SOLOPOS.COM - Suwarmin (Dok/JIBI/Solopos)

Kolom kali ini, Senin (28/12/2015), ditulis jurnalis Solopos Suwarmin.

Solopos.com, SOLO — Tak terasa waktu cepat berlalu, tahun segera berganti. Banyak pelajaran penting yang bisa kita petik agar kita bisa menjalani tahun depan dengan lebih baik lagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ini mungkin terkesan klise, tetapi bagaimana lagi, hidup memang klise. Hanya perputaran siang dan malam, begitu seterusnya. Hanya pergantian sedih dan senang, begitu seterusnya.

Tahun 2015 harus diakui menjadi tahun kegaduhan yang melelahkan. Isu demi isu datang silih berganti, tetapi pada akhirnya ”menghilang” begitu saja tanpa penyelesaian yang memuaskan nurani publik.

Ribut-ribut soal pemilihan kepala Kepolisian Republik Indonesia (kapolri) adalah salah satu puncak kegaduhan itu. Pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan (BG) sebagai kapolri disusul oleh penetapan BG sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memicu perseteruan berlarut-larut dua lembaga negara itu.

Polri versus KPK seolah-olah meneruskan kisah lama tentang cicak versus buaya beberapa tahun silam. BG memang tak jadi diangkat sebagai kapolri. Badrodin Haiti yang kemudian memimpin korps bayangkara negara itu.

Tahun depan bisa jadi BG yang naik level sebagai kapolri setelah Badrodin purnatugas, apalagi pimpinan KPK sekarang diisi orang-orang baru. Eskalasi kepentingan sepertinya akan lebih memudahkan BG untuk mengisi jabatan tertinggi di Polri.

Kegaduhan terakhir adalah tentang Ketua DPR Setya Novanto (SN). Orang yang satu ini bisa bersaing untuk memperebutkan gelar tokoh tahun ini karena dugaan skandal ”papa minta saham”, terkait perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia.

Kasus ini begitu mengharu biru bahkan rating siaran ihwal ini di televisi sanggup melelehkan pesona drama asal Turki. SN akhirnya lengser dari jabatan ketua DPR, tetapi dia tetap menjabat sebagai petinggi Partai Golongan Karya (Golkar) di parlemen.

Artinya, riak-riak parlemen tahun depan masih mungkin terjadi karena kelit-kelindan antarpartai masih melibatkan orang-orang yang sama. Oh ya, sebelumnya SN sempat mencuri perhatian setelah dia dan wakilnya di DPR, Fadli Zon, hadir dalam kampanye calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.

SN dan Trump sama-sama controversial. Trump makin berkibar di AS,  SN justru terpuruk di sini. Pencarian keseimbangan politik sepertinya sudah melewati babak-babak paling gaduh pada tahun ini. Partai Amanat Nasional (PAN) kemungkinan besar masuk kabinet dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah sowan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Tentu bukan berarti potensi kegaduhan politik sudah lenyap. Bukankah semua kegaduhan terjadi karena karena persinggungan dan pusaran kepentingan? Yang terjadi adalah jual beli ”pukulan” dan diakhiri dengan kompromi kepentingan.

Kompromi antara presiden dengan partai pengusungnya. Kompromi antara partai pendukung pemerintah dan partai bukan pendukung pemerintah. Dan kompromi-kompromi lain. Semua itu makan waktu dan kadang-kadang membutuhkan energi besar.

Soal rakyat? Oh nanti dulu, lupakan dulu soal rakyat, kepentingan rakyat,  atau kesejahteraan rakyat. Bukankah pemilihan umum (pemilu) masih lama? Rakyat populer lagi menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 9 Desember lalu.

Setelah itu, rakyat kembali ditepikan. Sinyalemen ini mungkin terlalu sinis, tapi masa sidang tahun pertama DPR yang berakhir Oktober 2015 hanya mengesahkan dua rancangan undang-undang (RUU) menjadi undang-undang (UU).

Itu pun berasal dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), yaitu Perppu Pilkada dan Perppu Pemerintah Daerah. Dua UU itu masih sangat jauh dengan program legislasi nasional (prolegnas) tahun 2015 yang mencapai 39 RUU. Artinya, 37 RUU lainnya entah selesai kapan. [Baca selanjutnya: Kesepakatan Jangka Pendek]Kesepakatan Jangka Pendek

Kata orang, sistem ketatanegaraan yang berlaku di negeri ini tidak bertumpu pada pola pertanggungjawaban kepada rakyat, melainkan pada kesepakatan jangka pendek antaraktor politik.  Bukankah klise jika semua kegaduhan toh berakhir di meja kompromi yang melupakan kepentingan publik?

Banyak peristiwa pada 2015 yang berakhir klise, khas Indonesia, tidak selesai, tiba-tiba selesai begitu saja dan belum muncul terobosan serius. Kasus bencana asap misalnya. Tragedi yang membuat jutaan rakyat sesak napas dan memaksa kita meminta bantuan asing ini akhirnya berhenti karena Tuhan mengirim air hujan.

Kita belum melihat satu gerakan masif yang menjamin tahun depan bencana asap ini tidak terjadi lagi. Penegakan hukum terhadap pembakar lahan dan hutan tampaknya hanya hangat-hangat kuku. Kisruh sepak bola nasional juga masih belum bergerak dari zona ruwet.

Kompromi masih diperjuangkan, tetapi aktor-aktor lama masih bercokol. Kemungkinan hanya akan menghasilkan kompromi yang dipaksakan, tidak terjadi perubahan kekuasaan pengelolaan sepak bola. Kita belum bisa berharap kehadiran prestasi fenomenal, yang barusan terjadi justru perilaku beringas suporter yang sudah di luar batas kemanusiaan.

Ribut dan gaduh itu seolah-olah melupakan tugas utama negara sebagai pengemban amanat untuk menyejahterakan rakyat. Ketidakpastian hukum dan instabilitas politik tidak memberi ruang tumbuh yang baik bagi bisnis dan dunia usaha.

Pelambatan ekonomi tak bisa dihindari, meskipun sebagian juga disebabkan faktor eksternal. Kita tak boleh membiarkan kita sendiri mengikuti arus ini. Kita berharap pergantian tahun menjadi harapan baru dan momentum baru untuk bangkit.

Pemerintah pasti sudah belajar banyak dalam setahun terakhir ini, saat politik menjadi panglima, hukum terpinggirkan, pembangunan ekonomi kurang intensif dilakukan. Tahun depan menjadi tahun pertaruhan.

Apakah pemerintah masih akan berkutat pada pencarian keseimbangan kekuatan politik atau fokus pada isu ekonomi dan kerakyatan? Kita semua juga sudah belajar banyak dalam setahun terakhir ini.



Kita tidak butuh sekadar kerja keras, namun juga kerja cerdas, selalu memperbarui semangat, harus tetap optimis, dan selalu mencoba inovasi baru. Selamat menyambut tahun baru 2016 dan tetaplah semangat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya