SOLOPOS.COM - Mulyanto Utomo (Dok/JIBI/Solopos)

Kolom kali ini ditulis jurnalis Solopos Mulyanto Utomo.

Solopos.com, SOLO — Dalam bahasa Indonesia berlaku hukum D-M, singkatan dari ”diterangkan-menerangkan”. Artinya adalah dalam tata bahasa Indonesia, dalam kata majemuk maupun dalam kalimat, segala sesuatu yang menerangkan selalu terletak di belakang yang diterangkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Inilah alasan mengapa saya memberi judul tulisan ini Pemilih Cerdas Kepala Daerah bukan Pemilih Kepala Daerah Cerdas karena terkait dengan hukum D-M tadi. Penekanannya terletak kepada ”pemilih yang cerdas”, bukan kepala daerahnya yang cerdas.

Ini penting, karena sebentar lagi–persisnya Desember mendatang—bangsa Indonesia, termasuk warga Soloraya, akan melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah secara serentak.

Kita semua sebagai warga Negara yang memiliki hak pilih harus menjadi pemilih yang cerdas. Soal yang dipilih cerdas atau tidak cerdas itu nggak ngaruh, semuanya sangat tergantung kepada kita semua sebagai pemilih.

Mengapa begitu? Ya, karena calon kepala daerah sekarang sudah ditetapkan, sudah tidak bisa diganti. Anda semua bisa menyaksikan di media massa, baliho, atau poster yang dipasang Komisi Pemilihan Umum (KPU) siapa saja mereka. Saya meyakini sebagian besar dari kita, para pemilih, pasti belum tahu seberapa tinggi atau rendah tingkat kecerdasan para calon kepala daerah itu.

Bukan hanya itu, sebagian besar dari kita yang Desember nanti akan memilih juga belum tahu secara persis seberapa besar komitmen mereka untuk menjadi pemimpin yang amanah, menjadi pemimpin daerah yang benar-benar ingin memajukan daerahnya, menyejahterakan warganya, bukan sekadar memperoleh suara terbanyak lantas berkuasa dan diam saja.

Kalau pun ada yang tahu soal kapasitas mereka, mungkin orang-orang dekat yang ada di sekitar mereka, bisa juga orang-orang partai politik yang mendukung mereka. Percayalah, pujian, promosi atau apa pun puja puji soal kehebatan calon mereka itu pasti bias karena mereka memiliki kepentingan.

Itulah pentingnya kenapa kita harus menjadi pemilih yang  cerdas. Kita harus mencari tahu sedetail mungkin siapa nanti yang akan kita pilih agar nanti kita bukan memilih orang yang salah. Kalau pun salah, ya tidak banyak.

Sebagai pemilih tidak merasa tertipu dengan segala janji, visi dan misi, serta slogan-slogan yang didengungkan para calon kepala daerah itu. Lantas bagaimana caranya agar kita cerdas dalam memilih kepala daerah?

Selain mencari tahu tentang segala sesuatu mengenai sosok calon kepala daerah itu, kita juga harus memahami komunikasi politik dan komunikasi publik yang mereka terapkan.

Perhatikan di berbagai media, juga ruang-ruang media sosial. Kecanggihan teknologi informasi saat ini sungguh sangat membantu kita untuk bisa melihat sepak terjang para calon kepala daerah yang akan kita pilih.

Setelah semua informasi tentang sosok calon kepala daerah itu kita peroleh, verifikasilah. Verifikasi bukan hanya melalui orang-orang yang bisa kita percaya, namun juga kepada hati nurani kita. Keputusan akhir memilih seorang pemimpin itu berada di tangan kita.

Hal lain yang mungkin bisa menjadi pertimbangan adalah kritis terhadap visi dan misi calon kepala daerah tersebut. Realistiskah visi dan misi yang mereka sampaikan? Jangan-jangan visi dan misi itu hanya janji kampanye, slogan, yang pada kenyataannya akan sulit direalisasikan.

Visi adalah gambaran keadaan masa depan yang dikehendaki atau gambaran tentang akan menjadi apa keadaan yang ada sekarang ini untuk kurun waktu tertentu di masa depan.

Visi bukanlah impian atau sekadar harapan. Visi adalah komitmen untuk mewujudkan suatu impian atau harapan. Sedangkan misi adalah uraian tugas yang harus dilaksanakan agar visi yang telah ditetapkan dapat diwujudkan menjadi suatu kenyataan.

Menurut dosen saya, Profesor Totok Sarsito (almarhum), penyusunan visi dan misi harus diawali dengan melihat apa yang ada sekarang ini karena merupakan gambaran masa depan. [Baca: Analisis SWOT]

 

Analisis SWOT
Dengan kata lain, menurut Pak Totok, untuk dapat merumuskan visi dan misi yang baik harus melakukan analisis potensi dan kondisi yang ada sekarang dari berabagai dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, lingkungan, dan lain-lain.

Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan analisis strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan), dan threats (ancaman), yang kondang dengan sebutan SWOT.

Perhatikan saja visi dan misi para calon kepala daerah itu. Apakah mereka mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan daerah? Apa strateginya? Kesempatan apa yang bisa mereka peroleh dan apa yang bisa mengancam daerah yang hendak mereka pimpin sekaligus antisipasi dan strategi yang diterapkan?

Setiap daerah membutuhkan seorang pemimpin yang piawai, yang bisa dipercaya untuk memajukan daerah masing-masing. Bukan pemimpin yang hanya mengumbar janji namun ternyata semuanya adalah palsu, alias pemberi harapan palsu… PHP.

Pakar manajemen Renald Kasali dalam salah satu artikelnya menulis hanya sedikit di antara pemimpin daerah (bupati, wali kota, dan gubernur) yang mempunyai visi jangka panjang.

Kebanyakan orientasi mereka hanya untuk tiga atau empat tahun ke depan. Setelah itu mereka sibuk mempersiapkan diri agar terpilih lagi atau jika dia seorang bupati/wali kota ya berpikir bagaimana agar naik kelas menjadi gubernur.



Oleh karena orientasi mereka hanya tiga atau empat tahun ke depan, Renald Kasali memastikan program mereka hanya mengejar  yang populer, proyek mercusuar, berjangka pendek, misalnya membangun taman-taman kota, merapikan trotoar dan lampu-lampu penerangan jalan, memperbaiki jalan-jalan yang berlubang, serta membenahi fasilitas publik lainnya.

Para kepala daerah itu hanya mengejar program-program yang cepat terlihat dan dirasakan masyarakat. Itu memang tidak jelek, namun banyak program yang sesungguhnya ttidak akan bisa diselesaikan dengan program jangka pendek.

Program-program seperti itu tidak menyentuh, apalagi menyelesaikan, akar masalahnya. Banyak masalah kita yang harus diselesaikan dengan program-program jangka panjang.

Dengan memerhatikan pernyataan itu kita bisa melihat siapa di antara para kepala daerah itu yang memiliki komitmen untuk membangun daerahnya, bukan pemimpin yang sekadar ingin berkuasa, apalagi melanggengkan kekuasaannya. Kita memang harus menjadi pemilih yang  cerdas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya