qurays, penguasa Mekah, untuk memberi rasa aman dan perlindungan bagi penduduk Mekah yang berdiam di rumah dan masjid.

Betapa benci dan dendam itu telah hilang ketika dia bertemu dengan Hindun. Perempuan yang sepanjang masa dakwah Muhammad menyebarkan Islam telah menabur luka sangat dalam. Hindun pula yang membelah dada lalu memakan hati Hamzah bin Abdul Mutthalib, Si Singa Padang Pasir, pembela utama Muhammad dalam perjuangan.

Tasaro menggambarkan perempuan di balik cadar itu tampak gugup dan gemetaran. Jika benar dia Hindun, tentu dia berpikir engkau akan melepaskan rasa sakit hatimu saat itu juga. Mudah saja untuk memerintahkan sahabatmu memenggal kepala perempuan itu.

Itu tidak dilakukan Muhammad. ”Maafkanlah yang telah lalu dan Tuhan akan memaafkanmu,” ucap Muhammad datar, tidak ada kalimat emosional dalam kalimat itu. Hindun hanya bisa mengangguk takjub.

Tentu tak mudah memahami bagaimana Muhammad bisa menghapus urusan kematian sahabat sekaligus pembelanya, Hamzah, begitu saja. Begitulah akhlak Muhammad.

Mengapa banyak pemuda tersesat karena mengamalkan ajaran Muhammad yang sejatinya sangat agung dan mulia itu? Tak lain dan tak bukan, salah satunya, adalah mereka salah memilih guru, salah menerapkan metode, jalan, atau tata cara (manhaj).

Sudah seharusnya para ulama terus berupaya dengan bebagai media mendekati para pemuda, mengajak kaum remaja untuk belajar bergama sesuai dengan metode yang diajarkan Nabi dan generasi pertama sahabat Nabi (manhaj salaf)

Manhaj salaf adalah metode salaf dalam beragama. Pengikutnya di sebut salafi, yaitu orang yang meneladani metode salaf dalam beragama. Merekalah yang dimaksud dengan ahlus sunnah wal jamaah karena selalu mengikuti sunah Rasulullah Muhammad SAW dan bersatu di atas kebenaran serta tidak memberontak.

Apa ciri-ciri salafi? Dari berbagai sumber, ciri-ciri salafi di antaranya adalah mereka yang memahami Alquran dan sunah sesuai pemahaman Rasulullah SAW dan para sahabat, bukan pemahaman pribadi atau kelompok dan organisasi tertentu. Mereka juga mendahulukan dalil Alquran dan sunah daripada akal, perasaan, mimpi, wangsit, atau pendapat siapa pun. [Baca selanjutnya: Sempalan]Sempalan

Bukan hanya para ustaz dan ulama yang harus berperan mencegah para pemuda Indonesia terperosok ke dalam ajaran sesat, ajaran yang bersifat menyempal, tidak sesuai dengan metode agama yang benar sehingga memunculkan tindakan irasional.

Pemerintah juga memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang dari ajaran irasional seperti itu. Negeri ini bukanlah negara sekuler. Founding fathers kita meletakkan agama sebagai dasar pertama dalam berbangsa dan bernegara, yaitu sila pertama dalam Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Artinya meskipun republik ini bukan negara agama namun harus disadari bahwa segala urusan selalu terkait dengan ketuhanan, religiositas, keberagamaan. Pemerintah juga memiliki kawajiban mendidik rakyat melaksanakan agama secara benar.

Teroris mungkin boleh diberantas, namun tersangka teroris mestinya sebisa mungkin dibina, bukan dibinasakan. Terlebih mereka yang masih muda, yang pola pikir mereka masih memiliki potensi diperbaiki atas pemahaman yang keliru atas sebuah keyakinan.

Janganlah memperbaiki akhlak dan jalan pikiran yang keliru para pemuda itu dengan rasa benci. Benci dan dendam akan terus melahirkan kebencian dan rasa dendam. Keluarga, teman dekat, lingkungan sekitar tempat tinggal adalah salah satu pilar pencegah dan penyaring infiltrasi irasionalitas aliran sesat dan menyempal.

Ulama menjadi simpul utama menjaga masyarakat dari infiltrasi gerakan-gerakan sempalan ekstrem begini sebagi langkah preventif. Gerakan esktrem yang kemudian diikuti serta diyakini para pemuda yang kemudian disebut teroris itu sejatinya lebih bersifat gerakan kebencian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya